28 Minggu

Tidak terasa saya sudah memasuki usia kehamilan 28 minggu. Kalau mau dirunut, banyak sekali perubahan yang saya rasakan selama awal kehamilan sampai sekarang. Jadi tidak ada salahnya berbagi, selain buat cewek-cewek single yang pada mau merit, juga untuk para cowok agar nanti jadi lebih sayang sama istri, ya. Eniwei, postingan ini agak panjang, jadi bacanya boleh lah sambil ngemil..

  • About Calon Baby


Waktu itu saya baru tahu saya hamil ketika usia kehamilan sudah mencapai 7 minggu (ini berdasarkan perhitungan dokter loh..). Saya ingat sekali, waktu itu baru pulang outbond, dengan kata lain baru saja bercapek-capek. Ya iyalah, waktu ada game warrior, dan ada pemilihan siapa yang jadi prajurit yang bertugas menyerang musuh, saya langsung mengajukan diri sebagai salah satu warrior, sebab merasa saya cukup lincah dan kenceng kalo lari. **well it’s true lohh…gini-gini dulu mantan atlit waktu di smansa medan 😀

Untung saja ketika saya periksa ke dokter, kondisi “kantong kehamilan” aman-aman saja. Saat itu sudah ada jantung yang berdetak-detak :). Saat itu saya periksa di RS Budi Kemuliaan, karena berdekatan dengan kantor, jadi tinggal jalan kaki saja. Saya ingat si dokter kebidanan sempat bergumam,”Ini kayaknya ada miom, tapi kalau memang tidak mengganggu tidak apa-apa.” Sebagai orang awam, saya tidak mengerti maksudnya apa, dan memilih diam saja. Namun tak sampai seminggu, ternyata ada flek yang keluar (maaf ya klo blak-blakan), lalu saya langsung ke RSBK lagi. Oleh dokter dilakukan USG & terlihat kalau tidak ada masalah dengan rahim, artinya kalo memang ada masalah, maka akan terlihat gambar ‘darah’ di seputar rahim (ini USG-nya 2D jadi yang bisa membedakan mana darah atau bukan tentu cuma dokternya). Dokter tidak melakukan pemeriksaan dalam, tapi cukup memberi obat penguat rahim, serta beberapa vitamin lainnya.

Tidak sampai dua minggu kemudian, keluar flek lagi. Kali ini hampir tiga hari berturut-turut. Waktu itu saya langsung permisi pulang kantor untuk bed rest — selama 3 hari saya memaksa diri untuk terus berbaring — sementara hubby saat itu sedang ke Manado untuk seminar. Douggh…sedih banget rasanya waktu itu. Karena bukan cuma sendirian saja di rumah ditemani bedinde, tapi juga karena waktu itu mendadak saya sakit pinggang. Sakit pinggangnya luar biasa, sampai berdiri saja susah. Sholat juga terpaksa dilakukan sambil duduk. Di hari ke-empat, sakit pinggang mulai berkurang, begitu juga dengan flek.

Namun, karena masih kurang puas dengan ‘apa yang terjadi’, saya memutuskan untuk berobat ke RS Bunda Jakarta. Ingin tahu sebenarnya ini kenapa, kok di usg katanya aman, tapi kenapa masih keluar flek juga? Di RS Bunda, saya konsultasi dengan dokter kebidanan wanita yang masih muda. Waktu itu usia kehamilan sudah masuk 10 minggu. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan dalam, dan akhirnya ketemulah masalahnya, yaitu Polip Servik. Jadi memang masalahnya bukan di kandungan. Syukurlah.

Berat badan waktu itu baru naik 2,5kg. Jadi saat saya pulang ke Medan untuk berlebaran, saudara-saudara sepupu pada berkomentar, “Kok perutnya kecil? Kok gak keliatan?” Padahal waktu itu sudah mau masuk 4 bulan lho. Tepat tanggal 20 Oktober (lebihkurang sudah 16 minggu), saya periksa ke RS Gleneagles Medan — saking kepikirannya, apa iya saya kekurusan? Waktu ditimbang, total naik dari awal kehamilan 4,5 kg. Kata pak dokter yang baik itu, dalam sebulan naik 2 kg itu sudah bagus.

Kalau soal nafsu makan, nafsu makan saya biasa saja. Memang jadinya sedikit lebih banyak, tapi tidak jor-joran. Tetap makan 3x sehari, 1x selingan di antara jam 10-12, dan minum susu 2x sehari. Morning sick juga enggak, hanya sedikit mual tapi tidak sampai muntah-muntah. Pernah sih muntah-muntah, tapi cuma 3x.

Dua minggu kemudian, 18 minggu, saya kontrol lagi ke RS Bunda. USG seperti biasa. Dan ternyata, dokter menemukan mioma yang sudah besar di dalam. Hati saya langsung berdebar keras. Iyalah, siapa sih yang tidak? Yang buat saya sedikit kecewa, seharusnya mioma itu sudah terlihat ketika usia kehamilan masih 10-12 minggu. Saya langsung teringat gumaman dokter di RSBK yang berkata, “Ada mioma, tapi tidak apa-apa kalau tidak mengganggu.”

Tidak mengganggu? Simak saja kata dokter RS Bunda. Mioma saya ini terletak tepat di atas plasenta, sehingga dikhawatirkan bila ukuran plasenta kalah besar dari miom, maka janin akan kekurangan makan alias kurus. “Ibu waktu haid sering sakit ya?” tanya dokter, yang saya jawab dengan iya.

Pulang dari situ, hati saya tidak tenang. Memang kata dokter tidak usah stress, karena mioma itu tidak berbahaya, cuma dengan posisi seperti tadi, kemungkinan terjeleknya ya itu, bayi kurus, dan si ibu akan terus merasakan sakit di perutnya selama mengandung. Mioma ini tidak bisa diobati, dia hanya akan membesar atau tidak membesar, tapi tidak mungkin mengecil, selama masih dalam masa kehamilan. Bila nanti sudah melahirkan, umumnya mioma akan mengecil kembali. Namun, antisipasi untuk hal ini adalah harus bersiap-siap untuk caesar, siapa tahu miomanya nanti menutupi jalan lahir. Saya diharuskan datang sebulan lagi.

Seminggu kemudian, begitu ada waktu, saya nyeberang lagi ke RS Budi Kemuliaan. Ingin tahu, apakah iya ada mioma? Biasa, kan perlu second opinion juga. Waktu itu USG dilakukan oleh 2 dokter, satu oleh dokter khusus usg, satu lagi dokter kebidanan saya. Kedua dokter itu bilang, tidak ada miom. Letak plasenta juga normal.

Walah, jadi bingung, jadi yang bener yang mana nih?? Dua minggu kemudian saya datang lagi untuk periksa di RSBK. Kali ini dokter usg yang bertugas beda. Dan tahu apa yang ditemukannya? Katanya miomanya sudah semakin besar. Ketika kembali ke ruang konsultasi dokter, saya sempat menanyakan keheranan saya, kenapa kemarin katanya gak ada miom, lalu kok sekarang tahu-tahu ada? Tahu komentar dokternya? “Miomnya muncul lagi, ya?” Lah emangnya sulap apa, bisa hilang timbul begitu?

Di tengah kebingungan itu, saya menelepon seorang dokter kebidanan di Medan, yang kebetulan teman mami saya. Bu dokter ini sudah senior, orang Batak pulak, jadi cara bicaranya yang aslinya ceplas ceplos membuat saya sedikit tenang. Waktu saya tanya, apa berat baby saya kekurusan ato termasuk normal, jawabnya begini,”Udah paslah itu, yang penting makan yang betul. Gak perlu banyak-banyak kali makan, yang normal aja.” Malah si dokter sempat menyarankan sama mami saya agar dia saja yang mengurus saya di Medan sana. Duh, how come Dok…! Dan sama dokter ini, saya ditegor karena gonta ganti dokter, hahahaa… katanya,”Gak usah ganti-ganti dokter kayak gitu, satu ajalah. Siapa rupanya nama doktermu itu?” Walah, apa mau dimarahin ya, bu dokter? Hihihihi…

Ya sudah, akhirnya saya putuskan untuk hanya berkonsultasi ke RS Bunda saja. Tepat ketika usia kehamilan memasuki 24 minggu, pagi hari saat masih tertidur, saya terbangun karena merasakan tendangan di perut. Untuk beberapa orang, mungkin ada yang sudah merasakan ketika usia kandungan masih 5 bulan, tapi saya baru merasakan ketika sudah enam bulan. Dug. Dug. Dug. Rasanya kayak ada yang ngetok-ngetok perut dari dalam. Hehehee…

Jumat tiga minggu yang lalu, saya melakukan usg 4D di RS Bunda untuk melihat perkembangan janin. Untuk melakukan USG 4D memang tidak semua dokter kebidanan bisa, di Bunda hanya ada dua dokter saja yang bisa, dan harus perjanjian seminggu sebelumnya. Biayanya termasuk mahal, Rp.700.000 (sudah termasuk CD). Rasanya deg-degan waktu pertama kali melihat si dede dalam bentuk 4D. Tangannya kelihatan, kakinya, terus jantung, hati, kepala, telinga, wajah….

Cuma waktu usg kemarin itu wajah si dede gak begitu keliatan, ditutup terus sama tangannya. Saya sudah disuruh tidur menyamping sama dokternya, tapi tetep saja tangannya tidak mau pindah dari wajah. Tapi akhirnya dapat juga sih sedikit wajahnya, even tidak terlalu jelas. Gpp lah daripada gak ada, he hee…. Dan alhamdulillah ternyata baby-nya tidak kecil, kata dokter perkembangannya bagus. Kata dokter memang ada miom, tapi saya tidak perlu khawatir.

Sabtu minggu lalu, baru saya ketemu lagi dengan dokter saya di RS Bunda. Waktu itu hitungan saya sudah 27 minggu, makanya saya penasaran ingin tahu berat si dede sudah berapa. Kalau menurut teorinya, berat janin saat memasuki usia 28 minggu sudah harus mencapai 1000 gr. Jadi dalam hati tentu saya berharap beratnya sudah mendekati nilai segitu. Dan alhamdulillah ketika diukur, berat si dede sudah 1208 gr. *senyum-senyum senang. Tidak sia-sia saya minum susu 2-3x sehari. Saya selalu berusaha menghindari ngemil, kalo lapar di sore hari mending minum susu hamil saja.

Terus, karena letaknya melintang, oleh dokter saya disarankan sering-sering sujud alias nungging — minimal 2 menit, biar kepala bayi bisa turun ke bawah. Kalo nanti tidak turun-turun juga, berarti ya harus caesar.

  • About my body

Nah kalau di usia 16 minggu, saya baru naik 4,5 kg, bagaimana dengan berat badan saya sekarang ketika menginjak kehamilan 28 minggu? Total naik 14 kg…!! 😀

Gak ngerti juga kenapa bisa segitunya, wong saya makan gak berlebihan kok. Orang kantor aja heran, kok meja ibu hamil kosong, gak pernah ada cemilan? Hehehe… saya sih berusaha berpikir positif saja, semoga dede yang di dalam juga gendut. Sekarang ini tiap malam dia rajin action. Kalo sudah begitu, biasanya perut jadi jendul-jendul di sana sini. Di kanan bawah jendul, terus kiri atas juga jendul. Jadinya perut buncit pun terlihat semakin tidak simetris.

Well, kalo dulu ukuran celana hipster S, sekarang sudah naik jadi M 1/2. Iya, ada setengahnya karena ada M yang sesak banget, tapi ada juga yang masih ngepas (mudah-mudahan ga naik jadi L). Terus klo dulu paha saya diibaratkan paha kuda, sekarang sudah jadi paha kerbau. Betis juga begitu, semakin mirip dengan palem botol. Lengan juga mulai menggembung, akibatnya saya harus mempermak lengan baju (alias jahitan bawah dibuka sedikit biar muat..hahaha..).

Dulu waktu di Medan, saya rajin nge-gym di ruang fitness milik kantor. Backpress salah satu favorit saya, tujuannya biar otot punggung jadi bagus dan kencang, jadi kalo pakek baju gak berlengan, bakal keren banget. Kayak GI Jane, gituuu.  Tapi sekarang? Pelan-pelan semua otot itu mulai tertimbun lemak! Baju-baju ketat pun disingkirkan, biar gak sakit hati liatnya 😀

Kalo wajah? Nah ini yang agak buat stress. Wajah jadi gampang berjerawat. Mau pake obat dokter, serba salah, karena banyak rumor yang bilang bahwa penggunaan obat muka berpengaruh negatif terhadap janin.

Yeah, so far segitulah perubahan saya selama hamil 28 minggu ini. Tidak apa-apalah, yang penting yang di dalam sehat-sehat saja. Kalau urusan melahirkan sudah kelar, badan bisa dikuruskan kembali, wajah pun bisa dimuluskan kembali. Ya gak? 🙂

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

27 thoughts on “28 Minggu

  1. ulit

    wahh senengnya bc blog…walopun telat bgt…skrg sy lg hamil 28 mgg…berat janin 1150 gr (alhamdulillah normal), suka cemas apa babynya sehat…..tp aq kok ga berasa geraknya ya…palingan ky kedut2 gitu…tp ga seheboh yg suka org cerita yg nendang2 sampe kesakitan kok aq gak ya? jd makanya suka penasaran kok bayiku males ya….

  2. els

    ellys ajah kasi namanya..hehehe… eh cewe ato cowo sih mba hasil usg nya? duh dah ngga sabaran nunggu kabar kelahiran calon ponakan…jaga kesehatan yah bu…

  3. Zee

    kiky & ario : ember, wakt outbond kmrn emg gw ga tau klo hamil, jd yah tetep (sok) enerjik aja…..hehehe…
    LieZMaya : tx ya da dibilang maniezz… *tersipu2.. 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *