Minggu lalu papi dan mami saya datang ke Jakarta. Berlibur bersama dua orang cucu, anak pertama dan kedua abang saya, Sasha & Arve. Si adik yang lebih muda dari Vay tidak ikut, karena anak itu belum bisa pisah jauh dari ibunya. Sementara para kakaknya ini sudah cukup besar untuk dibawa jalan. Sudah naik ke kelas 2 dan 3 SD. Jadi ini adalah pengalaman pertama si Opung dan Oma juga bagi para cucu pergi berlibur dengan opungnya tanpa ditemani orang tua. Orang tua yang bekerja memang agak susah mengambil cuti.
Repot? Tentu saja. Capek? Sudah pasti. Papi mami memang masih sehat, malah papi saya masih sangat aktif di organisasi ini itu, tapi di masa-masa umur mereka sekarang yang seharusnya santai-santai dan senang-senang saja, tentu saja menjaga dua cucu cukup menguras tenaga dan pikiran. Mulai dari membuatkan susu, menyiapkan baju ganti, menemani berenang termasuk mengajari si nomor dua tahan napas di kolam, padahal si kakak sudah mahir berenang kesana kemari juga mengajak kedua cucu bermain di playground dan berbelanja keperluan sekolah mereka.
Ah, tapi demi melihat papi mami saya mengurus cucunya, saya serasa sedang menonton film yang bercerita tentang masa kecil saya. Haha… Ya, karena jadi teringat bagaimana dulu saya dan abang saya kecil. Melihat papi saya mengajari Arve tahan napas dan mencelupkan kepalanya beberapa lama di air (dan Arve hanya sanggup beberapa detik saja karena sudah keburu ketakutan), saya jadi ingat bagaimana dulu papi mengajarkan abang saya berenang di pantai kami di Biak waktu air belum meti. Begitu abang saya sudah mulai bisa berenang sedikit, sama papi langsung dites, dibawa ke Waterbasis. Di sana, dari dermaga kapal, langsung dipaksa terjun langsung ke laut. Berkecipak-kecipuklah si abang demi menyelamatkan diri juga toh karena airnya kan dalam hahaha agar tetap bisa mengapung. Belum lagi moni-moni yang berseliweran di sampingnya tentu bikin hatinya tidak tenang, hehe…
Begitu pula saat para cucu sedang bermain di FunWorld. Saat Sasha dan Arve meluncur, si opung dengan penuh semangat bertepuk tangan. Menonton dan mengawasi terus cucunya bermain, dan biarpun berkali-kali si cucu telah berhasil menaklukkan tantangan, opungnya tak bosan-bosan memberikan pujian dan semangat buat mereka. Langsung terbayang di kepala saya, sebuah foto lama yang sudah usang dengan sebuah tanggal dan bulan di tahun 1987. Seorang gadis kecil berambut pendek berkulit hitam, berkaos biru dipadankan dengan overall, dan sepatu kets warna biru juga, sedang meluncur di sebuah arena permainan di Dunia Fantasi. Dan di bawah sana papinya menunggu sambil bertepuk tangan. Ah, Papi. Dulu beliau menjaga anak-anaknya bermain, dan sekarang tahun demi tahun berganti, dan papi masih tetap penuh sayang menjaga cucu-cucunya bermain.
Aaah… What a very quality time, even only for 4 nights! 🙂
mengenang masa kecil ya mbak. mudah2an nanti Vaya juga bisa melihat video2 masa kecilnya ya
Ya terkadang suka flash back kembali waktu kita melihat orang tua bermain dgn anak-anak kita ya? De javu
EM
jadi terkenang masa kecil ya, Kak Zy?
aku dulu waktu kecil juga sering jalan-jalan sama oppung lho…sama oppung malah lebih enak, biasanya mau minta apa aja pasti dikasi 😛 heheheh…
hehee… iya, kalau ama opung, cucu ga pernah dimarahin… padahal dulu anaknya dihajar terus. LOL.
Wuihhh…de javu ya mba Zee 😀
senangnya bisa kumpul2 kyk itu…. 😀
jd pengen py anak juga 😀
Berlibur bersama dengan keluarga besar memang mnenyenangkan. Jadi bisa sedikit rileks denga adanya anggota keluarga yang lain yang bisa menjaga Sasha dan Arve 😆
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
judulnya kok aku melihat filmku mbak ? sik apa aku yang nggak mudeng ya ? hehehe
duh seru ya ngeliat anak2 maen gitu, bisa ikut kembali menjadi muda 😀
maksudnya ngelihat masa kecilnya sendiri mbak (sok tau mode)….
asyiknya lihat anak-anak bermain dengan kakek-neneknya…