[soliloquy id=”7911″]
Kecewa sebenarnya karena keinginan menonton langsung gerhana matahari total tidak kesampaian. Awalnya janjian dengan beberapa teman mau ke Belitung, tapi lalu tidak ada kabar. Kemudian saya putuskan untuk pergi sendiri sehari ke Palembang (ingin mengajak Vay tapi Vay sedang test semester), dan sudah menghubungi kenalan travel.
Sudah ada paket masuk, dengan harga lumayan mahal. Tapi ini kan gerhana matahari total, merupakan momen langka, yang akan terjadi dalam 100 tahun lagi. Tak apalah mahal sedikit. Tapi saya lalu minta ganti pesawat, kurang sreg dengan pilihan dari travel. Eh, ternyata gak dapat. Dan sampai hari Senin sore tidak ada kabar. Ya sudah, batal. Tapi kemudian setelah menonton TV tadi pagi, Palembang ternyata berawan tebal saat puncak gerhana terjadi.
Tapi kekecewaan itu sedikit terobati karena pagi tadi bisa menyaksikan juga GMT dari halaman rumah. Jadi dari Jakarta, kita bisa lihat sekitar 80% gerhananya. Jadi lumayan ya.
Jam setengah tujuh kami sudah ready di halaman. Matahari begitu terang dan berpendar silau sekali. Karena tidak ada persiapan menonton dari rumah, jadi kami tidak sediakan kacamata khusus. Tak lama ketika terasa mulai menggelap — sekitar jam 07.15, saya mengambil kacamata hitam berdua dengan Vay, dan mengintip lewat teropong mainan Vay! Iya, teropong mainan. Dan kelihatan! Kelihatan mulai dari perlahan tertutup dari tepi lalu sampai membentuk sabit. Luar biasa. Melihat langsung pakai kacamata juga bisa tapi harus dipicingkan karena terlalu silau. Pakai teropong itu juga tak bisa melihat terus-terusan, jadi sedikit-sedikit ngintip lalu dilepas.
Vay pun terkagum-kagum. Terus-terusan menyeletuk kalau dia bisa lihat. Semua yang di rumah keluar, ikut menikmati momen ketika pagi hari menjadi gelap seperti suasana maghrib. Bedanya kalau maghrib kan ada semburat merah karena matahari terbenam, tapi kalau ini tentu saja tidak. Gelap karena matahari tertutup bulan. Ah, indah sekali fenomena ini. Sungguh beruntung rasanya bisa melihatnya, meskipun tidak melihat yang total. Matahari sabit!
Tidak ada foto khusus yang menampakkan sabitnya matahari. Saya lupa mengganti lensa tadi, saking tak ingin kehilangan momen tertutupnya matahari. Padahal teman saya memotret pakai rontgen sebagai filter.
Bagaimana dengan kalian? Yang melihat langsung di lokasi tentu sungguh luar biasa ya, rasanya!
Di tempat ane gerhana sebagian, waktu puncaknya jadi gelap kaya sore jam set 6(kayanya) tapi tanpa sensasi kemerahan, yah kalo naik motor kaya pake lampu led, daripada lampu bohlam biasa, keren lah pokoknya
Pake kamera tanpa filter ternyata bisa di foto dan dapet gambarnya, cuma catatanya harus pas mendung, wkwkwkwkwk, pake lensa 300mm tambah greget
https://jildhuz.wordpress.com/2016/02/07/logika-bodoh-member-mlm-dalam-urusan-downline/
aku udh niat mw nonton juga padahal… tapi akibat bergadang semalaman ama si baby boy, pagi2nya aku tepar dan sukses ketiduran ampe siang 😀 Trpaksalah hrs nonton dr you tube mbak
aku ngeliat di depan rumah, gak keliatan jelas.. cuma kerasa gelapnya aja.. kayak sore gitu, heeeheheheh
Gerhana matahari kemarin tetap seru untuk disaksikan meski tidak harus terbang ke daerah-daerah yang mengalami gerhana matahari total. Tapi memang sambil pergi ke daerah-daerah itu bisa sambil wisata juga. Kunjungi juga gayahidupku.com untuk lihat review seputar tempat wisata juga, terima kasih 🙂
Yang penting sudah bisa nyaksiin GMT nya kan mba, meski hanya di halaman rumah.
Salam GMT dari Dompu
saya juga lihat di depan rumah bareng krucil sekalian ngajarin mereka lihat gerhana dengan benar. Ngga lupa motret pake kamera. Untung ada negatif film lama, jadi lensa saya tutupi dengan negatif film. hahahahaha
Aku awalnya mau ke Palembang atau Belitung, tapi tersadar kalau Mei banyak tanggal merahnya. Jadinya hari ini memilih masuk kantor saja :)))) Di rumah nggak kelihatan gerhana mataharinya. Mungkin gerhananya tahu kalau ke Tangerang Selatan itu jauh 🙁 Vay beruntung sekali