Pengemudi Wanita

Tadi siang iseng, ngerjain mobil di belakang. Jadi ceritanya, karena mobil saya masuk bengkel untuk reparasi, saya pun pinjam mobil saudara yang sedang dititip di rumah. Dan mobil ini transmisi manual. Saya tidak ada masalah dengan mobil manual sih, karena sejak dulu selalu pakai manual. Saat pindah ke Jakarta tujuh tahun lalu, baru kemudian ganti pakai matic, dengan pertimbangan jalanan yang macet akan bikin kaki pegal setengah mati.

Nah, tadi waktu mau keluar mall KoKas, saya dan mobil di depan saya mengantri untuk naik ke basement 1, karena di atas sana arus mobil dari arah seberang sedang banyak, dan itu pas di tikungan, jadi harus gantian. Mobil di depan saya sudah naik dan sudah lewat tanjakan, tapi dia masih tunggu giliran untuk belok. Jadi saya tetap diam di tempat. Iya dong, mana mau saya tersangkut di tengah tanjakan. Nah, di belakang mobil saya juga ada tanjakan dari basement 3 ke stop point basement 2, untuk kemudian langsung naik ke basement 1. Jadi kalau lagi kosong, yang dari B3 ya tinggal lurus ke B1 tanpa muter-muter. Di stop point itu dua mobil bisa stay bersamaan.

Brrmm… Saya lihat dari spion ada mobil abu-abu sudah naik dari B3, dan berhenti di belakang saya. Dia langsung ngedim, kasih lampu. Apa sih maksud kawan ini? Saya langsung emosi. Sudah tahu di atas sana mobil masih stuck, masa saya disuruh maju? Sangkut dong di tengah-tengah, pakai manual pula ini kan? Saya tetap diam. Tak berapa lama dia ngedim lagi. Saya makin kesal. Nah tak lama mobil di atas sudah jalan sedikit, berarti saya sudah bisa naik, nih, karena saya sudah perhitungkan tak akan tersangkut di tengah ataupun di ujung. Saya masukkan perseneling dan injak gas, lalu mobil di belakang mengikuti. Oke, sekarang gue kerjain, lu! Tiba di ujung atas, saya injak rem. Padahal di depan saya sebenarnya masih bisa maju sedikit lagi (hanya sedikit, karena masih antri). Sengaja! Biar dia tersangkut! Biar tahu rasa, begitu tuh kalau gak sabaran. Mobil di belakang kaget dong. Pastilahhh… pusing antara injak rem, injak kopling, dan rem tangan. Dia langsung klakson. Emang gue pikiriiinnn…. kau kira aku bisa terus, apa? Kan mobil di depan juga belum jalan? Saya ngomel-ngomel sambil cekikikan. Lalu Vay nyeletuk, “Mami ini kayak Ayah aja, suka sengaja berhenti di tengah-tengah nakutin orang.” Hahaha… “Biarin, Nak. Orang kayak gitu harus dikasih pelajaran, sudah tahu yang di atas belum jalan, dia mau ikutan naik.” Tapi kemudian saya maju sedikitlah, biar dia bisa sangkutin roda depan minimal. Setelah itu, dia langsung banting stir ke kanan, mencari space kosong biar gak kesangkut. Hihi…

Pada merasa gak sih kalau orang-orang suka under estimate dengan pengemudi wanita? Kalau saya pergi bareng teman-teman, saya tidak suka mobil saya disetirin orang lain. Saya ini suka menyetir, jadi tidak usah repot-repot bergantian hanya karena tidak enak disopirin perempuan. Kalau teman-teman kayak worry saat saya mau parkir, saya selalu bilang, “Tenaaanngg…. saat kalian baru lahir, aku sudah nyetir, lho!” Kesannya belagu banget, ya. Hahah…

Kalau di jalan, saya suka kesal dengan tukang klakson di belakang. Gara-gara dia lihat pengemudi wanita langsung diklakson-klakson. Pasti dalam hati bilang, “Ah, dasar perempuan, bawa mobil lama bener!” Makin diklakson, semakin pelan pula laju mobil saya jalankan. Kadang saya sengaja berhenti, lalu pasang lampu hazzard, pura-pura ada masalah. Mbok ya sabar gitu kek, mau cepat ya terbanglah kau, udah tahu jalanan macet, ya santai saja.

Tukang parkir apalagi, kadang terlalu berlebihan mengarahkan, bikin saya pusing dengarnya. Pernah saya berhenti dan turun, “Mas, maksudnya apa sih? Dari tadi disuruh maju mundur maju mundur? Saya bisa kok ngukurnya.” Kayaknya dia khawatir saya parkir terlalu ke kanan atau terlalu ke kiri, padahal saya jarang sekali bermasalah dengan parkir. Cukup sekali sudah masuk. Parkir paralel kalau susah baru dua kali. Kalau sudah berhasil parkir hanya dengan sekali mundur, saya selalu sombong di depan Vay, “Lihat Vay, Mami ini jago nyetir. Gak perlu berkali-kali maju mundur. Sekali cukup.”

Sampai kemudian kejadian. Sombong itu pasti kena batunya. Waktu itu kejadian, saat naik ke basement 1 di mall, saya dengan cuek belok ke arah keluar yang kebetulan saat itu sedang ditutup. Mbaknya Vay bilang dari belakang, “Bu, kayaknya tadi ada itu, yang orens-orens itu.” “Ha? Gak ada kok.” Saya cuek dan terus melaju, lha wong saya gak lihat ada sesuatu kok di di depan tadi. Dan lima puluh meter kemudian, seorang pengunjung mall yang sedang berjalan ke mobilnya melintas di depan mobil, memberi tanda dan menunjuk ke arah bamper. Saya berhenti, dan dia berlari, mengambil sesuatu. Huahahaha… ternyata benar, saya tadi menabrak cone pembatas, dan tak terasa kalau nyangkut. Terima kasih ya! Itulah, makanya jangan meleng.

Kejadian berikutnya, karena saya meleng juga. Saat keluar rumah – resiko rumah pas di pinggir jalan – kan saya sudah lihat kiri-kanan-kiri, kosong. Saya melaju tapi mata ke kanan, karena lagi melihat mobil bou Vay yang sedang diparkir. Tahu-tahu ada mobil lewat dari kiri (memang tak terlihat karena pas belokan). Pas saat kepala saya menoleh ke kiri, pas muncung mobil saya sudah pas di samping bodinya. Refleks saya rem dan langsung pindah persneling ke Reverse! Zzeeeettt! Mundur dengan cepat, berharap tadi tidak sempat menabrak. Saya turun dan deg-degan bertanya, “Kena, ya Pak?” Sementara si bapak yang punya mobil manyun. Sebenarnya dia hanya baret sedikit saja tapi panjang. Mobil saya malah bampernya lepas, karena saat plat nomor tersangkut di bodi mobil itu (itulah yang bikin baret), bamper ketarik sedikit. Ya sudahlah, itu sudah diselesaikan dengan kekeluargaan. Makanya mobil saya sedang masuk bengkel sekarang.

Pesan moral dari kisah ini: berkonsentrasilah saat mengemudi. Mau pengemudi pria atau wanita, pasti ada yang sangat mahir dan ada juga yang pas-pasan. Tapi, kecelakaan berkendara biasanya terjadi paling sering karena kelalaian driver. Maka, berhati-hatilah.

Dan juga bersabarlah, biar gak dikerjain orang kayak driver yang tadi tersangkut di tanjakan itu!

Thanks sudah berkunjung ke TehSusu.Com. Subscribe to Get More. Enter your email address:Delivered by FeedBurner
Sharing is Caring

Share this Post



This entry was posted in Opini. Bookmark the permalink.

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

25 thoughts on “Pengemudi Wanita

  1. kursus mengemudi aman

    bawa kendaraan bermotor itu ga ada istilah jago lah kayaknya…. bisa diumpamakan kayak pembalap jg ga sih…? michael schumacher – vakentino rossi – dsb aja jg srg insiden….

  2. haha
    seru bgt ngerjainnya kak

    kalo aku sih paling palak kalo ada yg kasih lampu jauh dr belakang. kita yg di depan suka kesel, pdhl dia bs nyalip kalo dia mau.
    biasanya sih aku kerjain, aku kasih lewat trs gantian “siksa” pake lampu jauh spy tau rasa dia ga enaknya “ditembak” gt. :))

    eniwei, aku sih ngga pernah meremehkan kemampuan pengemudi cw
    lah malah suka kagum sama supir taksi, busway or truck perempuan.
    😀

    • Zizy

      Setuju aku. Orang kayak gitu harus dikerjain.

      Bayangkan aja supir busway perempuan, kurang hebat apa.

  3. tapi kebanyakan yg suka meleng dan ngaco pengemudi wanita bu, apalagi kalau yg mengemudinya ibu ibu, suka bikin senewen belak belok seenaknya..

Leave a Reply to 21inchs Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *