Mulai Hunting Sekolah

 

Mulai Hunting Sekolah ke Kinderfield

Dari akhir tahun lalu sebenarnya saya sudah pusing. Pusing cari sekolah untuk anak, bok. Tahun depan kan Vay sudah masuk SD ya, dan memilih sekolah itu ternyata tidak mudah. Sama sekali tidak sama seperti pergi ke toko emas, cari perhiasan sesuai selera dan isi kantong.

Yang jadi pertimbangan utama saya adalah lokasi. Lokasi sekolah kalau bisa yang dekat dari rumah, jadi anak tidak terlalu capek di jalan — secara Jakarta macetnya luar biasa.

Mengenai kategori sekolah, apakah sekolahnya harus international school, national plus, atau national, itu pertimbangan berikutnya, karena dalam hal ini, saya tidak bisa mengatakan bahwa international school pasti lebih baik dari sekolah biasa atau sebaliknya. Tahap yang kedua ini sih menurut saya tahap cocok-cocokan di hati orang tua saja. Masalahnya sekarang banyak sekali sekolah yang memakai label international atau national plus, jadi untuk memilih di antara yang ada ini selain orang tua harus rajin cari info dari kanan kiri, datang langsung ke sekolah dan bertanya lengkap adalah penting.

Baru yang berikutnya adalah biaya. Gak kebayang banget dah, kalau sekarang masuk sekolah dasar saja saja biayanya hampir sama dengan masuk sekolah menengah atas negeri atau perguruan tinggi. Itu kalau pilih international school.

Dua minggu terakhir ini saya mulai deh cari-cari info sekolah yang agak-agak cocoklah di hati. Saya katakan cocok karena ada beberapa teman sekolah Vay yang kemarin melanjutkan SD di sana. Kebetulan pula keduanya ini international school. Sudah telepon dan mereka tanya anak saya sekarang sekolah di mana. Saat disebutkan sekolah di Kinderfield, langsung nadanya jadi lebih ramah, “Oohh… anak-anak kita banyak juga kok Bu dari Kinderfield. Rata-rata dari Kinderfield bagus, kalau ujian masuk ke sini gak ada masalah.” Langsung saya mikir, loh, kalau begitu ngapain gue pindahin si Vay dari Kinderfield dong kalau kata mereka bagus? Hahah….

Masalahnya adalah, kedua sekolah ini jaraknya jauh dari rumah. Satu di Tangerang, satu di Cibubur coret. Soal biaya sekolah, sama saja. Sama mahalnya maksudnya. Yang satu menerapkan cara pembayaran langsung di muka untuk grade 1 s/d 6, artinya tak perlu bayar uang sekolah lagi selama enam tahun karena semua sudah dibayar di depan. Tapi, nih, kalau tiba-tiba karena satu dan lain hal mau pindah sekolah, repot pasti urusan refundnya. Iya kalau bisa refund. Kalau gak bisa? Nangislah!

Kalau sekolah Vay yang sekarang ini, Kinderfield, sebenarnya puas-puas saja sih. Kinderfield ini sekolah national plus, jadi sebagian besar mata pelajarannya mengikuti standar kurikulum nasional. Kalau kata sebagian orang, sekolah di national plus itu rugi, karena hanya separuh saja yang standar international, lebih baik langsung international school saja. Benarkah demikian? Entahlah. Kalau menurut saya tergantung pada tujuan akhir orang tua, apakah nanti anaknya memang harus kuliah di luar negeri, atau masih ingin mencoba masuk sekolah negeri atau perguruan tinggi unggulan di Indonesia.

Vay sekolah di Kinderfield ini sejak 2010, sudah lama sekali memang. Dan saya lihat Vay juga sudah nyaman dengan lingkungan sekolahnya. Walaupun dari sisi uang sekolah, Kinderfield juga jatuhnya mahal karena kalau dihitung sampai enam tahun ke depan, dia jadi jauh lebih mahal dibanding sekolah international yang tadi harus bayar langsung di depan itu. Tapi ya karena sejauh ini Vay perkembangannya bagus di sekolah ini, plus lokasinya juga lumayan dekat dari rumah, Kinderfield tetap jadi pilihan utama sih. Cabangnya juga sudah banyak di mana-mana, which is ini jadi benar-benar jadi credit kalau mau di-compare dengan sekolah-sekolah international yang masih baru.

Waktu saya tanya ke suami, apa mau coba cari sekolah baru atau bagaimana, dia sih suggestnya tetap di sekolah sekarang ini. Alasannya ya sama dengan yang disebutkan di atas. Kalau katanya sih, “Kalau dia masuk kerja nanti, gak akan ditanya dia SD di mana. Yang ditanya tuh kuliah di mana, dan paling jauh dari SMA mana.” Iya juga, sih.

Tentu ada yang bertanya, kenapa saya tidak mencoba mencari sekolah negeri saja untuk anak? Mau. Tapi maunya SD negeri unggulan, which is pendaftarnya juga pasti banyak banget. Dan katanya kalau mau masuk SD negeri harus genap 7 tahun, bukan? Kalau yang belum genap, harus mengantri dulu. Bah! Mau sekolah aja susah sekali, ya? Ah pusing gak sih?

Dan ada satu hal lagi yang paling penting buat saya selain lokasi dan lingkungan sekolah yang kondusif. Saya tak suka dengan sekolah yang berlebihan. Dengar kata teman saya yang anaknya sekolah di salah satu international school di Cilandak. Cerita doi, sejak beberapa tahun terakhir di sekolah itu murid dilarang merayakan ulang tahun di sekolah karena dulu pernah ada kejadian ada orang tua yang terlalu berlebihan merayakan ultah si anak, sehingga dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan sosial. Tapi di sisi lain, masih cerita teman saya, di situ setiap tahun ada acara doorprize buat guru. Awalnya sih hadiah-hadiah kecil. Tapi tahun ini ada orang tua yang menyumbangkan sepeda motor hingga gadget canggih. Loh, itu sekolah kok bisa bikin acara besar sampai ada bagi-bagi hadiah ya? Kayaknya, kalau hanya memberikan kenang-kenangan ramai-ramai patungan para ibu sih masih bisalah dimengerti (karena ini sifatnya terserah ibunya mau atau tidak), tapi bikin acara sampai ada doorprize? Maaf nih ya, tapi sekolah dengan kondisi demikian justru jadi incaran para guru materialistis. Dan saya tak mau anak saya bersekolah di sekolah seperti itu. Tapi bukan berarti sekolah negeri tidak begitu. Sama sajalah. Saya waktu SD di sekolah negeri, SMA juga di sekolah negeri, beuuuhh…. guru matrek itu banyak banget. Dan kemarin itu ada cerita juga dari seorang teman yang anaknya mau dimasukkan ke sekolah negeri. Karena anaknya belum genap tujuh tahun, dia pun sudah siap-siap dengan pegangan agar anaknya bisa lolos dapat bangku di SD negeri. Nah, pusing gak sih? Sekolah mahal salah, sekolah murah pun salah.

Eh sudahlah. Malah melantur jauh ya pembahasannya.

Jadi sekarang ini, posisi saya adalah menunggu undangan open house dari beberapa sekolah yang sudah saya telepon kemarin. Kalau Kinderfield sih sudah open house minggu lalu, dan saya datang, karena ingin tahu lebih jelas metode belajar dan kurikulum di situ. Ketemu juga dengan mommy-mommy lain yang bingung apakah anaknya mau lanjut di situ atau pindah. Kalau tanya Vay sih, dia sih bilangnya mau primary di Kinderfield saja.

Well… begitulah. Pening ya bo.

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

37 thoughts on “Mulai Hunting Sekolah

  1. Amar

    Halo mom zizi, saya mau tanya2 nih. Kemarin pengalaman sekolah di kinderfield gimana ya? Disana komunikasinya aktif bhs inggris nggak ya? Kebetulan saya mencari sekolah yang lebih membangun karakter anak, dan tidak ada bullying. Pengalaman saya sekolah negeri SD, SMP, SMA, guru2nya kurang care dengan perkembangan anak2nya. Kebetulan rumah saya di pondokgede, jadi ga banyak opsi sekolah preschool di daerah sini. Kinderfield pun masih tergolong jauh.

    • Zizy

      Halo Mom.

      Anak saya sampai sekarang masih di Kdf. Komunikasinya aktif Bahasa Inggris.
      Alhamdulillah sampai skrg komunikasi dengan guru2 lancar, guru2 care dengan anak, misalnya anak saya sakit, langsung dikabari saat itu juga.
      Di Kdf juga ada PSG, yang ikut memantau perkembangan anak dan guru di sekolah. Jadi bila ada masalah langsung difollow up.

  2. Halo
    Sekarang, apakah jadi sekolah di KDF?
    Kemarin anak saya ikutan test masuk di KDF, untuk kelas 1 SD.
    Penasaran saja, apakah harga yang ditawarkan sepadan dengan kualitasnya

  3. Siska

    Hai mom Zizi, saya mau tanya tentang kurikulum SD Kinderfield Rawa Domba krn saya ada rencana masukin anak2 saya kesana juga thn ini. Dengan adanya kurikulum wajib 2013, Kinderfield akan hapus tambahan kurikulum Cambridgenya gak ya mom? Krn di Jaksel saya tanya ada beberapa yg sblmnya pake perpaduan kurikulum asing mulai Juli ini dihapus krn katanya wajib pake kur 2013 dari pemerintah. Sayang bgt kan kalo byr mahal dan jauh pula dari rmh saya di duren tiga kalo ternyata kurikulumnya biasa aja. Mendingan cari SD biasa aja atau negeri sekalian. Mom kalo ada waktu reply yah..

    • Zizy

      Mom. Kemarin saya sudah tanya lagi ke KDF. Jadi memang KDF mengikuti kurikulum pemerintah tp kurikulum Cambridgenya juga tetap. Mom bisa telp juga ke 021-86610496

      • Siska

        oh gitu thanks yah mom infonya.. saya udh tanya ke miss triesye juga. cuma mau dengar langsung dari org tua murid di sana.

  4. lokasi jg selalu jd pertimbangan sy wkt milih sklh. Pengalaman pribadi, sy sklh dulu jauh terus. Berasa cape bgt di jalan. Pdhl dulu blm semacet skrg dan jam pelajaran jg msh pendek. Tp tetep aja capek. Sp rumah energi udh habis.

    Kl sy, gak tertarik cr sklh negeri utk SD walaupun unggulan sekalipun. Apalagi kurikulum diknas yg baru ini lebih mentingin karakter drpd nilai akademis. Raportnya pun spt TK, yg banyak narasinya.

    Mnrt sy penilaian karakter itu bagus tp prakteknya sulit. Krn memahami karakter anak itu hrs detil. Sklh negeri yg jumlah muridnya jauh lebih byk drpd swasta, bikin sy bingung gimana menilai karakter anak2nya

  5. baru tau aku klo ada open house sekolah zee,ternyata ya sekarang untuk menarik peminat masuk disekolah sekolah unggulan harus begitu…

    pusing juga kalo gitu ya, tapi paling enak sih sekolah ditempat yang sama ya,hanya saja bosen itu itu mulu lingkungannya 😀

    *

  6. Wah…kesibukannya sama nih mbak Zee. Saya juga lagi cari2 calon sekolah SD nya Dita. Sudah mulai membandingkan2 nih, soalnya pendaftarannya kan rata2 sampai akhir tahun ini. Ini anaknya semester 1 TK B nya aja belum kelar, SD sudah harus ngedaftar hehehehe. Semoga segera dapat SD yang cocok buat Vay ya mbak. Peluk cium buat Vay yang makin cantik 🙂

Leave a Reply to Siska Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *