Dulu waktu anak masih kecil, orang tua rata-rata sangat sering membeli (dan menumpuk) barang. Tapi sekarang ketika anak sudah besar, pernah nggak, teman-teman merasa rumah sudah penuh sesak, ngelihat kok barang-barang di rumah rasanya makin banyak? Nah, di sinilah tips decluttering jadi sahabat kita supaya hidup terasa lebih lega dan bahagia.
Apalagi khususnya buat ibu-ibu yang sudah masuk level 40-50 seperti kita, rasanya makin ingin punya rumah yang lapang dan hati yang tenang. Barang yang menumpuk itu ternyata bukan cuma bikin sumpek ruangan, tapi juga bisa bikin hati kita ikut sesak, lho!
Kenapa Decluttering Semakin Penting di Usia Matang
Masuk usia matang itu membuat kita jadi lebih bijak memilah mana yang penting dalam hidup. Rumah yang tadinya ramai dengan mainan anak atau tumpukan kerjaan sekarang ingin kita isi dengan ketenangan. Tapi, sering banget kan tanpa sadar rumah kita jadi gudang barang-barang lama yang sudah nggak terpakai?
Dengan tips decluttering, kita diajak untuk lebih ringan melangkah. Saya pribadi merasa, dengan merapikan rumah, pikiran saya jadi lebih plong. Nggak ada lagi beban lihat sudut rumah penuh kardus tak terpakai, atau lemari penuh baju yang sudah nggak muat tapi sayang dibuang.
Manfaat Decluttering untuk Hidup Lebih Bahagia
Membuat Kalian Jadi Gak Gampang Stress
Begitu rumah lebih rapi, rasanya hati pun ikutan tenang. Setiap pagi saya nggak lagi pusing lihat meja kerja penuh tumpukan kertas atau dapur yang penuh alat masak yang jarang dipakai. Dengan decluttering rumah, kita jadi punya ruang lebih untuk bergerak dan berpikir. Beban visual itu nyata lho, teman-teman!
Rumah Lebih Mudah Dibersihkan
Dulu, saya sering menunda bersih-bersih karena keburu capek lihat barang berserakan. Sekarang, setelah konsisten dengan decluttering, bersih-bersih jadi lebih ringan. Nggak ada lagi drama debu menumpuk di bawah sofa karena sudah nggak ada barang tak perlu yang menghalangi.
Finansial Lebih Sehat dan Hemat
Saat kita sadar betapa sedikitnya barang yang benar-benar kita butuhkan, kita jadi lebih bijak belanja. Saya sekarang jauh lebih jarang beli barang karena mikir dua kali: “Ini beneran butuh atau cuma lapar mata?”. Pola hidup minimalis seperti ini secara nggak langsung bantu keuangan jadi lebih sehat.
Cara Memulai Decluttering yang Mudah dan Tidak Overwhelming
Kalau kalian kayak saya, kadang niat mau decluttering sudah ada, tapi pas lihat isi lemari langsung malas duluan. Supaya nggak overwhelmed, begini langkah-langkah praktis tips decluttering ala saya:
Mulai dari Ruangan Kecil Dulu
Jangan langsung target seluruh rumah. Waktu saya mulai, saya pilih laci meja kerja dulu. Ternyata menyortir barang kecil-kecil seperti alat tulis atau nota lama itu memuaskan banget. Setelah beres satu laci, semangat lanjut ke rak buku!
Tentukan Waktu Khusus Declutter
Sediakan 15-30 menit setiap hari. Saya biasanya pas wiken pagi hari sambil dengar musik. Kadang kalau wiken sudah ada acara, saya set di hari Jumat, pagi-pagi sekali seperti biasa. Sedikit-sedikit lama-lama rumah makin lega.
Kategori, Bukan Lokasi
Ini tips ala decluttering Marie Kondo yang ampuh. Pilih satu kategori dulu, misalnya buku, lalu lanjut ke baju, baru alat dapur. Waktu saya declutter buku, saya sampai kaget sendiri betapa banyak buku yang cuma jadi hiasan rak. Belum lagi waktu declutter alat dapur, wah ini yang masuk kotak throw banyak banget. Ibu-ibu jangan lupa cek itu koleksi tupperware yang sudah lama-lama udah perlu di-declutter tuh. Ehm!
Metode 3 Kotak: Keep, Donate, Throw
Sediakan tiga kotak atau kantong plastik. Yang masih dipakai masuk kotak Keep. Barang layak pakai tapi tak terpakai masuk kotak Donate. Sisanya? Ya sudah, masuk kotak Throw. Jangan terlalu baper, percaya deh, kita bakal merasa lega setelahnya.
Tapi ada 1 kotak lagi yang saya siapkan, yaitu kotak untuk barang layak pakai yang jadi backup, seperti handuk-handuk, seprei, sarung bantal, sajadah. Dengan begitu, bila ada barang yang dipakai sehari-hari rusak, tinggal buang dan ambil cadangan, tak perlu beli lagi. Begitu pula piring gelas, yang sudah jelek dibuang, dan yang masih bagus dinaikkan, pindah ke lemari.
Decluttering Bukan Hanya Soal Barang, Tapi Juga Pikiran
Sejak rutin menjalankan tips decluttering, saya merasa lebih fokus dan nggak gampang capek. Barang-barang yang menumpuk itu diam-diam jadi beban mental. Dengan decluttering rumah, kita seperti “merapikan” pikiran. Ruangan kosong, hati pun ikut lapang.
Saya perhatikan, pagi hari jadi lebih menyenangkan. Nggak lagi bingung pilih baju karena lemari isinya yang benar-benar kita suka dan pakai. Waktu di dapur juga lebih efisien karena peralatan rapi dan mudah dijangkau.
Cerita Pribadi: Perjalanan Saya Decluttering di Rumah
Saya mulai decluttering serius waktu anak mulai masuk usia remaja. Lemari pakaiannya penuh baju kecil yang sudah lama nggak muat. Awalnya, berat banget mau lepasin. Tapi akhirnya, saya kumpulkan, sortir, dan sebagian kami sumbangkan. Rasanya plong banget!
Begitu juga rak majalah di ruang tamu. Majalah dari zaman kapan tahu, cuma jadi sarang debu. Setelah declutter, area itu jadi spot favorit saya buat ngopi sore sambil scrolling Pinterest. Rasanya rumah jadi punya “napas baru”.
Kemudian satu lagi yang tak kalah penting. Barang-barang bekas mantan, semua sudah dibuang atau didonasikan. Terakhir ada barang-barang sample tas yang bejibun di garasi, yang awalnya katanya hanya titip karena gudang kantornya penuh, tapi kemudian tidak diambil-ambil. Akhirnya itu memang harus dibersihkan karena garasi jadi kotor dan berdebu. Praktis habis 1 minggu untuk membersihkan semuanya. Barang yang masih bagus sebagian diambil sama tukang, sebagian saya kirim ke saudara di kampung. Sebenarnya itu kalau dikumpulkan bisa jadi toko online, hahah. Tapi ya tidak ada yang menjalankan, jadi sudah jelas: decluttering.
Tips Agar Decluttering Konsisten dan Tidak Balik Numpuk
Nah, ini bagian pentingnya. Declutter sekali oke, tapi gimana supaya nggak balik berantakan? Saya bagi pengalaman saya nih.
Terapkan One-In One-Out Rule
Kalau ada barang baru masuk rumah, pastikan ada satu barang lama yang keluar. Misalnya, beli tas baru? Cari satu tas lama untuk disumbangkan. Ini bikin kita nggak gampang menumpuk lagi. Dan benar saja, saya baru sadar kalau saya sudah 4 tahun tidak beli tas baru, tas saya ini sudah butut banget. Tapi saya gak peduli sih, lha pakainya cuma ke mall, itu juga ke mall sebulan sekali.
Jangan Mudah Tergoda Promo
Ini jujur termasuk godaan terbesar buat saya. Apalagi lihat promo buy 1 get 1, duh. Tapi sekarang saya selalu tanya diri sendiri: “Perlu nggak, atau cuma lapar mata?”. Ini bagian penting dari tips decluttering supaya nggak gagal di tengah jalan.
Cek Area Rumah Setiap 3 Bulan
Anggap saja ini semacam check-up untuk rumah. Saya biasanya pas pergantian musim (atau saat anak libur sekolah), cek lagi barang-barang yang mungkin sudah nggak terpakai.
Libatkan Keluarga
Kalau saya, anak juga saya ajak declutter barang mereka. Supaya rumah jadi tanggung jawab bersama, bukan tugas saya sendiri. Dan lebih seru kalau semua ikut beres-beres. Anak saya nih sekarang setelah remaja, pernak-perniknya banyak juga. Akhirnya saya ulti, agar bersih dan rapi, yang dia jarang pakai harus dibuang.
Dokumentasikan Sebelum-Setelah
Saya suka banget ambil foto sebelum dan sesudah area yang saya declutter. Lihat fotonya bikin bangga dan jadi motivasi kalau mulai malas. Kalau kalian mau, bisa juga share hasilnya, siapa tahu bisa saling menginspirasi!
Decluttering bukan cuma buangin barang

Jadi teman-teman, decluttering itu bukan sekadar buang-buang barang. Ini seni menyederhanakan hidup biar kita bisa lebih bahagia dan fokus pada hal yang penting. Mulailah dari kecil: satu rak, satu laci. Percaya deh, sedikit-sedikit nanti rumah dan hati kita terasa lebih ringan.
Yuk, kalau kalian sudah mulai decluttering, share di komentar pengalaman kalian! Atau kalau mau dukung saya biar makin semangat nulis cerita begini, boleh banget traktir kopi di Buy Me a Coffee!