Dasar Tikus Busuk…!

Beberapa hari lalu, saya nonton Good Morning-nya Transtv, yang meliput kompetisi para petani untuk membasmi hama tikus. Karena lokasinya di Siantar, saya jadi penasaran dan terus menonton. Ternyata seru juga, sawah penuh dengan para pemburu tikus, tikus yang didapat dikumpulkan untuk dihitung siapa yang dapat terbanyak. Saat penyerahan hadiah, saya lihat ternyata papi saya yang menyerahkan. Tentu saja saya norak, langsung telpon papi, bilang kalo papi masuk Transtv. Hahahaha……

Nah, sekarang… kami di rumah ini yang berburu tikus. Eh lebih tepatnya sih disebut kejar-kejaran sama tikus. Jadi ceritanya begini…

Sudah sejak beberapa bulan terakhir ini, saya dengar suara langkah-langkah kaki di atas plafon. Langkah lari-lari kecil terburu-buru. Sudah bisa ditebak, pastilah tikus. Karena kalo kucing, melangkah gak kedengaran. Kalo anjing, jelas gak mungkinlah, tipu kali lah itu. So entah bagaimana caranya tikus ini bisa masuk ke loteng. Dugaan saya karena dulu waktu ada pengerjaan atap, tukang gak tutup genteng dengan rapi.

But somehow, kok sebulan ini sudah ada lagi bunyi-bunyi baru. Suaranya bukan lari-lari kecil lagi, tapi mulai krasak krusuk dulu, lalu tak lama ada suara meong kecil. Halahhhhh…..ternyata ada keluarga kucing di atas. Dan hebatnya cat family ini berumah tangga di salah satu sudut bagian rumah, yang notabene pas di atas kamar saya dan suami! Jadilah hampir setiap malam tidur kami ditemani musik meong-meong.

Riki, anak tanggung yang kerja di rumah sudah saya suruh periksa ke atas. Dia bilang gak ada kucing. Loh, jadi itu yang mengeong tiap malam kucing mana? Di halaman gak ada. Di jalan raya gak mungkin, suaranya terlalu dekat. Masa kucing hantu?

Pikir punya pikir, saya putuskan untuk menghabisi si tikus dulu. Tadinya mau tarok racun tikus, tapi kan di atas ada kucing juga. Biarpun kejam, tapi membunuh kucing jelas gak tega. Aduh, jadi bagaimana ya? Lagian ini kok tikus sama kucing bisa barengan pula hidup rukun di atas? Bah, menipu saja film Tom & Jerry itu.

Dan ternyata jam enam pagi tadi, ketika saya sedang mengambil air dingin di dispenser, saya memergoki seekor tikus belang (badannya hitam, pinggul ke pantat putih!) sedang jalan santai di rumput belakang. Kurang ajar! Itu dia si Gendut itu! Rasa kantuk pun hilang. Saya segera teriak panggil Riki. Kali ini tikus gendut itu harus kena batunya. Weks..! Iya, gendut dia. Mirip kucing. Jadi pantaslah kalo kucing pun malas berantem sama dia.

“Ki, itu dia tikusnya. Cepat ambil parang, sama linggis!” Habis ngasih perintah, saya langsung mikir, bah kok kayak mo perang saja.

Untung Riki gak menuruti. Kalo iya, mana mungkin dia bisa kejar tikus dengan bawa2 linggis berat? Dia ambil bekas gagang pel saja.

“Itu di balik serai..”

Disinilah dimulai adegan kejar-kejaran. Serai disodok-sodok, tikus pun lari.

“Itu dia Ki. Itu diaaa…!”

Riki lari secepat kilat mengejar si tikus yang lari ke arah samping. Saya juga lari di dalam rumah, mau lihat dari kamar samping. Ada suara pletak-pletak. Eh lari lagi. Si tikus lari lagi ke belakang. Dikejar lagi sama Riki. Tikus gendut itu lalu balik lagi. Kali ini dia ambil sisi seberang kolam, dan Riki lari di sisi sebelah dalam. Pilihan yang salah buat tikus, karena bagaimanapun, karena tidak ada jalan lain, si tikus pasti harus belok kanan, dan bakal ketemu sama Rikiiii…..

Bak! Buk! Ciiiitttt……… citttttttttt……!! Nah itu kena dia.

Saya langsung keluar dari teras kamar, mau lihat nasib tikus busuk gendut itu.

“Mana dia? Kena gak?”

“Udah bedarah-darah dia, Bu.” Riki langsung lari lagi ke belakang. Wah, ternyata tikus berhasil lolos dari pintu samping.

Kali ini di teras depan rumah. Riki mengaduk-aduk setiap sudut tanaman. Dan ketika pohon serai diaduk-2, si tikus yang sedang sembunyi langsung kabur lagi.

“Itu ituuu….!” kali ini suara driver yang sedang nyuci mobil juga turut menyemangati.

Si tikus gendut rupanya tak pantang menyerah. Kali ini dia menabrak tembok bak sampah. Tapi tetap bangkit, lalu lari lagi, lari.. dan akhirnya……dia lolos dari bawah pintu pagar. Mungkin lari ke taman depan atau masuk ke parit.

Yahhhh…. lolos deh! Kali ini si tikus gendut menang, even udah bedarah-darah. Mari kita tunggu kapan dia balik lagi, saat itu mungkin sudah harus ada racun tikus. Huh…!

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

49 thoughts on “Dasar Tikus Busuk…!

  1. awak jd ngakak ini
    ky tikus aku di atap

    gede bagt dan ada anaknya [cindil]/ bayi 2 tikus bru 2 hr

    ihhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.

  2. hihihi..seru dech ngebayangin tuh:)
    daku juga paling benci samah tikus,musuh bebuyutan tuch,pokokna klu ketemu tikus pen di bunuh ajah,,,hiiiii…

    *makasih da berkunjung*

  3. ananta

    komunitas tikus memang busuk, tapi kok mereka bisa berkeliaran ya, mungkin ruang gerak mereka kita per lebar salah kita juga…., jadi jagalah kebersihan n maybe tikus tersebut dapat kita minimalisirkan pergerakannya

Leave a Reply to ananta Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *