Salah seorang teman dekat saya, selalu kreatif dalam menyingkat beberapa kata menjadi satu kata yang terdengar umum tapi artinya hanya kita yang tahu. Serasa buat sandi rahasia sendiri, gitu. Terakhir ketemu dengannya beberapa tahun lalu di Medan, saat jalan mengelilingi mall, saya mendapatkan singkatan baru lagi dari dia. Yaitu, MODIS. Modal Diskon. Hahah.
Kebetulan waktu itu kan toko-toko di mall sedang diskon – maklum, kan lagi hari raya waktu itu – jadi kita juga masuk ke dalam dept store, cuci-cuci mata di dalam. Dan teman saya menggunakan istilah “MODIS†itu bila dia menemukan model baju yang bagus dan harganya miring. “Modis nih, Si,†sebagai kode antara kami, agar pembeli lain tidak tahu dengan “temuan†kami, jadi kita tak perlu rebutan dengan mereka.
Berteman dengan diskon memang bisa menyenangkan. Seperti, menemukan barang yang hanya tinggal satu-satunya dan sizenya pun pas banget kita. Atau mendapatkan barang yang sudah sekian lama diinginkan tapi harganya masih terlalu mahal saat itu. Saya, paling suka kalau sudah ada diskon buku (terutama buku anak-anak kalau sekarang), selain itu diskon pakaian dewasa, dan juga diskon pakaian anak. Apalagi kalau katanya diskon hingga 70%. Sampai saya mikir, kalau ini baju bisa didiskon sampai 70% — yang awalnya seharga Rp 500ribuan kemudian jadi di bawah Rp 200ribuan, berarti memang segitu dong ya harga aslinya? Apa itu bisa menutup biaya operasional? Entahlah. Tanyakan pada perusahaannya.
Kalau baca sebuah artikel tentang diskon di di Liveolive.com, ada beberapa faktor yang mempengaruhi diskon, antara lain usia barang, jumlah sisa stok, dan perkembangan fashion. Kalau bicara fashion, di butik-butik, suka ada satu rak hanger dengan tulisan “last itemâ€. Biasanya isinya size yang sangat besar atau sangat kecil.
Di artikel tersebut, seorang brand manager merk fashion mengungkapkan bahwa sebenarnya usia barang obralan tidak terlalu berpengaruh pada kualitas bahan. Hanya saja, karena industry fashion bergerak sangat cepat, maka stok lama memang harus diobral agar cepat habis.
Dan di sinilah kita sebagai pembeli, sering terjebak (termasuk saya juga) dengan iming-iming harga murah. Karena kalap belanja jatuhnya malah jadi boros. Saya nih, borosnya kalau yang diskon baju anak.
Saya punya tips tentang menghadapi MODIS ini, terkait perburuan fashion.
Selalu buat rencana. Jadi sebelum pergi, sudah direncanakan nanti akan belanja apa saja. Blazer, blus, atau legging misalnya. Jadi di sana tidak plarak-plirik yang lain.
Menentukan standar. Saya suka blazer atau jaket casual. Nah, yang namanya jaket dari salah satu merk fave saya itu jarang sekali diskon, dan kalaupun diskon gak gede-gede amat. So, daripada menurunkan standar dengan mengambil jaket lain yang mirip – dengan harga miring – tapi kemudian hanya dipakai beberapa kali karena ternyata saat dipakai jatuhnya gak OK, lebih baik membeli jaket pilihan meski diskonnya hanya sedikit, tapi puas. Standar ini juga diperlukan agar tidak terikut-ikut teman yang hobi memasukkan semua item ke dalam tas belanja.
Beli hanya yang pasti akan dipakai. Biasanya juga ke kantor hanya pakai jeans, tak perlu repot-repot mikir apa perlu nyetok dress terusan ketat untuk meeting gara-gara ada yang harganya murah. Pada akhirnya itu tidak akan dipakai juga. Pengalaman soalnya, hehe…
Beli sesuai size. Ah, bentar lagi aku kurus, kok. Kayaknya bakal muat nih size S. Bohong itu. Kenyataannya, sampai setahun kemudian, blus size S itu teteeeppp aja di dalam lemari. Hehee..
So, be smart menghadapi diskon kalau tidak ingin habis jutaan gara-gara tergoda diskon. BIla ingin tahu fakta lain tentang diskon, silakan baca langsung artikel Fakta Tersembunyi Tentang Diskon. Berteman dengan diskon, tapi dompet aman.
Pingback: Vay Belajar Fotografi | | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
wkwkkw :v
tips ini di jogja bertebaran.. selalu digunain para mahasiswa. cckkck 😀
kalau beli pastinya di pasar kliktikan ..