Kemarin siang di Hoka Hoka Bento Grandi. Dua orang perempuan mengantri di belakang saya. Menilik dari pakaiannya yang paduan blazer – celana panjang berwarna sama, mereka pastilah orang kantoran. Kantoran resmi, begitu istilah saya. Soalnya kalau dibandingkan dengan gaya saya yang pakai jeans coklat dan blus rajutan, saya memang lebih mirip orang  yang mau jalan ke mall daripada pergi ngantor.
Karena antrian masih lama, mau tak mau saya jadi mendengarkan repetan salah satu perempuan itu. Ya mau gimana lagi, saya sendirian, tidak punya kawan mengobrol dan mereka hanya selisih tigapuluh senti saja di belakang saya. Suara repetan berintonasi tinggi – kelihatan tidak peduli bisa terdengar oleh orang lain – mendominasi suara temannya yang pelan.
“Saya sebenarnya dari awal sudah bilang sama dia, bla bla bla…†kata yang suaranya tinggi. “Tapi si A itu susah benar ya dikasih tahu.â€
Ehmm. Saya mendehem sedikit.
“Yang malasnya,†lanjut si perepet itu lagi. “Pulangnya selalu paling cepat. Padahal yang lain aja belum pada pulang.â€
Ehmm. Saya mendehem lagi. Jadi penasaran, memangnya secepat apa si “A” itu pulang kantor.
“Jam setengah tujuh coba, udah pulangg….?!” si perepet lagi.
“Tapi kayaknya gak sampe setengah tujuh juga dia udah pulang, deh.†Nah, kali ini temannya menimpali. Manas-manasin nih ceritanya.
Ehmm. Saya mendehem lagi. Duh, butuh lemonade nih.
Mendengar repetan mereka itu, saya mencoba mereka-reka apa yang terjadi. Seorang karyawati (karena tadi namanya saya dengar nama perempuan) di kantor mereka saat ini sedang jadi orang yang tidak disukai. Entah karena kinerja kerjanya kurang bagus, atau karena dia selalu pulang cepat dibanding yang lain (entah apakah dia memang berhak pulang cepat karena memang jamnya pas, atau karena dia mangkir, saya tidak tahu). Tapi kalau melihat dari pakaian kantor resmi yang dipakai kedua perempuan itu, dugaan saya kantor mereka cukup ketat untuk urusan indisipliner. Artinya mereka punya jam kedatangan dan jam pulang yang jelas, jadi karyawan harus masuk kantor tepat waktu dan sudah boleh pulang ketika waktunya tiba, kecuali jika masih ada pekerjaan yang pending. Memang, meskipun jam kantor umumnya adalah 8 to 5, or 9 to 6, tetap saja masih banyak perusahaan yang memeras karyawannya dengan meminta mereka kerja lebih lama dari jam kerja (biarpun karyawan memang mendapat kompensasi lembur).
Tapi ada juga perusahaan yang menerapkan waktu kerja yang lebih menyamankan karyawan, dengan maksud agar karyawan tidak ada alasan terlambat. Kayak di kantor saya, ada 4 paket jam kerja. Jam 7.00-16.00, jam 7.30-16.30, jam 8.00-17.00, 8.30-17.30. Jadi yang tidak bisa datang pagi tidak apa-apa karena masih ada paket terakhir yaitu paket jam 8.30.
Â
Dan ada juga perusahaan (yang bergerak di bidang media atau penerbitan) yang memang jam kerjanya tidak bisa sama dengan perusahaan biasa. Mungkin mereka masuknya jam 10 tapi pulangnya juga jam 8 malam. Fair enough lah…
Saya sedikit tersentil mendengar para perempuan itu merepet. Bukan tersentil karena merasa bersalah, tapi tersentil karena saya kan selalu pulang jam 4 pas. Saya tiba di kantor jam 6.30, dan pulang pas jam 4. Actually masih takjub juga karena sebenarnya dulu saya selalu ambil paket terakhir, yang jam pulangnya jam 5.30 sore. Tapi situasi berubah setelah ada anak, sekarang saya selalu datang pagi dan juga pulang cepat. Well, tidak ada yang bisa bilang bahwa jam kerja saya tidak efektif, karena pada kenyataannya saya tidak pernah ada pending job saat saya meninggalkan kantor. See? Sebenarnya urusan pekerjaan tidak ada hubungannya sama jam datang atau jam pulang. Semua tergantung bagaimana kita mengatur waktu.
Another case. Beberapa hari yang lalu saya dengar kisah ini dari seorang teman. Jadi ceritanya kantor teman saya ini mau meng-hire seorang pegawai baru, perempuan, sebut saja D. Nah karena kebetulan si D ini dulunya kerja di perusahaan B yang big boss-nya berteman dengan big boss teman saya, bos teman saya lalu mencari-cari informasi tentang D pada temannya di perusahaan B.
Well, yang didapat ternyata informasi yang kurang baik. Saya tidak akan membeberkan keburukan kerja si D — yang di-describe detil oleh mantan bosnya – disini, tapi ada yang mengganjal di hati saya mendengar satu pernyataan si bos lamanya itu tentang D.
Katanya : “Udah gitu tuh orang hobinya pulang cepat, pake alasan anak lagi!â€
Uhuk uhuk! Kali ini saya tidak mendehem, tapi terbatuk. Tersentil lagi. Yup. Soalnya saya selalu ceklok absen tepat jam 4 sore demi bisa pulang cepat menemui anak di rumah.
Â
Well, saya sedikit kecewa dan tersinggung mendengar pernyataan itu. Dalam pikiran saya, adalah hal yang wajar bila seorang ibu mendahulukan anaknya dari pekerjannya. Seluruh dunia juga tahu kalau perempuan pasti mendahulukan keluarga, sementara laki-laki lebih mengutamakan karirnya. Kalau seorang working mom lebih mendahulukan pekerjaannya daripada anaknya, pasti dia bakal dihajar sama suaminya. “Habis ngantor cepat pulang ya, jangan kemana-mana lagi.†Noh, begitulah ilustrasi suami yang hobi merepet :D.
Dalam hati saya bersyukur, untuuuung bos gue perempuan juga (dan syukur juga dia bukan tipe tukang repet kayak perempuan di HokBen itu), jadi saya yakin dia tidak mungkin punya pikiran picik tentang saya yang selalu pulang tepat waktu.
Saya sendiri cukup tahu diri untuk tidak cheating pada kantor saya. Kalau memang anak saya sakit dan saya harus tidak masuk kantor dari pagi, maka saya akan ambil cuti. Di kantor kami memang tidak ada namanya “izin karena anak sakit.†Jadi kami pada working mom di kantor ini, memang harus pintar-pintar menghitung sisa cuti karena waktu cuti kami sangatlah berharga. Cuti kami bukan untuk liburan, cuti kami bukan untuk leha-leha shopping sampai kaki patah, tapi cuti kami adalah tabungan untuk berjaga-jaga bila tiba-tiba anak kami atau anggota keluarga kami sakit. Bila masih ada sisa cuti untuk dipakai berlibur, itu adalah bonus buat kami.
Jadi plis jangan terlalu picik menyudutkan perempuan dengan tuduhan,“selalu pakai alasan anak.†Saya yakin tidak ada perempuan yang pura-pura dan tega menjadikan anaknya jadi bamper agar bisa cheating pada kantor. Kalau dia harus pulang tepat waktu agar bisa mengurus anaknya, itu memang tugasnya. Kalau dia harus permisi pulang cepat karena anak mendadak sakit, ya memang benar begitu adanya. Kalau dia terpaksa harus cuti karena harus mengantar anaknya masuk sekolah baru, itu juga benar.
Tapi tentu saja setiap ibu bekerja juga punya tanggung jawab pada perusahaan. Selama kita masih menginginkan gaji yang dibayarkan setiap bulan, sudah sewajibnya kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Dosa kalau kerjanya tidak ikhlas. Intinya kalau kerja beres, bos juga gak bakal merepet.
Berbahagialah buat para ibu yang dapat kesempatan bisa bekerja sambil mengurus anaknya. Tidak perlu pusing kayak working mom lainnya yang mungkin kerepotan mengatur waktu.
(Gambar diambil di sini dan sini.)
Well, it is just my thought. Semua sudah punya kodrat masing-masing, jadi sudah sepantasnya sebagai sesama makhluk hidup bisa saling menghargai bagaimana seseorang berusaha menjalankan kodratnya.
Ehmm. Kapan ya saya bisa bekerja sambil mengurus anak?
Saya rasa jam kantor memang harus ditepati… saya merasa waktu juga nggak bisa disepelein begitu ajah (itu karena saya nggak suka telat:D)… di kantor yang dulu 15 menit sebelum masuk saya sudah hadir… kadang pulang juga udah kelewat jam 5… biasa bosnya kalau udah mualai waktu pulang ada…. aja urusannya…
hehehee berarti bosnya sama tuh kayak bosnya nia…
bener banget mbak, paling sebel klo ada bos yg pikirannya picik kayak gitu, bosku juga pernah tuch mo cari karyawan baru tp dah wanti2 katanya jgn ce yg udah kawin dan punya anak, nanti sebentar2 ijin yg anaknya sakitlah….suaminya sakitlah…yg ijin datang siang mo bayar ini itulah, ijin pulang cpt ada urusanlah…pokoknya bosku tuch maunya karyawan datang sesuai jam kerja dan pulang hrs malam…tp gak ada lemburan…kalo ada yg datangnya telat lebih dr 8 hari dipotong cuti, kalo cutinya udah habis dipotong gaji, sama juga dikantorku gak ada yg namanya ijin, yg ada cuti atau sakit tp hrs ada surat dokter….
yg bikin sebel, bosku selalu datang pas jam pulang kntor, ujung2nya karyawan yg udah siap mo pulang dipangilin lg diajak meeting dan pd akhirnya harus pulang malam, yg kerja babak belur dr pagi bikin design juga pas bosku datang dimnta lihat hasilnya trs diacak2 lg sm bos ujung2nya dia hrs pulang pagi krn hrs merevisi kerjaan yg diacak2 sm bos tadi.
tapi itu dulu mbak waktu karyawannya masih banyak, krn kelakuan bosku kayak gitu akhirnya satu persatu temen2ku pd resign dan alhasil skrang di ktr tinggal 2 orang termasuk aku hahahah…..lg nunggu pesangon nech mbak hihihhi…
skrang suasana ktrku asyik mbak…datang sering telat, pulang secepatnya soale bos ngga pernah ke kantor, paling lewat telepon aja…di kantor kerjaannya buka internet trs nyambi menjalankan toko online…tp alhamdulillah gaji masih di transfer hihihhi….
btw aku blm sempet update postingan soale blm ada bahan yg harus diposting…
hmm itu tipe bos yg ga mau karyawan senang. orang kayak begitu harusnya didemo dan diadukan ke serikat buruh, tp memang banyak jg yg malas ribut jd memilih resign….
Saya perhatikan di rumah seorang Ibu Rumahtangga ngurusi anaknya (apalagi masih balita) itu saja sudah repot. Apalagi jika disambi kerja kantoran. Tapi memang sekeras itukah untuk membuat dapur tetap ngebul? Atau ada kenikmatan lain dibalik segala kericuhan itu semua? Bu Zee yang bisa jawab 😀
Yah klo udah kerja kantoran mah bukan nyambi kali ya, krn biasanya ada asisten yg membantu selama ibunya di kantor. Tp begitu malam tiba tentu jadi tugas ibunya. Wah kl bicara soal dapur tetap ngebul, back to alasan masing-2 toh.
Untung atasan mbak bisa mengerti ya. Tapi menurut saya, “atasan” mbak yang sebenarnya ya si Vaya. hehe..
ya memang harusnya sih begitu, toh saya kan tdk menyalahi aturan. memang kita di ktr ada paketnya, jd itu memang sdh haknya karyawan kan 🙂
Hehehehe bicara soal tenggo (teng-teng-teng langsung GO!) aku sekarang hobi melakukannya.
Aku masuk jam 8.30 dan pulang jam 5 sore. Waktu awal2 kerja sih masih pake enak-nggak enak kan ke bos.. tapi pas udah tau tentang betapa kuatnya buruh di Australia, aku nggak mau tau lagi. Jam 5 tettt langsung pulang.
Pernah aku lagi solving bug di aplikasi, tau2 wekerku bunyi dan aku bilang “It’s 5.. i’m sorry i have to go now!”
Dan bosku cuma bisa bilang “I know.. c u tomorrow” hehehehe..:))
Hhahahaa… wah beneran top dah. Kalo buruh di Indonesia kuat, mungkin tidak akan bos yg semena2 kayak katanya Nia ya. 🙂
wah enak banget ya mba.. ada paketan gitu hihi.. kalo saya milih yang paling pagi aja deh, pulang lebih awal.. 😀
tapi kalo di kantor saya lebih enak lagi lho.. jam masuk bisa fleksibel, yg penting lapor sama atasan kalo telat ada urusan apa gitu hihi.. pulangnya ya tetep jam 5.. (gak bisa lebih awal kecuali ada urusan)
lain kantor lain aturan ya Du. ya gpp kan yg penting kerjaan beres toh…… 🙂
sebentar lagi saya juga bakaln punya anak, semoga saja nanti istri bisa ngatur waktu dan tidak mendapat cap negatif dikantornya 🙂