hal yang saya syukuri di usia 50 tahun

Hal yang Saya Syukuri di Usia 50 Tahun

Happy November 4!

Hari ini saya genap berusia lima puluh tahun. Sudah naik ke level 50. Iya, lima puluh. Sebuah angka yang dulu terdengar begitu jauh dan begitu tua, tapi ternyata kini saya sampai juga di sini, dan rasanya… alhamdulillah. Tenang. Ada rasa haru, ada rasa bangga, tapi yang paling kuat adalah rasa syukur.

Tentu saja bukan karena hidup saya sempurna, justru sebaliknya – semakin banyak ketidaksempurnaan itu terasa – tapi karena saya masih ada di sini. Masih bisa tertawa terbahak-bahak, masih kuat berjalan di bawah matahari pagi, masih bisa menulis di depan layar (meski kacamata sudah plus 2) sambil menyeruput kopi, dan mencintai hidup dengan segala naik turunnya.

Di hari ulang tahun ini, saya ingin menulis sesuatu yang berbeda. Bukan tentang pencapaian, dan bukan juga tentang rencana ke depan.

Tapi tentang hal-hal yang saya syukuri di usia 50 ini.

Hal-hal yang Saya Syukuri di Usia 50 Tahun

1. Kesehatan yang Masih Mengizinkan Saya Aktif

Tubuh saya mungkin sudah tidak sekuat dulu,  tapi saya bersyukur masih bisa berjalan kaki minimal 45 menit setiap pagi tanpa ngos-ngosan, kemudian masih sanggup berenang 10-15 menit. Investasi terpenting adalah kesehatan, dan saya sekarang sudah tahu tubuh saya cocoknya di olahraga yang mana. Jalan kaki dan sedikit angkat beban.

2. Anak yang Tumbuh Jadi Teman Bicara

Dulu saya ibu yang sibuk mengatur, sekarang pelan-pelan saya belajar mendengar. Belajar mengalah dan berbesar hati, karena anak saya bukan anak kecil lagi. Dia sedang bersiap menghadapi masa depan dan saya harus siap untuk menjadi support system yang baik. Dia sekarang telah menjadi tempat saya bercerita, kami berdua seperti dua sahabat yang selalu berkelahi tapi juga saling menguatkan.

Baca juga: Cara Efektif Membangun Komunikasi dengan Remaja

3. Keluarga yang Selalu Ada

Ketika kita sama-sama sudah masuk level 40 ke atas, dekat dengan saudara dan keluarga sangat penting. Mereka adalah penguat saya, pelembut hati saya yang kadang keras. Kami sering bertemu untuk berbagi cerita dan bercengkerama, dan itu menenangkan.

4. Kesempatan untuk Berkarya dari Rumah

Saya bersyukur masih bisa bekerja dan menulis dari mana saja. Dulu saya takut kehilangan arah setelah meninggalkan dunia kerja kantoran, tapi ternyata dunia digital membuka jalan baru yang lebih saya cintai.

5. Blog yang Masih Bertumbuh

Tehsusu.com bukan hanya blog, tapi juga cermin perjalanan hidup saya. Setiap tulisan di sana adalah potongan waktu, emosi, dan refleksi diri. Meskipun saya sering On-Off dan kadangkala juga menerima tulisan-tulisan titipan, tapi saya tak ingin kehilangan blog ini.

6. Kesalahan yang Mengajarkan Banyak Hal

Setia orang mungkin ingin dapat menghapus masa lalu, seperti juga saya dulu. Tapi sekarang saya sadar. Tanpa kesalahan, kita kan tak mungkin sampai di titik ini.

7. Diri Saya yang Lebih Slow

Menjelang usia 50 membuat saya lebih sabar, agar tidak terlalu keras pada diri sendiri, dan lebih berani berkata: “It’s okay to slow down.”

8. Perjalanan dan Petualangan

Dari Vietnam sampai Jogja, setiap perjalanan selalu meninggalkan cerita baru — tentang orang-orang, rasa syukur, dan cara dunia berbicara lewat detail kecil.

9. Keberanian untuk Bilang ‘Tidak’

Saya tidak harus menyenangkan semua orang. Saya hanya perlu jujur pada diri sendiri.

10. Buku dan Musik

Dua hal yang selalu menemani masa naik-turun hidup. Kadang satu lagu bisa jadi terapi yang lebih ampuh daripada seribu nasihat. Setuju?

11. Rutinitas Sehat yang Mulai Konsisten

Saya tidak lagi mengejar tubuh ideal, udahlah, toh dari dulu juga begini-begini aja badannya. Tapi saya belajar disiplin. Makan lebih baik, tidur cukup, dan menghargai istirahat.

12. Kesempatan untuk Terus Belajar

Dunia digital, fotografi, menulis, saya masih punya rasa ingin tahu. Dan itu tanda bahwa saya masih hidup sepenuhnya.

13. Waktu untuk Diri Sendiri

Menikmati waktu sendirian di kafe, membaca, atau menulis jurnal, sampai pijat setengah hari di salon. Hal-hal kecil yang memberi energi kembali.

14. Orang-Orang yang Tetap Datang dan Pergi

Kita akan selalu bertemu dan kemudian berpisah. Mereka semua meninggalkan pelajaran. Yang tinggal memberi kekuatan, yang pergi memberi ruang.

15. Kesederhanaan

Di usia sekarang, ternyata saya tidak lagi butuh banyak hal untuk bahagia. Cukup kejujuran, kehangatan, dan rasa cukup.

16. Waktu yang Berjalan Cepat Tapi Indah

Lima puluh tahun terasa seperti kedipan mata — tapi betapa banyak cinta dan cerita yang sudah tertulis di dalamnya. Saya selalu rindu pada masa kecil, masa-masa masih ada kedua orang tua saya. Semua kenangan itu  alhamdulillah masih bisa saya ingat dengan baik

17. Hidup Itu Sendiri

Saya bersyukur masih di sini. Masih bisa belajar, mencintai, gagal, bangkit, dan bersyukur lagi.

level 50

Bukan Tentang Usia Sih, Tapi Tentang Rasa

Turning 50 isn’t about getting older; it’s about getting wiser, softer, and more grateful. Saya gak tahu berapa lama lagi perjalanan ini akan berlangsung, tapi doa saya agar saya selalu sehat, luas rezekinya, dan saya ingin menjalaninya dengan hati penuh syukur.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.