November Rain di Dunia Fantasi Ancol

Sudah masuk akhir November aja ya. Waktu begitu cepat berlalu, cerita sih banyak tapi kalau kelamaan lupa update malah akhirnya malas ya, hehe.

Hari Minggu kemarin, ceritanya kami baru main ke Dunia Fantasi, Ancol. Sebagai bagian dari perayaan ulang tahun kantor yang ke-50 alias golden moment, maka Dufan di-book seharian sama kantor untuk family gathering karyawan dan keluarga. Jadi ya Dufan bener-bener ditutup untuk umum gitu di hari Minggu kemarin. Yang bisa masuk hanya karyawan dan keluarga dengan tiket khusus yang sudah dicetak. Loket tutup. Bahkan di akun Instagram Dufan juga diumumkan bahwa Dufan tutup seharian, tentu biar pengunjung tidak kecele saat datang dan menemukan loket tutup.

(Keren banget memang)

(Muji kantor sendiri heh heh)

Karena hari Sabtu baru selesai acara choir competition di BSD tuh malam, maka hari Minggu-nya saya dan Vay bangun agak siang. Tadinya niat mau berangkat pagi – karena saya tahu pasti susah betul cari parkir, pengalaman dua tahun lalu waktu acara family gathering juga di Dufan, tapi kita baru berangkat dari rumah jam 10 pagi. Ini juga saya menunggu sampai Vay menyelesaikan kertas review math-nya separoh baru kita jalan. Memang kemarin itu weekend yang rush banget. Sabtu choir, Minggu ke Dufan, dan Seninnya Vay sudah mulai ujian semester. Jadi dia belajar di sela-sela waktu weekend deh.

Benar saja, tiba di Dufan, dapat parkir jauuuhhhh banget. Bukan di tempat parkir biasa, tapi di areal parkir setengah hutan (hahah), tanpa papan penunjuk lokasi parkir yang jelas. Saat turun dari mobil, mendadak gerimis. Payung lipat yang biasa ada di laci entah ke mana, yang ada payung gede di bagasi, hahah. Ya sudah, daripada basah kan? Di dalam ransel sudah ada baju ganti dan topi. Yang ketinggalan – padahal sudah diingat-ingat – adalah sandal dan jas hujan plastik.

"TORNADO"

“TORNADO”

Masuk ke dalam Dufan, sudah ramai. Kami menukar tiket dulu, baru masuk. Saya ada janjian dengan teman saya yang anaknya temenan sama Vay. Tapi karena mereka belum datang, kita langsung jalan ke areal Halilintar. Vay udah gak sabar, mau naik Ontang-Anting. Aduh, padahal Ontang-Anting itu kan tinggi banget ya, dan tidak ada pengaman antar paha – seperti model ayunan yang sama di Taman Safari Indonesia — tapi Vay pengen, katanya dia janji akan duduk mundur ke belakang, biar aman, jadi ya sudah saya turuti. Dan saya kemarin merasa jadi emak-emak paling repot. Ribeeet banget rasanya, udah bawa ransel, bawa kamera, bawa payung yang gak bisa dilipat pula. Tadi tuh mau ajak mbak-mbak di rumah untuk ikutan – mumpung punya tiket lebih – tapi Dek Vay gak mau. Dia maunya berdua saja sama maminya, mbak-mbak gak boleh ikut. Padahal kan kalau ada mbaknya, bisa bantuin gendongin semua perintilan berat ini. LOL.

Habis main Ontang-Anting, kami ngaso sebentar. Vay gak pengen main yang lain katanya, cuma suka itu. Enaknya di Dufan kemarin, karena isinya keluarga besar karyawan, rasanya ya kayak Dufan itu milik kita, hahah. Belok dikit ketemu rekan, belok lagi ketemu lagi. No need to worry meskipun misalnya terpisah sama anak, pasti aman. Team EO juga tersebar di beberapa titik, melayani penukaran kupon bento untuk keluarga.

Menjelang jam dua belas siang, turun hujan deras. Pas juga temen saya sudah datang. Bingung dong ya mau main apa, kan kalau hujan, wahana yang menggunakan listrik pasti dimatikan. Akhirnya kami mengantri di wahana Mistery Island, karena kami lihat ada atapnya untuk mengantri. Eeehhh ternyata itu atap boongan, tetep bocor hujan. Meski pakai payung, angin kencang tetap bikin basah. Sepatu langsung kuyup. Hahah. Kami memutuskan kembali ke arena game station. Gak mau ambil resiko kamera kena hujan.

Ketika hujan mulai reda, langsung kita ke toko merchandise di belakang Mistery Island, beli jas hujan plastik, bungkus semua badan, aman deh. Juga beli sandal jepit, karena sepatu basah jelas tidak nyaman untuk dikenakan. Tambah lagi deh tentengan mami Vaya, bawa plastik berisi dua sepatu.

Baru kemudian kita antri di Mistery Island. Saya baru perdana nih masuk ke wahana ini. Ya ini sih theater 3D, seru-seru gitulah. Vay bilang kurang seru, soalnya dia udah sering nonton filmnya, jadi meskipun ini dibuat versi 3D, dengan kursi yang bergetar dan bergoyang ke kanan ke kiri tetap kurang seru dan menegangkan, begitu katanya. Hahah. Bisa aja deh Vay.

Seharian itu cuaca berubah-ubah. Hujan berhenti sebentar eh turun lagi. Menjelang jam dua baru mulai reda, dan anak-anak mulai main lagi. Karena ada Rs, temennya, Vay jadi mau mencoba beberapa wahana lain yang selama ini belum pernah dijajal, seperti Pontang-Pontang, sama Piring Oleng. Hadeuhhhh dengar namanya saja saya sudah pusing, apalagi yang naik ya.

Ontang-Anting: Wahana Favorit Vay

Ontang-Anting: Wahana Favorit Vay

Total Vay ada 9 kali naik wahana. Rumah Miring masuk dua kali, Rumah Kaca juga, dan Ontang-Anting tiga kali naik. Turun dari Ontang-Anting, Vay kelihatan agak lemas. Pastinya sih mual ya, bayangkan saja yang dinaikin berurutan wahana puyeng semua, hahah….!

Pontang Pontang

“Pontang Pontang”

Untuk mengembalikan stamina – habis puyeng, bo’ – para emak langsung bawa anak-anak ke A Fung, menghangatkan badan dengan semangkok bakso hangat.

Baru kemudian setengah jam kemudian kami pisah. Teman saya dan anaknya masih mau stay, sementara saya dan Vay memilih pulang. Vay udah capek, terus dia juga sadar besok mau ujian, jadi gak mau tiba di rumah kemalaman, takut gak sempat belajar.

Di Dufan kemarin, sebenarnya juga ada Tulus dan Raisa yang diundang untuk menghibur karyawan. Tapi Dek Vay gak kepengen nonton, pengennya main aja. Ya sudah, saya gak mau maksa juga harus nonton Tulus dan Raisa. Lagi pula, saya sudah beberapa kali juga nonton Tulus di event kantor, terus juga udah beberapa kali ketemu Raisa untuk urusan kerja dan lihat Raisa nyanyi private di depan mata, jadi biarlah kali ini skip dulu. Yang penting anaknya aja, maunya gimana. It’s our quality time, kan?

(Dan baru sadar kami tak punya foto berdua kemarin)

Nah! Urusan cari parkir saat pulang. Parkir jauh di tempat yang gak familiar, beneran deh, sampai sepuluh menit lebih jalan dan memutar-mutar mata, baru ketemu. Tentengan pun makin banyak. Soalnya pulang dari Dufan kan ada oleh-oleh juga yang dibawa. Begitu lihat mobil dari kejauhan, lega rasanya. Hahah.

Saya bisa bilang kemarin adalah family gathering yang paling saya nikmati. Mungkin lokasi yang spesial jadi salah satu alasan – yeah, meski mengantri juga tapi kan gak seramai antrian umum ya – tapi yang terpenting adalah karena saya melihat banyak tawa Vay selama di Dufan.

Alhamdulillah. What a wonderful day we had.

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

12 thoughts on “November Rain di Dunia Fantasi Ancol

  1. Pingback: Tempat Wisata di Jakarta yang Wajib Dikunjungi | Mom Travel & Photography Blog - Zizy Damanik

  2. Lgs inget, trakhir ke dufan, aku jg acara family gath kantor HSBC mba :D. Dan walopun dufan ditutup juga seharian utk org luar, ttp ya bok, rame byanget antriannya ama keluarha karyawan. Yg sialnya, aku sebagai pecinta wahana extreme, cm bisa naik istana boneka, krn lg hamil waktu itu -_-. Huuftt, sumpah ga betah jadinya hahahaha.. Untung si kakak akhirnya capek jg, dan ngajakin pulang :p

    • Zizy

      Istana boneka itu buat sebagian orang katanya serem, soalnya boneka-boneka itu kan sebenarnya bisa “diisi” yaaaa…. heheee….
      Sekarang udah bisa dong ya main yang totally extreme…

  3. Selamat ulang tahun, provider kesayangan. semoga semakin jaya dan semakin baik lagi

    Aku itu suka kagum melihat ekspresi Vay yang tampak selalu happy dan enggak ada takut-takutnya. Awak diajak ke Dufan entah kenapa keringat dingin. penakut kali disuruh main2 wahana di sana

Leave a Reply to Zizy Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *