hobi crochet

Hobi Crochet Ditemani Kopi, Ritual Tenang di Tengah Hidup yang Sibuk

Saya ingat pertama kali kenal hobi crochet itu sebenarnya saat masih kecil, tepatnya dipelajari di sekolah. Itulah kelebihannya jadi orang jaman dulu, dari SD sudah ada pelajaran keterampilan. Merajut, menyulam, prakarya bikin bunga kertas, dll semua bisa.

Tapi seperti banyak hal dalam hidup, hobi crochet si hobi itu lama tertinggal, terkubur oleh aktivitas sekolah, pekerjaan, hingga jadi ibu. Barulah dua tahun belakangan, saat hidup mulai terasa terlalu cepat dan kepala penuh to-do list, saya melihat kalau saya butuh hobi baru yang menenangkan. Dan ternyata crochet juga kembali tren maka saya pun kembali mengambil hakpen dan benang. Ternyata, sensasi memutar benang jadi simpul itu punya efek relaksasi yang tak tergantikan.

Bagi Saya, Crochet adalah Pelarian dan Terapi Harian

Ketika saya mau memulai crochet lagi, saya sempat terpikir pendapat orang yang menganggap kalau crochet itu aktivitas nenek-nenek. Seperti tokoh fiksi Miss Marple yang mengisi waktu luang masa tuanya dengan merajut, dan menyelidiki kasus kriminal! Hahah.

Tapi menurut saya gak ada namanya aktivitas itu khusus yang berumur, apalagi crochet. Sekarang banyak remaja yang aktif bikin karya rajutan seperti amigurumi. Tapi saya tidak peduli apa kata orang soal hobi ini. Bukan mereka yang bayar tagihan saya, ngapain pulak didengar ya kan? Hahah.

Dan ternyata setelah saya coba lagi  hobi ini, rasanya benar-benar seperti menemukan tempat aman yang baru. Di sela kesibukan sebagai ibu dari remaja dan juga pekerjaan yang jamnya suka gak jelas, waktu untuk diri sendiri sering terasa langka. Tapi saat tangan mulai bergerak mengikuti pola, dunia terasa melambat.

Baca juga: Fotografi Human Interest: Melihat Kehidupan dengan Lensa

Crochet jadi Hobi Kedua Setelah Fotografi

Inilah hobi kedua setelah fotografi, yang bikin saya selalu berdebar-debar. Kalau fotografi, lihat lensa baru itu langsung deg-degan jatuh cinta, sekarang lihat benang crochet juga begitu. Kacau, gak bisa berhenti scrolling dan masukin keranjang. Sampai anak saya mengancam, “Mami, jangan beli benang terus! Itu sudah terlalu banyak.” Pasalnya saya selalu ingin membuat projek baru, tapi yang lama kan belum selesai karena waktu juga.

Lalu lama-lama saya sadar anak saya ada benarnya. Sekarang saya lagi menghabiskan benang-benang rajut di lemari, semua saya buat. Rustic, placemat, tas, headband, turban. Ah, iya! Saya juga sudah berhasil membuat satu cardigan rajut tebal. Bikin juga buat Vay, tapi dia tidak mau pakai, mungkin karena kesannya tua ya. Tapi diam-diam dia suka pamer ke temannya. Pernah teman-temannya main ke rumah, dan dia tunjukin semua prakarya ibunya. Haduhhhh padahal yang dia show itu yang busuk-busuk, hahaha… Sementara teman-temannya itu masuk crochet club di sekolah.

Crochet bukan cuma tentang hasil akhirnya. Bagi saya, ini adalah proses menenangkan yang bisa dilakukan sambil minum kopi, sambil dengerin musik, atau kadang sambil diam saja. Ketika saya duduk dengan hakpen di tangan, saya merasa lebih “kembali ke diri sendiri.” Tak perlu produktif. Tak harus sempurna. Hanya saya dan gerakan berulang yang menenangkan. Apalagi kalau pakai hakpen yang bagus dan benang yang enak banget, aduh rasanya gak mau berhenti.

Ada istilah yang cocok sekali: aktivitas relaksasi dengan sentuhan mindful. Karena saat melakukan crochet, perhatian kita tertambat pada saat ini. Tidak sibuk mengkhawatirkan masa depan, tidak sibuk menyesali kemarin.

Crochet mungkin cocok buat orang introvert seperti saya. Saat wiken di depan mata, saya sudah menyiapkan hakpen dan benang, plus film. (Ok, mungkin selain introvert, memang udah umur sih, udah malas keluar hahaha…)

hobi crochet dewasa

Manfaat Emosional dan Mental dari Crochet

Berikut ini beberapa manfaat emosional yang saya rasakan dari hobi crochet, dan ternyata ini juga didukung oleh beberapa sumber terpercaya:

1. Mengurangi stres dan kecemasan

Aktivitas berulang seperti merajut membantu otak masuk ke keadaan relaksasi, mirip seperti meditasi. Menurut artikel di Henry Ford, crochet bisa menjadi alat coping yang sehat untuk mengelola stres dan bahkan gejala depresi ringan.

2. Meningkatkan rasa percaya diri

Menyelesaikan satu project crochet, sekecil apapun, membawa rasa puas tersendiri. Apalagi kalau bisa dipakai atau dijadikan hadiah. Ada rasa “saya bisa”, yang sederhana tapi powerful, terutama di usia hampir 50 tahun ketika pencapaian seringkali tak lagi terukur angka.

3. Membantu fokus dan kesadaran diri

Crochet mengajarkan saya untuk hadir saat itu juga. Fokus, konsen, latihan kesabaran. Satu tusukan, satu simpul, satu pola. Ini adalah momen tempat kita melatih kesabaran. Gimana gak sabar, kalau salah hitung harus bongkar. Dan saya termasuk yang tahan bongkar rajutan dan mulai lagi. Tidak boleh ada salah karena nanti jadi tak sempurna.

4. Menjadi sarana ekspresi diri

Crochet juga memberi saya ruang untuk berekspresi, mencoba macam-macam project memilih dan mencampur warna bahkan kadang improvisasi di tengah jalan. Ada rasa kreatif yang tumbuh, tanpa tekanan untuk harus ‘hebat’.

Momen yang Sering Saya Tunggu

Biasanya setelah anak sudah pergi sekolah dan pekerjaan utama sudah selesai di pagi hari, saya akan menyeduh kopi—kadang kopi bubuk klasik, kadang blend favorit saya—lalu duduk di kursi teras samping. Di situ saya mulai meng-crochet.

Momen ini saya anggap sebagai waktu me time paling jujur. Kadang cuma 30 menit, tapi cukup untuk recharge. Sering juga saya bawa crochet ke kafe saat kerja dari luar rumah, jadi temannya bukan cuma laptop, tapi juga benang warna-warni. Cari tempat paling sudut biar enak gak ganggu mata orang. Bagi saya, ini adalah bentuk slow ritual yang membawa kebahagiaan kecil di hari yang mungkin padat.

Saya juga suka membawa benang dan hakpen saat bepergian. Jujur, ada satu tas rajut yang membuat saya terkenang alm ayah saya, karena saya pertama kali menarik benang dan membuat base tas itu di RS, ketika alm papi lagi cuci darah. Dan saya masih sering pakai tas itu, cuma beberapa bulan terakhir ini saya baru sadar bahwa proses crochet sendiri adalah sebuah momen, sama halnya dengan fotografi. Momen itu merekam kejadian yang kita alami saat berproses.

Gak Usah Ragu untuk Memulai Kembali

Untuk kalian yang sedang mencari aktivitas relaksasi atau butuh ruang sendiri di tengah hari yang penuh, coba deh hobi crochet ini. Tak perlu langsung mahir, tak perlu juga harus jadi bisnis. Cukup jadi tempat berlabuh, tempat mengisi ulang energi. Karena kadang, yang kita butuhkan bukan pelarian jauh, tapi ruang tenang yang bisa kita temukan di tangan sendiri. Cukup satu benang, satu hakpen, dan satu cangkir kopi hangat. Tapi sebenarnya bukan satu gulung benang juga, untuk satu project itu pasti butuh minimal 4 gulung. Ahh kan mulai lagi saya mengkhayal benang rajut bagus.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.