Jadi tertarik posting soal gigi, gara-gara di kantor saya sedang demam pakai behel, alias kawat gigi. Mula-mula Mbak Hagi, bela-belain antri di poliklinik kantor pusat untuk periksa gigi. Tahu-tahu seminggu kemudian, sudah pakai kawat gigi warna biru kehijauan. Lalu gak lama Mbak Olla nyusul, pasang behel juga tapi tidak berwarna. Lalu terjadilah promosi dari mulut ke mulut, besoknya tambah lagi satu orang cowok di ruangan ini ikutan. Lalu bulan berikutnya, teman mereka di lantai tiga juga pakai kawat gigi. Kali ini warnanya biru.
Nah, ibu-ibu ini saat pertama kali baru pakai kawat gigi, hampir setiap hari mengomel. Mulai dari gigi yang terasa sakit, tidak nyaman, sakit kepala, susah tidur sampai kerepotan saat harus menggosok gigi. Alhasil saat makan siang, mereka melulu harus makan yang lembek-lembek. Kadang malah malas makan, karena gak mau repot sikat gigi. Terus wajah juga ketat alias agak susah senyum. Bahkan kalau saya lihat lebih seksama, rata-rata bibirnya jadi pada monyong sejak pakai behel. Wajar sih, soalnya mereka pakai behel ketika usia sudah mau masuk kepala empat. Sementara yang tahu nih ya, usia terbaik untuk pasang behel adalah ketika masih anak-anak atau sekitar usia 13 tahun, karena saat itu masih proses pertumbuhan sehingga prosesnya akan lebih cepat dan tidak terlalu menyakitkan. Duh, udah menderita begitu, bayar behelnya mahal pula. 8 jeti bo’.
Yang namanya urusan gigi memang patut jadi perhatian. Soalnya penting sekali untuk penampilan. Kalau gigi kita berantakan, biasanya kita jadi malu untuk senyum atau ketawa lebar-lebar. Seorang teman saya baru-baru ini buat janji sama dokter gigi untuk permak habis giginya, katanya giginya banyak masalah, mulai dari gigi depan yang patah (yang bikin dia jadi malu untuk tersenyum lebar), lalu banyak gigi yang berlubang, sampai urusan bersih-bersih gigi alias scaling. Budget yang harus dia sediakan pun tidak sedikit. Wajarlah ya, namanya juga the whole package.
Saya sendiri belum pernah pakai behel. Dulu waktu masih kuliah, sempat tergoda juga untuk ngikutin trend, tapi sama ayah saya malah diledekin. â€Gigi udah bagus kok mo pakai kawat?†**doougghh…. ge-er nie ceritanya :D. Padahal even gigi saya tidak berantakan, tapi gigi saya termasuk rapuh.
Nah, tapi…..even belum pernah merasakan pakai behel, saya pernah mencoba yang namanya bleaching. Ini gara-gara saya merasa gigi saya kurang putih (bukan karena ga rajin gosok gigi loh, he he he… tapi mungkin karena kebiasaan minum kopi), dan saya ingin punya gigi yang putih bersih.
Satu lagi, saya terobsesi ingin punya gigi seputih gigi orang kulit hitam. Mereka itu kulitnya hitam legam tapi giginya putih banget. Tuhan memang Maha Adil ya bo’Â **iri mode on..
Proses bleaching sendiri ada dua macam. Bisa dilakukan di tempat praktek dokter (laser), atau di rumah. Tapi kata drg saya waktu itu, bila mau hasil lebih maksimal, lebih baik melakukan bleaching di rumah, sehingga bisa rutin sehingga hasilnya juga bisa tahan lama. Pertama kali, saya harus buat cetakan gigi atau tray-nya dulu. Duh, sakit juga ternyata waktu adonan cetakan gigi itu dimasukkan ke gigi dan dibiarkan mengeras. Sempat diulang dua kali karena gigi belakang tidak tercetak sempurna. Biaya cetak tray nya waktu itu 800 ribu.
Ketika tray sudah jadi, saya harus beli obat pemutihnya. Obatnya berbentuk gel dalam spet suntik, dan ada juga yang pake rasa — strawberry misalnya — lalu setiap malam harus saya isi ke dalam tray lalu dipasang ke gigi. Wuuu…. persis kayak robot. Mau ngomong aja susah. Dan tray itu harus terus dipakai minimal 8 jam. Jadilah mulai jam 9 malam saya sudah bergigi robot, susah bicara dan tidak boleh makan lagi.
Dua minggu kemudian, gigi mulai kelihatan lebih bersih. Semakin rajinlah saya memamerkan gigi ke teman-teman, sampai diledekin. Yeah, mereka memang tahu kalau saya terobsesi punya â€gigi putih negro…†walaupun perjuangan itu berat sekali kawan!
Sekarang ini obatnya sudah habis. Sementara keinginan untuk bleaching itu selalu datang. Tinggal beli obatnya saja sih, tapi mungkin nanti ya, tahun depan, setelah semua kelar, baru urusan permak-permak gigi dimulai lagi. Pengen juga dipasangin berlian. Eh tapi ntar mirip gigi emasnya si Boneng gak ya, kayak di film2 jadul itu? Hehehe….
Iyah.. entar jadinya kayak boneng di film Warkop DKI gemana? kan malah jadi repyot.. 🙂
uhm, coba pake siwak aja, bu Zee.
jadi merah tapi kuat lho mbak.
kyk giginya nenek2 dulu.
*siul siul
kuat dan sehat = bagus, nga papa lha merah merah, khan lagi ngetrend. 😀
*ditabok
Jadi intinya bukan hanya biayanya yang mahal…
perawatan dan perjuangannya harus dibayar mahal juga hohohoho… ^o^
ina : Yg bener dong In, masa pake sirih? Bukannya malah jd merah stlh makan pinang jg ? 🙂
Fitra : emg ada yg ktnya tambah cakep klo pk behel, tp masa iya mo ciuman dibuka dulu? heheheh…
kata suamiku, kalo pake behel kaya ciuman sama Robocop….abis itu gw lepas deh, daripada berusaha cakep malah dibilang robocop….huihihihihihi 😀
mendingan pake cara tradisional aja,mbak. Pake sirih 😀
Mbak, aku dah link balik lho.
makasih atas sambungan kabelnya.