Vay Dan Kompetisi

KOMPETISI

Saat open house sekolah Kinderfield ini tahun lalu meskipun sudah bersekolah di sana sejak Kiddy, tapi saya tetap hadir juga saat open house untuk masuk SD  para orang tua sudah dikasih tahu, bahwa anak-anak pasti akan ada banyak pe-er. Tapi karena buku-buku pelajaran semuanya disimpan di sekolah, yang dibawa pulang oleh siswa hanyalah buku pe-er saja.

Tapi, saat pertama ambil buku, ternyata bukunya tebal-tebal banget. Jadi karena memang untuk pelajaran selama setahun, jadinya tebal sekali. Buku pe-er juga begitu, sama tebalnya dengan buku pelajaran. Pelajaran utamanya adalah Bahasa Inggris dan Matematika, disusul Bahasa Indoneia, dan pelajaran Agama. Setiap hari pasti ada pe-er matematika, dan bahasa Inggris.

VayA yang dibelikan ransel kebesaran sama Opungnya kepayahan membawa buku-buku pe-er beserta bekal dan botol minumnya. Akhirnya dia bawa koper ke sekolah, biar tinggal seret, meskipun katanya sih masih keberatan juga. Jadi ya, isi tas sekolahnya itu: buku-buku pe-er dan diary (parents book), bekal snack, bekal makan siang, dan botol minum ukuran besar. Kayaknya sih yang bikin berat itu botol minumnya, tapi kalau dikasih botol kecil, dia suka malas menambah minuman, jadi sekalian dikasih botol besar saja, biar dia tahu kalau itu harus dihabiskan sebelum makan siang. **jadi terbayang betapa capeknya punggung anak-anak sekolah yang pulang jalan kaki bawa tas berat…

Alat-alat tulis tidak dibawa, karena semua disediakan di sekolah. Jadi hanya buku saja. Setiap pagi, begitu masuk kelas, mereka harus meletakkan setiap buku di rak masing-masing untuk nanti diperiksa Miss. Siangnya mereka harus kumpulkan lagi buku-buku mereka ke dalam tas sesuai dengan pe-er yang dikasih.

Dan setiap pulang kantor, saya langsung dikasih tunjuk Vay berapa nilai yang dikasih Miss untuk pe-ernya. Saya lihat awal-awal pe-er semua “excellent” — mungkin karena masih mudah juga soalnya hahah. Vay pun bertanya, “Mami suka gak kalau Vay dapat excellent?” Waduh! Kalau saya bilang senang, lalu misalnya nanti dia tiba-tiba dapat nilai jelek, saya takut dia malah stress dan sedih karena mengecewakan maminya. Saya senyum sok cool aja, gak mau kelihatan senang dengan “excellent”-nya itu, tapi saya bilang ke dia, berapapun nilai yang dia dapat, yang penting adalah dia sudah berusaha sebaik-baiknya. Kalau dia dapat “good” pun saya sudah senang. Dan tak lama kemudian, mulai ada pe-er yang nilainya jadi “good”. Setelah dilihat, ternyata karena Vay suka buru-buru menjawab dan kemudian jadi kurang teliti dengan instruksi. Contohnya, pertanyaan: “Who is Mr. Smith?” Harus dijawab, “Mr.Smith is… bla bla bla” Tidak boleh hanya: “A policeman.”

Yang paling pusing adalah pe-er Math, karena instruksinya dalam bahasa Inggris. Sampai minggu lalu itu ada pe-er di halaman 21 yang saya gak paham maksudnya. Lalu saya kirim Whatsapp ke Miss-nya, bertanya.

Dan ketika Miss-nya mengirim balasan, malah Miss-nya yang tanya balik. “Bu, kenapa Vaya sudah ngerjain halaman 21, ya? Itu memang belum dipelajari di sekolah, kasihan Vaya.” Langsung saya periksa ulang buku diary. Memang iya, di situ pe-ernya hanya halaman 18.

Ooohhh… barulah saya ngeh. Jadi, si Vay ini, hobi mengerjakan pe-er lebih banyak dari yang dikasih. Dari awal sih saya lihat dia pasti lewatin 1-2 halaman, dan karena Miss-nya pun tetap kasih nilai juga (meskipun itu seharusnya next homework), jadi saya pikir Miss-nya memang kasih pe-er tidak tertulis untuk halaman 21 itu. Tentu saja Vay gak paham bagaimana mengerjakan yang halaman 21 itu, karena memang belum dipelajari di sekolah. Itu adalah pelajaran pertama yang bikin semua stress siswa dan para ibu. Number bonds. Hahah. Ibu-ibu di BBM group mengeluh semua tak tahu bagaimana ngajarin anaknya biar paham.

Saya tanya Vay, kenapa sih dia memaksa mengerjakan halaman berikutnya? Jawabannya, dia tidak mau kalah dari teman-temannya. Makanya dia harus duluan ngerjain halaman berikutnya. Ya ampun. Ini anak-anak kecil baru kelas 1 saja sudah mulai berkompetisi. Dan dua hari kemudian, halaman 21 dst pun sudah bisa saya ajarkan ke dia, karena buku Step By Step Math baru dibawa pulang.

IMG_4616

Bicara soal kompetisi, awal minggu lalu saat saya masih cuti pun, ada drama dari Vay ini. Mungkin karena dua minggu bersama maminya, dia jadi manja. Baru saja setengah jam saya tinggal di sekolah, tiba-tiba ada telepon dari sekolah. Saya angkat, suara Vay menangis. Dia minta saya datang ke sekolah segera. Harus. “Vaya mau keluar, Mi. Mami datang sekarang, ya!” Haaa??? Saya yang lagi ngopi pagi di sebuah resto 24 jam langsung lompat. Dalam perjalanan ke sekolah, saya telepon balik ke sekolah, bertanya ada kejadian apa sih, karena belum pernah sejarahnya Vay begini. Pegawainya kemudian bicara sebentar ke Vay, lalu katanya saat itu sedang pelajaran agama, dan Vay tadi sempat tidak tahu saat ditanya. Tiba di sekolah, saya langsung ke kelas, kepikiran jangan-jangan guru agamanya galak kali ya. Saya intip, eh dia lagi duduk di dalam santai-santai belajar. Miss-nya keluar, bertanya ada apa. Oalah, dia pun tidak tahu lho kalau tadi Vay itu telepon saya sambil menangis. Dasar drama queen nih si Vay. Jadi tadi dia permisi ke toilet, tapi lalu ke resepsionis bilang dia mau telepon maminya. Saya tanya bisik-bisik, kenapa hanya karena gak bisa jawab terus minta keluar kelas, lalu dia bilang, dia malu sama teman-temannya. Alamak. Ternyata gara-gara masalah kompetisi lagi. Nak, biar tahu ya, tadi Mami tinggalkan itu kopi dan pancake gara-gara dengar anak Mami nangis, bikin panik. Nih, lihat ini fotonya. Dan dia cuma nyengir.

Pulang sekolah, saya lihat dia diajak diskusi sama ayahnya, bagaimana belajar untuk menerima kenyataan bila dia tidak menjadi yang terbaik, dan hanya jadi biasa-biasa saja. Dia mengangguk-angguk, sepertinya sudah mulai lega hatinya sedikit, hahah.

Ketika Senin berikutnya dia melapor ke saya bahwa dia dipilih class leader sebelumnya sebagai class leader minggu itu, saya senang melihat excitednya dia saat berkata, “Vaya girl pertama yang jadi class leader, lho, Mi.” Begitulah hidup ya, kadang di atas kadang di bawah. Kemarin excellent, kemudian good, kemudian jadi lumayan, dan kemudian good lagi.

CLASS TEST

Dan Rabu kemarin, tibalah Class Test pertama. Math. Mati. Saya deg-degan setengah mati. Ini tes pertama number bonds. Semua buku dibawa pulang. Dan barulah saya lihat buku pelajarannya itu dari awal memang ditaruh di sekolah ternyata di situ lengkap kok metode pengajarannya. Selasa malam, saya baru sempat menemani dia untuk latihan number bonds dengan segala macam pilihan. Bagaimana agar dia bisa cepat mencari pasangan number tanpa bingung mau yang mana duluan. Trik yang saya kasih ke Vay sih, mulailah dari yang terkecil atau yang terbesar dulu. Misalnya number bonds 10 itu mulai saja dulu dari 1-9, 2-8, 3-7, 4-6, dst. Lalu bagaimana tips cepat mencari tahu milik siapa yang more than one. *Asli maminya pusiiiinngg…

Vay pun paham, lalu senyum-senyum. Saya katakan padanya, “Selamat test ya, Sayang. Do your best, dan ingat, jangan terburu-buru.”

GIRL

Lalu Jumat kemarin, ternyata hasil test-nya sudah keluar. Saya tahunya karena para mommy membahasnya di BBM Group. Ada yang anaknya dapat 71, ada yang 79, dan ada yang 91. Saya langsung tanya Vay, berapa nilai tes Math-nya. Katanya, “Gak tahu.” Tapi katanya dua orang temannya dapat poin 100. Saya penasaran, ambil diary. Nilainya tercantum di situ. 99. Wuih? 99? Kata Vay, “Miss bilang, Vaya lupa gambar kelereng satu, soalnya Vaya kira gak perlu digambar, tapi ternyata harus digambar.” Jadi mungkin itu yang buat skornya berkurang 1 poin. Ah. Tapi itu sudah bikin saya surprais sekali. Soalnya tidak menyangka dia bisa dapat nilai setinggi itu, mengingat saat belajar dia sempat melamun-melamun gitu (karena ngantuk kali ya!). LOL.

Semogaaaa nanti test yang lain juga bisa ya. Deg-degan nih.

Thanks sudah berkunjung ke TehSusu.Com. Subscribe to Get More. Enter your email address:Delivered by FeedBurner
Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

14 thoughts on “Vay Dan Kompetisi

  1. Vay keren ya! Di sekolah pinterrr dan udah mengerti arti kompetisi dalam belajar. Ini berarti kompetisi yang sangat positif lho mami Zee 🙂 Semoga selalu semangat belajar dan kompetisi di sekolah ya Vay!

    Kalau Shaina masih santai banget, belom peduli soal kompetisi begini. Malah emaknya yang kompetitip dan sibuk nyampein, “kalau tau, harus cepat angkat tangan yaa” “suaranya yang keras yaa”… dan wejangan kalau-kalau lainnya dalam menghadapi pelajaran di kelas haha.
    Yang jelas, katanya dia melakukan yang dia bisa saja. Itupun menurut aku sudah cukup. Tinggal maknya deg2an aja, semoga yang dia bisa itu sesuai harapan ortunya hehehe. Lucu ya kita emak2 ini. Urusan gini aja deg2an haha.

  2. vay cerdas mbak, bahkan sudah natural berkompetisi membuat vay terlihat sangat rajin. Jarang sekarang yg begitu, kadang malah malas belajar karena desakan orang tuanya mendapatkan nilai yang baik. Salut buat vay… 😀

    *jangan nangis lagi ya vay* 🙂

  3. Hahah …
    Mamanya panik …
    (eh saya juga gitu dulu …)
    tapi yang jelas Vay sudah punya hasrat berkompetisi itu keren banget …
    tinggal gimana memberinya wisdom … bagaimana cara berkompetisi dengan sehat

    Makin pinter ya Nak …

    salam saya Zee
    (22/8 : 9)

  4. Haha.. Mamanya kena jebakan Batmanya Vay..
    Lucu juga ya, cerita seperti ini bakal diingat terus sama orangtua.
    Duh gak bisa bayangin gimana kasiannya anak-anak nggendong tas ke sekolah

Leave a Reply to Yuniari Nukti Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *