Hari Pertama di Sar-Ja

Jam 6 pagi, my silver b meluncur membelah jalan Jakarta. Ini adalah hari pertama saya masuk kantor baru. Gak ada niat untuk menunda hingga Senin— biarpun banyak yang menyarankan begitu, scara mengingat besok libur panjang. Bukan saya yang menyetir sih (mana mungkiinn… blon apal jalan), karena kebetulan sekali yang jagain rumah di Duren Sawit bisa nyupir, jadi dia diberdayakan jadi supir.

Pertama kali keluar komplek dan masuk jalan besar, waduh… masih jam 6 lewat 15 menit tapi sudah macet. Motor-motor berseliweran kanan kiri, apalagi pagi tadi hujan deras. Saya sendiri akhirnya jatuh tertidur di mobil sambil menikmati lagunya Muse.

Sempat salah jalan (& salah gedung). Sudah saya bilang SarJa, eh malah mau masuk ke Wisma Antara. Akhirnya saya telepon Bg.Lubis pagi-pagi jam 7 (saya yakin bg.lubis masih sarapan pasti, karena dia kan ngantornya 1/2 9). Setelah memutar balik sekali lagi, akhirnya ketemu juga dengan yang namanya gedung Sarja. Ternyata cuma berjarak 20mtr dari kantor pusat yang biasa saya datangi. Dan juga semakin jelas ketika mata saya melihat Mbak Ola dan Mbak Ai sedang melangkah menuju lobby. Gak salah lagi.

Bergegas saya mengejar lift, dengan Mbak Ola di dalam. Tombol lt.6 sudah menyala. “Masuk hari ini ya, Sy..” tegur Mbak Ola ramah. Tiba di lt. 6 langsung disambut dengan sapaan, “Welcome Aboard,” “Welcome to the jungle..” “Selamat bergabung..”

Sedikit grogi sich, tapi tidak lama karena sebagian besar sudah saya kenal waktu workshop di Bandung (tapi sebagian besar juga saya lupa namanya! hahhaha). Udara di kantor baru ini dingiii…nnn luar biasa, sementara saya gak persiapan bawa jaket. Alhasil, jari-jari membeku. Dan berhubung meja kerja saya belum disiapkan, saya menumpang di komp salah satu rekan yang sedang cuti. **tx ya neng tabi**

Siangnya, saya ikutan Mb Hagi, Ina, Mba Ai, dan Mba Inel makan di bawah. Di warteg sebelah kantor. Well, pengalaman pertama makan siang di warteg di Jkt. Cool..!! Jarang-jarang kan saya makan di warteg selama umur saya di Medan. Eh, bukan sombong, tapi warteg di Medan itu selain tidak banyak pilihan makanan, tempatnya juga panas. Dan harganya juga relatif mahal untuk ukuran warteg. Mending makan di resto sekalian kan, dapat makanan bersih tempat dingin lagi. Nah tadi, saya cuma kena Rp.12rb untuk pecel ayam + 2 teh botol.

Yeah, gitu deh… saya ternyata bisa juga menikmati makan pecel ayam di bawah tadi. Saya langsung sms Baba, dengan bangga menceritakan kalau saya lagi makan di warteg. Huahahaa…!! Dan komentar Baba bisa ditebak,”Ko makan ayam ya, Si?” Yup. Bener! Saking menikmatinya, saya yang lebih dulu habis makan. Eh, tapi mungkin bukan soal nikmat atau lapar kali ya, tapi memang saya selalu makan cepat. Maklum, orbat. 😀

…………

Pulang dari kantor, saya minta dijemput di Sarinah, karena berbelanja a lil thing. Pulang dari Sarinah, terjebak macet luar biasa. Mobil merayap pelan dan saling mengklakson. Hampir 2jam perjalanan untuk sampai ke rumah saya. Melelahkan, tapi begitulah. Sampai rumah yang saya lakukan adalah berendam dan kemudian tertidur. Zzz….zz…

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

2 thoughts on “Hari Pertama di Sar-Ja

  1. uam

    tadi abis kak Si bilag bingung mo makan dimana juga uam kepikiran, kira2 kak Si bakal lunch dimana yah??
    ampir mo nanya malah, tapi keburu lupa soalnya diajak keluar ma mbak DMO ke SUN. tapi pas bang natan nelpon itu krn dia bertanya kabar kak Si.. he remembering u when see me, hehehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *