Ternyata ya, si Vay sudah mengerti juga guru galak. Saya baru tahu beberapa hari terakhir ini saat lebih intens bersama dirinya. Jadi sejak kembali dari libur lebaran ke Medan kemarin, karena nanny-nya belum balik, maka saya yang menyiapkan semua kebutuhan sekolahnya.
Pertama, saat saya katakan padanya bahwa minggu depan maminya mungkin harus keluar kota lagi untuk urusan kerja. Lalu katanya dia ingin ikut. Tapi kan gak mungkin bolos tiga hari toh. Kalau sudah KG B begini, tidak bisa lagi kebanyakan main atau bolos, takut ketinggalan pelajaran kan. *Hahah… kayak betoooll aja. Lalu saya bilang begini, kalau dia ikut dengan saya berarti dia akan bolos beberapa hari. Vay terdiam lalu katanya, “Kalau begitu Mami harus bilang sama Miss-nya, supaya Vaya gak dimarahin.”
Nah kemarin pagi, akhirnya, untuk pertama kalinya saya mengantar Vay ke sekolah. Sekalianlah ingin tahu Miss-nya yang mana saja. Miss-nya juga baru ketemu saya kemarin itu, dan saya yakin meskipun di matanya dia ragu apakah benar saya mommy-nya Vay — karena wajah emak anak yang gak ada miripnya sama sekali — tapi Miss-nya langsung menegur saya. Pastinya karena saya sudah rapi dan berdandan sedikit. Coba kalau datang dengan rambut dijepit ke atas, wajah berminyak, belum mandi pula. Pasti dikira mbak barunya Vay. LOL. Ah sudahlah, skip! Saya langsung cabut, ngebut ke kantor dulu sebentar untuk menyelesaikan pendingan liburan, dan cabut kembali sekitar jam sebelas untuk jemput Vay.
OK. Saat pulang sekolah, karena Vay ikut les balet, maka saya pun menunggulah sampai selesai. Saat sudah selesai, saya ikut dengan dia ke kelasnya untuk mengambil tas. Ada beberapa temannya juga di situ, Giselle, Raffael, dan Cempaka. Lalu mau disuruh foto bareng, kan lucu nih lagi pada pakai baju balet (kecuali Raffael tentunya). Itu anak-anak sudah bergaya centil-centil, lho. Tapi tiba-tiba pintu terbuka, dan masuklah seorang Miss entah siapa, saya tidak hapal siapa. Eh anak-anak langsung diam, gayanya jadi berbaris biasa aja, jadi jaim, haha…! Aduh, antara lucu dan kasihan. Masa mau bergaya saat foto-foto aja jadi gak pede karena ada Miss.
Foto 1 : Vay saat baru keluar les balet
Foto 2 : Sesaat sebelum Miss masuk, gayanya masih centil
Foto 3: Begitu pintu terbuka, langsung jaim. Berbaris begini… LOL.
Malamnya, Vay baru bilang ke saya bahwa Miss-nya menanyakan communication book. Waduh! Saya baru ngeh. Maklumlah, selama ini biasa terima beres. Buku sudah diletakkan terbuka di meja, tinggal dibaca dan sign. Buru-burulah saya buka tas pe-ernya. Dan ternyata, ada pe-er pula! Banyak! Jadi, itu pe-er dikasih sebelum libur, dan Vay skip mengerjakannya. Mbaknya juga lupa sepertinya mengingatkan. Maklumlah semua udah kepengen libur aja.
Maka, malam-malam saya temani dia bikin pe-er. “Pronouns”, “to be” dan “math”. Yang “math” ini nih yang kemudian bikin dia stress. Jadi tugasnya adalah menempelkan potongan berisi “bulat-bulat sepuluh buah” di samping kolom bertuliskan angka. Jadi kalau angkanya “70” maka dia harus menempel 7 buah “ten” di sampingnya. Masalahnya, lemnya yang gak ada! Entah kemana itu lemnya, karena Vay memang hobi mencampakkan barang-barang kalau habis pakai. Saya juga tidak punya. Malam tadi saya bilang ke Vaya — dengan mulut rapat — inilah akibatnya kalau tidak meletakkan barang pada tempatnya. Jadi saat dibutuhkan gak ada. Vay diam. Stress kayaknya. Pe-er itu pun skip. Saya katakan padanya, besok bilang saja sama Miss kalau lem habis dan baru mau dibeli mami, jadi baru akan dibawa lusa. Vay pun tidur dalam diam. Saya tahu dia sedih dan takut dimarahi Missnya. Setelah itu saya whatsapp ke ayahnya yang masih di kantor, suruh bawa lem. Biar paginya bisa sempat dikerjakan tuh pe-er.
Tadi pagi, saat lagi siap-siapin bekalnya, saya cek tas sekolahnya ternyata ada pe-er lagi yang dikasih kemarin. Haduh, inilah kan, maminya pun gak ngecek tas sekolah, dan Vay juga tidak bilang. Vay bangun dan duduk di kursi, mengerjakan pe-er terbaru. Lalu tiba-tiba air matanya turun. Dia menangis terisak-isak. Lalu saya tanya, kenapa menangis? Katanya dia takut dimarahi Miss kalau tidak bikin pe-er.
Buru-buru saya ke kamar, tanya ayahnya sudah bawa lem belum. Kalau tidak ada, maka kita akan pakai nasi saja, wakakak…. Ternyata ada. Syukurlah. Langsung saya bawa keluar dan membantu mengoleskan lem sehingga Vay bisa menempel sendiri di worksheet dengan cepat. Ayahnya juga keluar, lalu tanya ke Vay kenapa harus menangis. Tidak perlu takut sama Miss, katakan saja sebenarnya kalau memang lemnya habis. Yeah, ngomong sih gampang ya, kita kan orang dewasa, kalau anak-anak kan lain. Dia pasti takut sama Miss-nya, apalagi pe-er itu juga sudah dikasih jauh-jauh hari. Setelah selesai dilem, baru dia bisa senyum lagi. Aduh, Nak, Nak, berat sekali beban hidupmu, padahal masih TK.
Gara-gara kejadian tadi, saya jadi berusaha mengingat-ingat siapa saja dulu guru saya yang galak banget sampai bikin saya takut. Kayaknya sih banyak banget guru yang galak, apalagi guru-guru batak di Medan. Dulu kayaknya stress banget ya sekolah itu. Sekarang gantian nih anak yang mulai pusing sekolah. Tapi ya ini sekali-sekali aja sih kejadian. Secara general, Vay itu happy sekolah.
galak emang perlu. tapi saya pernah dinasehatin (ditegur) ama kepala sekolah karena ditahu gak pernah marah. menurut gak perlu marah yg penting tegas ke anak2, tegas dg lemah lembut itu cukup.
di kota besar TK ternyata kesibukannya gitu ya. maklum sy jauh dari kota, ngajar di sekolah dasar di bawah gunung, jadi baru tahu yg beginian. semoga vay menikmatnya ya.
Ketegasan memang tak harus dgn suara keras ya Pak.
ya, tatapan juga bisa bicara. gitu pengalaman saya di anak dan murid2 di kelas.
Hihihi Vayaaaa!
Jadi keingetan sama cerita temenku yang ngajar di salahsatu bimbingan belajar sebut saja K*mon ^^v
Dia malah suka cerita ada anak yang request sama dia kalau nulis dibuku penghubung jangan bilang kalau dia lemot, maminya suka marah-marah katanya…
hihihi ^^
Memang iya tuh. Ortu jg kadang stress gara2 pendidikan skrg persaingan ketat ya jd kl anak agak lama pasti sebel sendiri or anak dicecer. Sy kdg kelepasan jg begitu 🙂
Aduh Vay….
Ayo sini tante ajarin bagaimana melawan guru galak 😛
Gak tahu ya bagaimana guru-guru itu memarahi anak kecil tapi yang jelas anak seusia Vay gak usah dimarahin cuma ditanya saja kadang sudah menganggap kita marah…
Pengalaman sama Vino ponakan saya, padhaal cuma bilang “Vino, tante gak suka kalau Vino habis main gak diberesin” begitu diingetin langsung bergegas beresin deh.’>’
Anak-anak kaya Vay kan hatinya lembut banget…
Iya, sama anak2 musti cari bahasa yg enak ya kalau bicara biar mereka g salah tangkap…
Menurut saya kadang guru yang sedikit galak itu perlu, kalau ingat dengan masa SD dulu, sikap galak guru membuat saya terpaksa mau menurut dan hasilnya cukup bagus untuk saya sendiri.
Setuju….
Waduh Zy, tulisanmu ini tepat waktu banget. Nanti malam aku hrs bawa Jake ke skul nya for the back to School Nite and anak2 mulai sekolah lagi hari Kamis besok stlh Summer holiday for just 3 months….. Aku aja yg tinggal disini, masih kelabakan kalau tiba2 di malam hari anakku perlu ini-itu, meskipun bbrp grocery stores disini buka 24 jam. Masalah pe-er, kayaknya makin gede anakku makin larut aja deh aku tidur, masalahnya memang sih anak2 sekolah di magnet school, tiap hari yg namanya pe-er tuh berjibun, Setiap courses ada pe-ernya dan yg bikin rumit, my oldest one itu tends to procrastinate. Anyway….. bentar lagi aku kembali jadi anak SMP neh.
Haha… iya ya, mau gak mau ibunya juga belajar lagi wkwkwkw…
Waktu kita kecil guru galak sedikit saja sudah bikin kita mengkeret Mbak Zizy..Saya lupa siapa saja guru yg galak dulu tapi emang gak enak kalau dipasangi muka kencang saat kita main bersama teman-teman..:)
Iya sih. Anak kecil klo lihat guru sptnya superior sekali ya..
aduh vay yg sabar ya