Beberapa kalangan mengatakan, kemasan suatu produk itu penting, isi nomor dua. Ambil contoh sebuah buku yang dikemas dengan cover yang bagus dan menawan, serta judul menarik perhatian, tentu akan membuat orang penasaran, terutama mereka yang sedang buru-buru mencari buku untuk bacaan di kereta misalnya tapi tak mau ribet baca sinopsis di cover belakang. Contoh lainnya, seperti headline bombastis yang sering dipakai beberapa oknum dari sebuah komunitas blogger agar pembaca penasaran, padahal kontennya gak nyambung! Dan herannya tulisan seperti itu malah dijadikan berita favorit pula di komunitas itu. *kan aku bilang oknum, jangan tersinggung dong ah.. :p
Nah. Sebagian lagi mengatakan kemasan memang penting, tapi yang jauh lebih penting adalah kualitas produk. Ini seperti mereka yang mau menghabiskan lima sampai sepuluh menit untuk membaca sinopsis di belakang cover, atau membeli buku setelah mendapatkan referensi dari teman, jadi kemasan bagus bukanlah prioritas. Anyway, saya pernah ingin membeli buku atau novel via penyedia layanan e-mag di IOS or Android, tapi tidak jadi karena tiga lembar preview gratis yang mereka berikan mostly habis hanya untuk judul dan kata pengantar. Apa gunanya kasih gratisan kalau tak ikhlas?
Saya, menyukai isi yang bagus dengan kemasan yang bagus pula. Buat saya, minum teh di gelas biasa itu beda rasanya dengan minum teh di cangkir keren milik sendiri atau mug di sebuah restoran yang cakep banget, meski dengan daun teh dan pemanis rendah kalori yang sama. Kalau mencari buku, selalu baca dulu judulnya, membaca sinopsisnya untuk tahu apakah genrenya saya suka atau tidak (saya suka semacam genre misteri & horor), tebal atau tidak, baru yang terakhir memperhatikan dengan benar covernya, sebelum memutuskan untuk jatuh cinta dan membelinya.
Hmm…
Memang tak bisa full rasanya menikmati isi yang bagus dengan kemasan seadanya.
Somehow, bila terpaksa harus minum Ahmad tea favorit saya di gelas biasa atau di cangkir kantor yang ada logonya itu, saya tutup mata dulu. Kata orang, biar dapat feel-nya… seakan minum di mug besar yang keren, gitu… *halah…
Haha. Sama lah kek manusia. 😀
Kalau buku bukannya lebih enak dipromosikan via resensi ya? Kalau sinopsis sih boleh saja (emang beda?), tapi kalau isinya ndak ada yang masuk, apa bisa dibilang sinopsis? :D.
diriku lebih suka kemasan oke (ga harus bagus banget) dengan isi yang bagus. Kalau bukunya bagus tapi kemasan jelek… macam buku Aku nya Chairil Anwar yang heboh itu.. ga kepengen beli. walau banyak yang bilang bagus.
dan.. kaget waktu baca Mbak zee suka genre horor? ga keliatannnnn… hihi
Jadi inget waktu dulu sering pijet.. makin mahal tempat pijetnya (karena aku suka pijet tradisional) makin bagus cangkirnya, padahal minumannya tetep sama Jahe wangi 🙂
emang sih idealnya kemasan bagus isi bagus.
tapi tetep mendingan dapet yang isi bagus walaupun kemasan gak bagus, daripada kemasan bagus tapi isinya gembel. hehehe.
kalau rasa enak, ekmasan menarik akan terasa lebih nikmat ya mbak
hmmm… kalau aku kadang melupakan kemasan. isi yang kuanggap penting. soalnya sekarang banyak yang cuma kemasannya saja yg bagus, isinya mengecewakan. memang sih sebisa mungkin kemasannya juga sama-sama bagus. cuma kok belakangan lebih sering kecewa sama yang kemasannya bagus ya? hehehe…