The Kindergarten Girl

Ingin cerita tentang Vay yang sekarang sudah naik ke kelas KG (Kindergarten) di Kinderfield. Jadi sekarang kan sekolah Vay itu sudah pindah ke gedung sendiri (sebelumnya masih ngontrak), gedung yang pembangunannya lebih lama selesainya dibandingkan bangun apartemen. Soalnya dua tahun lebih. Waktu Vay masuk ke sekolah ini dua setengah tahun lalu, pihak sekolah katanya sudah dalam proses membangun. Dengar-dengar waktu itu sih pembangunannya terkendala karena masalah izin yang dibikin ribet beberapa pihak. Yeah begitulah. Tapi yang penting sih akhirnya selesai juga, karena gedung yang lama itu juga kurang nyaman untuk ukuran sekolah. Terlalu banyak ruang tertutup tanpa ventilasi yang cukup, juga sempit. Ya memang gedung lama itu aslinya sih rumah tinggal, dengan halaman yang cukup luas di belakang. Belum lagi bapak tua yang punya gedung yang rumahnya di belakang gedung sekolah, cerewet banget. Kerjanya marah-marah melulu, mulai dari mobil tidak boleh parkir di depan garasinya (meski sebentar), sampai mbak-mbak yang nungguin anak juga tidak boleh duduk di bawah pohon besar miliknya. Waktu proses pindah-pindahan sekolah, si bapak itu sedang memperluas rumah kos miliknya. Keliling sambil merepet mengomentari ini itu. *Ah, langsung mikir mudah-mudahan tua nanti saya gak seperti dia hehehe…

Gedung sekolah baru ini tidak terlalu jauh dari rumah sebenarnya, tapi memang kalau dibandingkan yang kemarin, ini ya jauh. Kemarin itu hanya tiga menit ke sekolah karena sekolahnya pas di depan jalan besar, Vay kepeleset juga nyampe kali. Yang sekarang di daerah Rawa Domba, lebih kurang 15 menit kalau dari rumah. Dan tahu tidak, bulan lalu itu saya sudah survey lokasi sampai dua kali untuk menghapal jalan potong ke sekolah itu, tapi dua kali itu juga saya nyasar. Kelewatan ya hehe. Salah belok sekali, keluarnya entah di mana, haha. Muter lagi ke jalan besar, eh masih salah juga. Karena jengkel, saya keluar saja ke jalan utama dan memilih lewat Jalan Raden Inten, seperti yang ditunjukkan dari Maps. Satu jam baru sampai di sekolah. Nah pulang dari sekolah lewat jalan kecil itu sih hapal, tapi begitu disuruh balik kok mis arah gitu jadinya. Sungguh, saya itu tak paham betul lho bagaimana membaca Maps. 😀

Gedung barunya besar, karena di situ memang direncanakan untuk menampung siswa sampai kelas SMP. Dan di tahun ajaran baru ini, sepertinya siswanya jadi lebih banyak, karena kelas Vay anaknya sampai 18 orang, lebih banyak dari kelas yang lain.

Pembagian kelas merata diberlakukan di Kinderfield. Jadi saat naik ke KG-A, Vay dan teman-teman sekelasnya dulu dipencar-pencar. Dari kelas Kiddy 2C sebelumnya, Vay hanya bertiga dengan dua temannya, Valerie dan Tasya. Tapi ada dua teman baletnya juga yang sekelas dengannya. Kelas mereka di KG-A Yellow.

Bagaimana ya kira-kira Vay saat harus masuk sekolah pertama kali? Sebenarnya saya ingin mengantar dan menemaninya di hari pertama itu (Senin lalu) tapi sayang beribu sayang ada event seminar di kantor pada hari itu, dan saya tak mungkin cuti secara saya pic-nya pula. Untung Opungnya bisa menemani ke sekolah, meski hanya sebentar.

Saat saya telepon nanny-nya menanyakan kabar Vay, ceritanya ternyata seru juga. Kata si nanny, banyak banget anak yang nangis termasuk beberapa teman Vay dulu di Kiddy 2C, tapi Vay baik-baik saja. Dia malah terlihat senang karena bertemu banyak orang. Ah, saya langsung lega dengarnya, tadinya takut Vay juga nangis. Namanya anak-anak kan mood-mood-an ya. Lalu kata nanny-nya, kok Vay paling besar sendiri Bu di kelasnya? Loh kok bisa, tanya saya. Iya, yang lain kecil-kecil. Wah, ternyata Vay mulai meninggi ya, tidak terasa. Di kelasnya itu sebenarnya banyak yang tinggi juga, tapi kebanyakan anak-anak cowok. Teman Vay di kelas dulu ada yang sudah tinggi banget tapi mereka di kelas lain.

Vay waktu baru masuk kelas Toddler, 2010

Hari pertama masuk KG, berbaris dulu sebelum masuk kelas (foto dikirim via MMS dr nanny-nya)

Hari kedua sekolah, baru deh saya bisa mengantar dan menemani Vay sebentar. Kelas KG masuknya setiap hari dari Senin sampai Jumat, jam 8 ke jam 12, dan Miss-nya hanya dua orang. Karena anak-anak harus benar-benar belajar mandiri saat di KG, maka mbak-mbaknya tidak boleh menemani sama sekali, membantu menyuapi saat jam makan apalagi, jelas tidak boleh. Anak-anak kalau mau ke toilet, harus keluar kelas sendiri kemudian mencari Mbak Toilet (ini istilah Vay nih) bila belum bisa pee sendiri. Ruang kelas terletak di satu sisi yang bisa diakses dari pintu masuk ke gedung namun ditutup dengan pembatas untuk menghalangi orang keluar masuk dari situ. Jadi kalau mau mengintip anak ke kelas harus memutar dari sisi sebelah.  It’s a good idea tentu saja untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Tapi biasanya, parents tak diizinkan mengintip setelah lewat 30 menit jam kelas, area kelas harus clear. Miss Eka, koordinator akan datang dan meminta parents atau mbak untuk menunggu di ruang yang disediakan.

Hari kedua sekolah. Itu Vay keluar sendiri pakai kalung “Toilet”, tp pas tahu maminya masih di luar langsung jejingkrakan happy. Trus foto dulu..

Mereka juga tidak boleh pakai botol minum dengan model tekan yang ada sedotan, tapi harus pakai botol dengan tutup yang bisa diputar atau model gelas dengan tutup. Tujuannya sih untuk melatih motorik. Karena sekarang jam sekolah jadi lebih lama, Vay dibekalin yang cukup. Setangkup roti meses, juga nasi dan lauknya. Jadi yang dibawa di tas Vay itu tergantung dia maunya apa. Hari pertama Vay bawa roti di tas, nasi dan lauk dipegang si mbak. Malamnya, Vay bilang, “Mbak, besok Vaya mau bawa nasi sama ayam ya, tarok di tas Vaya.” Katanya dia mau nunjukin ke Miss-nya kalau dia bisa makan nasi. Maksud Vay sebenarnya mau pamer kalau dia sudah bisa suap sendiri. 🙂 Tapi di hari ketiga, dia minta bawa roti.

Kemarin itu ada teman Vay yang menangis ketakutan saat tiba di depan kelas. Dia menolak masuk, sampai mommy dan miss-nya berjuang sekuat tenaga pegangin dia. Begitu masuk ke kelas, tak lama terdengar suara kunci pintu diputar, dan pintu ditabrak. Anak itu mau lari keluar, masih menangis juga, dan Miss-nya secepat mungkin menangkapnya sebelum keluar. Sebenarnya parents boleh menemani selama satu minggu bila si anak memang tidak bisa ditinggal, tapi mommy-nya ini tidak mau soalnya anaknya kan sudah sekolah dari Kiddy 2, harusnya dia sudah lebih mudah beradaptasi. Bagus sih, memang harus tega karena biasanya tangisan itu hanya berlangsung satu dua minggu pertama sampai si anak merasa nyaman karena sudah kenal dengan Miss-nya. Waktu Vay selesai pee, saya katakan padanya, ”Vay, itu Valerie kan nangis. Dibujuk ya temannya, bilang jangan nangis ya… kan ada Vaya…” dan Vay mengangguk-angguk setuju. Saya percaya lho Vay bisa menjadi pembujuk yang baik, karena nilainya untuk Character Development dapat skor Outstanding untuk Confidence dan Socialization. Kata Miss-nya di Kiddy 2 dulu, Vay lah yang selalu membujuk temannya kalau menangis. Diusap-usap punggung atau dadanya, sambil berkata, ”Jangan nangis, yaa…” Paling bisa ya si Vay, padahal kalau di rumah dia sendiri tukang nangis. Eh tapi anak-anak kecil ini tenaganya kuat banget ternyata kalau lagi ngamuk. Nanny-nya Vay cerita, di kelas lain ada anak yang harus dipegangin tiga orang; Miss, mami, dan mbaknya. Dan itu juga mereka kewalahan. Geli sendiri deh kalau dengar cerita itu, jadi ingat waktu Vay baru masuk dua tahun lalu juga ada temannya yang tenaganya kuat banget, menggubrak-gubrak pintu minta keluar. Bahkan Vay gara-gara mau ajak main langsung didorong hingga kejedot kepalanya ke dinding. Baca cerita sekolah Vay pertama kali di sini.

Saya juga dapat banyak cerita dari nanny-nya Vay. Katanya, nanti ruang tunggu mbak jadinya di samping, gak boleh gabung dengan tempat duduk parents. Saat ini sih karena gedung juga masih proses finishing, ruang tunggunya hanya satu, di depan, dan full. Kemudian katanya dia lebih suka duduk di Basement, karena kalau di atas saking ramainya kalau ada panggilan dari pengeras suara tidak akan kedengaran, sementara kalau di basement terdengar jelas.

Gosip terbaru yang saya dapat adalah tentang para Miss di KG. Kelas Kindergarten A itu kan ada empat (kalau gak salah lihat kemarin); white, red, green dan yellow. Waktu si mbak ini lagi ngobrol-ngobrol dengan mbak-mbak lain yang menunggu, ada mbak-mbak yang bilang kalau ada satu Miss di salah satu kelas KG-A itu – bukan KG-A Yellow – yang agak “gimana” gitu sama muridnya. “Agak gimana itu gimana,” tanya saya. “Ya maksudnya itu kalau ngomong sama anak-anak itu gak  pelan-pelan gitu lho, Bu. Kalau dimarahin langsung kayak beneran gitu.”

Si mbak-mbak itu bilang ke mbaknya Vay, untung Vay gak dapat Miss yang itu, soalnya dulu waktu momongannya di KG-A (sekarang sudah naik ke KG-B), dia sering lihat jadi tahu Miss yang mana saja yang galak. Nanny-nya Vay agak khawatir sepertinya, takut kali ya karena dengar ada Miss yang galak, tapi saya kan tak mungkin ikut menjelekkan. Saya katakan, memang di tiap kelas itu harus ada satu Miss yang tegas, itu memang sudah diatur dari sekolahnya. Tapi mbaknya Vay ini bersikukuh kalau si Miss yang di KG itu “beda”. Sepertinya dia menggunakan waktu beberapa hari untuk melakukan observasi ya, hehe…

Memang sih. Kita sebagai orangg tua itu biasanya tahu Miss mana saja yang memang tulus dan mana yang tidak suka dengan anak-anak. Waktu Vay Kiddy 1 dulu, Miss yang galak itu Miss Sarh, tapi Miss Sarh itu penyayang. Biarpun galak dan tegas, tapi kelihatan kok dia sayang sama anak-anak. Ada satu Miss di Kiddy 2 yang juga tegas dan galak, Miss Mel namanya. Dia tegas dan tak segan menghukum anak-anak yang tidak patuh. Tapi setelah dia marahin, dia tetap terlihat sayang. Waktu Vay naik ke Kiddy 2, Miss Mel resign padahal saya suka lihat cara dia menangani anak-anak. Miss yang satu itu juga kayaknya nge-fans sama Vay, suka minta hug kalau Vay mau pulang. Di kelas Kiddy 2 C, yang galak itu Miss Tin. Ini sih laporan dari mbaknya Vay, yang bilang kalau Miss yang satu itu kalau ngomong sama anak-anak “langsung kenceng” tidak seperti dua Miss lain yang masih lembut bicara sama anak-anak.

Yang menarik yang saya lihat adalah, Vay sering sekali bercerita tentang lause-nya, sejak dari Kiddy 2. Kemarin ini saya dengar dia bercerita lagi tentang lause. Sepertinya dia terkesan banget, mungkin karena menemukan bahasa lain yang bisa dipelajari selain bahasa Inggris barangkali ya. Jadi di KG ini, pelajaran bahasa Mandarin sudah masuk silabus, kalau dulu kan masih intrakurikuler. Eh, iya…  waktu pembagian kertas nilai dari Lause dua bulan lalu, mimik saya persis orang bingung saat melihat huruf-huruf Mandarin itu, hahaha… maklum gak ngerti. Lause bilang Vay kelihatan sangat tertarik belajar, dia sudah bisa menghitung (verbal dan juga menunjuk angka) angka 1 – 20 (atau 10 ya, lupa) dalam bahasa Mandarin. Saya tanya, diajarkan menulis juga? Iya, jawab lause, tapi nanti di KG baru akan diperdalam. Dalam hati saya mikir, duh kalau saya suruh Vay berhitung dalam bahasa Mandarin juga saya gak tahu itu benar apa salah, hahaha.. Duh, mami kudu belajar lagi nih.

Oh iya, Vay tetap ikut mobil antar jemput yang dulu, tapi sekarang yang ikut jadi lebih banyak dan Vay sempat terlambat satu kali dijemput. Walau masih ada untungnya juga, karena jalan ke sekolah itu jalurnya melewati rumah kita, jadinya Vay selalu dijemput terakhir, dan sering diantar pertama kali pas pulangnya. Tapi memang sih ikut mobil jemputan itu kurang nyaman (kalau kata mbaknya), karena kalau full suka berjejal, dan anak-anak suka mual dan bisa mendadak muntah. Dibandingkan dengan anak lain yang dijemput pagi-pagi banget dan harus keliling menjemput anak yang lain, saya harus bersyukur Vay mendapat keberuntungan jadi yang terakhir dijemput jadi masih sempat sarapan di rumah dulu.

Ah anakku ternyata sudah besar ya. Tidak terasa. 🙂

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

37 thoughts on “The Kindergarten Girl

  1. Pingback: TehSusu.Com | Vay sudah KG B

Leave a Reply to echy Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *