[Manado Trip] Keindahan Manado dan Nikmatnya Pisang Goreng Sambal Roa

Dua minggu lalu, saya pergi ke Manado. Perjalanan singkat tiga hari dua malam, bersama rombongan yang merupakan para pemenang dari kompetisi Indosat InstaStory beberapa waktu lalu. Jadi, Indosat InstaStory ini adalah kompetisi mengupload foto di Instagram, dimana para peserta diminta mengupload foto namun menyertakan juga cerita atau momen di balik foto tersebut. Reward ke Manado ini adalah yang kedua, setelah yang pertama pada April lalu berhadiah perjalanan ke Jogja.

Di Manado ada apa aja, sih? Pastinya banyak, ya. Untuk memudahkan, kita percayakan pada travel yang mengatur, dan kita tinggal menikmati.

Hari pertama, setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam lebih yang cukup membosankan karena rasanya kok tidak sampai-sampai setiap kali membuka mata, akhirnya kami tiba di bandara Sam Ratulangi.

Patung Yesus Memberkati

Bersama rombongan di bus, kami langsung melaju menuju destinasi pertama, yaitu ke Monumen Yesus Memberkati. Monumen ini sangat terkenal karena mirip sekali dengan patung Yesus di Rio de Janeiro, Brazil. Dengan ketinggian 50m dari permukaan tanah dan kemiringan 20 derajat, patung Yesus Memberkati menjadi patung Yesus terbesar kedua di dunia.

Pembangunan patung ini, bukan hanya ditujukan bagi umat Nasrani yang menjadi mayoritas di Manado, tapi juga merupakan simbol kerukunan umat beragama di sana. Menarik, ya?

Danau Tondano

Dipandu guide lokal yang bercerita banyak tentang kota Manado dan suku-sukunya, bus kembali melanjutkan perjalanan ke Danau Tondano, sekitar 30km dari kota Manado, karena berada di kota Tomohon. Kanan-kiri jalan yang kami lalui adalah hamparan hutan dan juga kebun cengkeh. Kami juga melewati bekas bencana longsor yang beberapa waktu lalu terjadi di Manado. Sebuah vila di tepi danau menjadi objek foto kami karena keunikannya.

Di sebuah restoran kami singgah untuk makan siang. Sebelum dimakan, semua orang wajib fotoin makanannya dulu, karena kita bikin kompetisi lagi untuk semua peserta. Sampai tak sabar rasanya karena semua sudah kelaparan berat. LOL. Rasanya nikmat sekali, mulai dari ikan bakar, ikan kuning, sayur daun pepaya, perkedel jagung, dan sambal dabu-dabu. Dan di sinilah awal mula kasus itu terjadi. Hari kedua hingga beberapa hari setelah pulang dari Manado, saya terkena masalah pencernaan.

Danau yang berada di ketinggian 600m dari permukaan laut ini tidak terlalu kelihatan “photoable” nya kalau menurut saya. Tidak terlihat cukup banyak gunung atau bukit yang membungkus danau ini sehingga terlihat indah. Warnanya juga tidak terlalu kelihatan seperti warna danau. Masih lebih hijau dan mistis Danau Toba dibandingkan danau ini. Tapi mungkin juga karena kami tidak menemukan tempat yang menarik untuk berfoto atau bersentuhan dengan airnya.

Danau Linow

Masih di kota Tomohon, ada satu danau lagi yang terkenal, yaitu Danau Linow, yang airnya bisa berubah-ubah warna. Saya tak melihat perubahan warnanya tapi yang pasti begitu bus tiba di lokasi, aiihhhh…. itu danau warnanya indah sekali! Hijaunya cakep, kemudian ada warna hijau muda menjurus putih di sisi pinggir. Seperti kue lapis.

Di sekitar Danau Linow ini cukup kuat tercium aroma belerang. Dugaannya memang ada sumber belerang dan mata air panas karena masih terhubung dengan Gunung Lakon yang masih aktif. Gunung ini masik aktif dan terakhir kali meletus pada September 2013.

Tak puas memandang dari atas, saya dan beberapa teman yang turun duluan dari bus langsung mencari jalan untuk turun ke bawah, ke tepi danau. Lalu sisa yang sepertinya tak tahu kalau ada akses ke bawah, langsung menuju restoran dengan view langsung ke danau. Menikmati kopi dan teh panas beserta pisang goreng dicocol sambal ikan roa.

Sebelumnya guide kami sudah memberitahu bahwa di Manado ini, gorengan itu memang biasa dimakan dengan cocolan sambal ikan roa. Saat mendengar itu ingatan saya terbayang pada sepupu saya dari Sorong, yang waktu di rumah kita di Medan dia makan pisang goreng dengan sambal (sambal biasa sih, bukan sambal roa), katanya di Sorong orang juga biasa makan pisgor pake sambal. Lalu waktu itu saya komentar, “Ah, ko su gila ka, masa makan pisang goreng pake sambal.” LOL.

Ada satu anggota rombongan yang saya juluki ahli sambal — Mas Adi dari Detikcom — soalnya sejak dari restoran di Danau Tomohon, dia ini sebegitunya berusaha menyakinkan saya bahwa sambal yang ini dan sambal yang itu enak banget, tidak terlalu pedas, dan saya pasti akan suka. Cocok jadi marketing kayaknya, karena saya yang tadinya gak berani makan sambal, akhirnya mau dan mencoba. Dan ternyata begitu saya coba, hmmm… memang lezat. Tak terasa empat potong pisang goreng masuk perut, dengan setengah cangkir kopi (habis kopinya encer, gak enak, jadi setengah saja sudah cukup). View cakep di restoran ini juga jadi main point para peserta untuk mengambil foto, video pendek, hingga selfie-selfie.

Satu yang kemudian saya catat dari Manado ini, adalah: pisang gorengnya terlalu enak! Mau beli di mana pun, renyah dan manisnya tetap konsisten.

Klenteng Ekayana

Saat bus bertolak kembali ke kota Manado, hari sudah hampir maghrib, namun kami masih ada satu tempat lagi yang harus dikunjungi, yaitu Klenteng Ekayana. Di sini ada pagoda setinggi 9 lantai, berada di antara hamparan hutan dan pegunungan. Patung-patung Budha berwarna gold berjejer di depan klenteng. Tentunya bukan hanya patung biasa, setiap patung mempunyai nama dan pemaknaan masing-masing. Agak ke belakang, sebuah patung kura-kura raksana berwarna merah menaungi “kolam harapan”. Dipercaya akan membawa rezeki bagi pengunjung yang melemparkan koin dan berdoa di depan kolam tersebut. Klenteng Ekayana adalah destinasi wisata terakhir kami di hari pertama.

Bus membelah hutan tanpa penerangan dengan diam dan sunyi. Peserta rombongan sudah tertidur semua karena cukup lelah. Setelah makan malam ala Manado lagi di sebuah restoran, baru kami check in di hotel. Istirahat.

Karena keesokan harinya kami mau lanjut ke Bunaken!

Thanks sudah berkunjung ke TehSusu.Com. Subscribe to Get More. Enter your email address:Delivered by FeedBurner
Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

30 thoughts on “[Manado Trip] Keindahan Manado dan Nikmatnya Pisang Goreng Sambal Roa

  1. oke..oke… aku yg lg hamil jd ngidam pisang goreng dan sambal roa hahahahaha…. tp krn menado kejauhan, sepertinya hrs maksa suami ke RM beautika ah ntr… pisang grg sambal roanya jg mantep ;D

  2. Pengen ke manado. Aaaiihhh cakep banget yaaa. Kemaren ada temen satu ruangan kunjungan kerja ke manado tapi kayaknya kurnag eksplore jadi foto fotonya gak keren. Hahahahaha.

    *ngarep dapat kunker lagi ke manado*

    • Zizy

      Hihi… iya sih. Untungnya klo pake travel, kita sudah pasti ke tempat2 yg popular yah meskipun common juga.. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *