Manner-nya dan Manner-ku

Weeww… lama juga ya gak updated. Sedang banyak urusan lain, jadi saat mau meng-updated, sudah terasa hilang sedikit moodnya.  🙂

Minggu lalu, siang hari jam istirahat, saya ke Plaza EX, mau menukar Crocs Vaya yang kebesaran. Habis itu duduklah saya di kedai Haagen Dazs, sepert biasa langsung pesan Cookie Crunch, my fave. Sebenarnya CC-nya kurang nendang, karena ice creamnya bukan Cookies & Cream, tapi sudahlah…bukan Haagen Dazs namanya kalo Cookies & Cream nya ada.

Sambil bbm-an dengan teman saya yang di Medan, datang dua cewek, kayaknya sih anak kuliahan. Duduk di meja sebelah. Tak lama pesanan mereka datang. Yang satu pesan green tea (kelihatan dari warnanya yg ijo :D), satu lagi gak tahu pesen apa karena warnanya tidak bisa menggambarkan itu es krim apa.

Yang makan es rasa green tea terlihat menyuap es krim sedikit-sedikit ke dalam mulut. Dengan ujung sendok, mengambil sejumput es dari gelas, lalu masuk ke mulut. Hmmm… gayanya elegant banged. Saya langsung berhenti menyendok es krim. Saya pandangi sendok di depan saya yang berisi es kirim penuh sampai menggunung, dan kemudian membandingkan gelas Cookie Crunch saya yang tinggi dengan gelas single scoop mereka.

Makjang! Saya langsung merasa seperti sapi gemuk yang sedang memamahbiak di sebelah dua kelinci imut. Saya kirim messenger ke teman saya, menceritakan hal itu. Dia membalas dengan icon tertawa, dan menulis begini : “Kak, bedalah perempuan Medan dengan perempuan Jakarta. Kalau mereka kan makan tetap harus jaga gaya. Kalo kita? Makan tapi lupa gaya.” Hahahaaa… Ah tapi itu kan bisa-bisa kami saja, bukan berarti cewek Medan kalo makan berangasan lho.

Melihat dua cewek kuliahan tadi makan es krim dengan begitu tertata, saya jadi ingat seorang teman saya yang lain. Teman saya itu sekarang sudah pindah ke Palembang, jadi kita berdua hanya ketemuan kalo lagi sama-sama mudik ke Medan aja.

Nah, teman saya itu — setiap kami janjian ketemu di kafe untuk ngopi-ngopi  atau pergi kemanapun — dialah yang selalu mengingatkan saya untuk menjaga manner. Contohnya kalo lagi duduk di kafe, tidak boleh angkat kaki (kecuali kalo duduknya di warkop, baru boleh). Padahal saya suka sekali duduk melipat kaki, jadi biarpun duduknya di Starbuck, tetap aja saya lebih nyaman kalo melipat kaki. Tapi lipat kaki itu hanya berlaku kalo saya pakai celana panjang dan boot loh.

Kedua, misalnya di situ juga ada cowok-cowok, berarti kita tidak boleh pesan makanan atau minuman dalam porsi besar. Kalau perlu hanya minum kopi saja, even perut ini sudah kruyukan. Nanti kalau cowok-cowok itu sudah bergerak, barulah kita boleh order croissant atau pesan kentang goreng, itupun hanya satu porsi saja. Karena katanya, cowok kalo ngelihat cewek yang makannya banyak, pasti jadi ilfil.

Aslinya saya sebenarnya tidak begitu peduli urusan manner-manneran di depan cowok. Mungkin karena saya bukan tipe yang terlalu menjaga imej. Tapi mempunyai banyak teman cewek dengan sifat berbeda-beda membuat saya lama-lama jadi lebih aware juga masalah aturan-aturan model begini.

Contoh lain, makan juga harus gaya. Makan harus dengan mulut tertutup, kalaupun terbuka jangan lebar-lebar banged. Kemudian kalau duduk di kafe juga harus duduk yang tegak, badan tidak boleh bersandar malas ke punggung kursi. Ketawa juga gak boleh ngakak kayak orang gila, jadi ketawanya dikit-dikit aja. Duh, emang ada yang bisa ketawa dikit-dikit?

Aturan lain yang sedikit lucu, kalo mau merokok, pilihlah rokok yang benar-benar rokok cewek. Jadi tetap imut dan keren dilihat. Jangan pilih Samsu, kesannya abang-abang banged, trus jangan juga pilih Surya, kesannya mamak-mamak, dan yang pasti jangan pilih rokok Sampoerna, karena itu rokok sejuta umat, artinya kalau pas clubbing terus ada teman cowok kehabisan rokok, ujung-ujungnya minta rokok kita. **Gak modal banged tu cowok. Hahahaaha.. kayaknya kalo yang terakhir ini namanya pelit ya.

Gak masalah kali ya, namanya juga orang beda-beda, punya aturan dan standard yang dibuatnya sendiri. Tapi kalo saya ya tetap aja gak bisa jaim-jaim amat. Tetep aja kalo makan ke restoran, masih tetep pesen porsi besar, trus kalo ngopi-ngopi juga tetap aja harus sambil pesan kudapan, dan tetep aja kalo ketawa pasti ngakak. Saya selalu percaya bahwa sesuatu yang alami jauh lebih menarik daripada keterpaksaan.

Mengingat hal itu, saya pun kembali menyendok es krim penuh-penuh dan menyuapkannya ke dalam mulut. Sedaaapppp!!!

Sharing is Caring

Share this Post



This entry was posted in Opini. Bookmark the permalink.

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

46 thoughts on “Manner-nya dan Manner-ku

  1. hihihihi lucu bgt c…
    tp aq spendapat sma kak zee, lebih baik jd dri sendiri biar orng lain thu kelebihan and kekurang kta.. ^^

  2. YNa

    klo manner saya urusan makan cuma satu, jgn bunyi cap-cap gt deh. ga enak dengernya 😀
    tp klo makan banyak dan gaya makan mo gimana aja sih, seenak-enaknya aja deh. krn bisa makan itu anugrah dan nikmat bgt hehe..

Leave a Reply to YNa Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *