Panasnya Kota Tua

Setelah sekian tahun tinggal di Jakarta, akhirnya datang kesempatan main ke Kota Tua. Sekalian ada kerjaan supervisi pembuatan video di sekitar situ, jadilah sejak pagi nongkrong di salah satu kafe. Mobile office ceritanya, halah…

Hari kerja, tapi suasana tetap ramai. Rombongan anak kuliah, pasangan turis, sejak pagi sudah memenuhi halaman Museum Fatahillah.

Kelihatan tua. Dan memang Kota Tua ini tua sekali. Kumuh juga, karena banyak pengemis, pengamen bertatoo, dan preman-preman yang meminta pungli.

Museum Fatahillah

Museum Fatahillah

Yang menarik perhatian pengunjung adalah para patung manusia dengan aneka kostum. Mereka menamakan dirinya Komunitas Manusia Batu. Tadinya, saat kami bergerak mendekati halaman untuk mencari lokasi, saya sudah lihat ada ‘patung tentara warna hijau’, tapi gak ngeh kalau itu patung bohongan. Kirain patung batu beneran. Baru deh, teman saya bilang, mbak kasihan ya yang ijo-ijo itu, saya baru melihat, dan ngeh kalau ternyata itu orang beneran yang jadi patung. Di depannya ada kaleng untuk sumbangan sekadarnya dari pengunjung, dengan tulisan, bisa berfoto bersama. Juga atribut ala tentara, juga berwarna hijau. Saya yang penasaran sampai pegang baju si Patung Tentara, ingin tahu itu terbuat dari apa. Wajah dan lehernya semua juga dicat hijau, pantaslah kalau dikira patung. Di sisi sebelah sana juga ada patung lain, seperti patung pengantin, dan vampir cina.

Terbersit iba. Dari pagi sampai sore, para patung itu berdiri, berjemur, demi mencari nafkah.

Saat selesai berfoto bersama patung tentara, saya sampai lupa melepas helm tentaranya. Hahah, soalnya panas bo’ jadi enak aja gitu pakai penutup kepala. Hampiiiir aja melarikan properti orang. Tapi yang jadi tentara hijau orangnya gak perhitungan sih, saat kita shooting dengan dia sebagai background, dia tak masalah. Beda dengan patung satu lagi yang di ujung sana, mata duitan sangat.

Manusia Batu

Manusia Batu

Sepeda yang bisa disewa seharga Rp 20.000

Puppet Music ?

Menjelang sore, lapangan semakin ramai. Pengamen-pengamen mulai lewat, pengemis. Lalu tukang jualan juga mulai beroperasi. Saya juga jajan dong, pastinya. Ada kerak telor, selendang mayang. Juga tukang jagung bakar. Ahaiii, jarang-jarang lho bisa menikmati jajanan pasar kalau tidak ada kegiatan begini.

Thanks sudah berkunjung ke TehSusu.Com. Subscribe to Get More. Enter your email address:Delivered by FeedBurner
Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

16 thoughts on “Panasnya Kota Tua

  1. Pingback: [Video] Indosat BlackBerry Z3 | | Life & Travel Journal Blogger Indonesia

  2. Pingback: [Video] Indosat BlackBerry Z3 | TehSusu.Com

  3. Belum pernah berhenti lagi mom sejak dulu pas berkunjung waktu SMP bersama Guru dkk…

    Menarik juga ke Kota Tua lagi dan mdh2an bs pas lagi cuaca bersahabat..

  4. Saya awal bulan kemarin ke Museum Kota Tua, beneran panas bgt kak 😀
    tp seru sih, melihat2 org ramai mengunjungi museum, banyak jajanan jg, tp sy respect deh sama mereka, pengamen2 disana, spertinya mereka diajarkan untuk ikut membantu kebersihan lokasi kota tua, pas sy kesana, mereka lg diarahkan seseorang untuk membawa alat2 kebersihan sebelum mengamen, ikut mungutin sampah dll.

    klo diliat sekilas, kota tua sepertinya rapi ya, menurut kakakku yg sebelumnya pernah kesana, tadinya museum ini agak semrawut katanya, pedagang seenaknya buka lapak.
    tp pas kami kesana sudah atur.

    semoga penataan kota tua semakin keren ya, biar pengunjungnya betah.

    • Zizy

      Waktu kemarin ke sana, ga kotor sih. Tukang jualan jualannya di pinggir2 atau di bawah pohon, eh, itu teratur ga yaa… hehehe…

Leave a Reply to Riski Fitriasari Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *