Kenapa Cowok Takut Sama Bencong??

Kenapa cowok takut sama bencong? Pertanyaan ini sudah lama bersemayam di kepala saya, tapi kembali muncul gara-gara kejadian kemarin malam. Kemarin malam, di lampu merah Cempaka Mas, seperti biasa tahu kan, banyak pengamen, tukang asongan, tukang kemoceng, laki-laki, perempuan, anak kecil, sampai bencong.

Saya sedang berleha-leha menikmati macet, sementara di sebelah saya hubby ketiduran. Dia siangnya baru pulang dari Yogya, terus langsung ngantor, bla bla bla …jadi ceritanya doi capek beratlah. Oh iya, sekarang saya sudah diantar jemput sama sopir, soalnya sudah masuk bulannya. Serem juga kalo masih maksa nyetir sendiri ke kantor.

Dari depan sana, melenggang seorang bencong sambil membawa kerecekan. Saya udah coba mengingat-ingat, ini bencong yang waktu itu saya kasih gopek bukan yaa….kayaknya sih bukan, karena yang ini jelek, bencong yang dulu itu cantik. Yang ini pake tank top dan rok jeans mini, kelihatanlah bahu dan pahanya yang kurus tapi berotot itu. Wajahnya dipupur makeup tebel. Alisnya runcing kayak alisnya KD.

Sopir saya langsung kelihatan ribet, dia buka tempat recehan gopek untuk ngambil duit, lalu begitu si bencong sampai di jendela sopir, cepat dia membuka kaca dan memberi gopekan itu. Padahal sebelumnya ibu-ibu tukang kemoceng & anak kecil yang ngamen cukup dikasih tangan saja sama dia.

Sempat saya tangkap dia melirik sekilas ke belakang, mungkin dia kira saya juga tidur jadi tidak melihat kejadian itu. Atau mungkin dia pikir saya bakal keberatan kalau tahu dia ngasih duit untuk pengamen bencong. Entahlah. Biar saja dia dengan pikirannya.

Tapi ya itu. Kenapa begitu bencong yang datang, dia langsung kayak panik? Saya menduga dia pasti takut. Tapi kenapa? Apa takut jiwa laki-laki si bencong keluar, lalu mobil dibaret? Atau apa dia geli karena tahu ini sama-sama lelaki, tapi yang di luar itu merasa jiwa sebenarnya adalah perempuan?

Ngomongin bencong memang gak ada habisnya. Kaum yang satu itu memang selalu mengundang kontroversi. Selain sifatnya yang lebih perempuan dibanding perempuan asli, sifat sensitifnya juga tidak bisa ditebak. Kebanyakan bencong punya sifat sensitif dan posesif yang berlebihan, sehingga kalau sudah sakit hati, bisa membahayakan orang yang dekat dengannya. Wajar kalau orang yang tidak kenal selalu bersikap berhati-hati bila berada di dekat mereka. Teman-teman saya, cowok, kalo udah saya bilang ada salam dari si A atau si B yang bencong, pasti langsung bergidik.

Masih ingat kan kasus mutilasi yang terjadi tahun lalu? Setelah korban berhasil diidentifikasi, polisi pun berhasil memecahkan kasus tersebut. Pelaku adalah seorang waria, yang selama ini menjadi pacar korban. Mereka sudah hidup bersama selama bertahun-tahun, dan suatu saat si cowok bilang sama si bencong kalau dia mau pulang ke Medan, ingin menikah dengan pacar wanitanya. Sakit hati, golok pun melayang. Jadilah si cowok itu potongan-potongan yang siap digulai.

Menurut saya gak fair juga menganggap semua bencong itu kasar & pendendam, kemudian menganggap mereka sebagai warga kelas dua, yang harus dijauhi atau ditakuti. Beberapa bencong yang saya kenal waktu di Medan, rata-rata kerja di salon yang bersih, kalopun ada yang bermake up, make up nya rapi & cantik sekali (malah lebih jago mereka bermake-up dari saya !!) dan mereka fine-fine aja. Gak sirikan ama cewek asli, dan kalau ada cowok juga gak terlalu kegenitan.

Bencong itu bisa buat suasana jadi rame. Berada dekat mereka itu pasti ketawa mulu. Selain karena bahasa bencongnya yang aneh-aneh, candaan sesama mereka yang suka berbau porno, bencong-bencong ini juga apa adanya. Gak ada yang ditutup-tutupi, walau kadang kesannya kayak gak berpendidikan, tapi it’s fun. Gak jaim gitu loh.

Pernah suatu waktu saya ke salon sama temen saya Iren. Waktu tangan saya lagi di massage, si Alda (ok, nama aslinya Aldi), bencong yang megang saya mencet botol lotion-nya terlalu kuat. Muncratlah isinya, lompat ke tangannya. Dengan santai dia bilang gini, “Ih, kok kayak air *tet-tottt* ya kak…?” Saya langsung ngakak, sementara si Iren di sebelah kejang-kejang mendengar bahasa si Alda yang vulgar.

“Aku kemarin itu masuk lagi, Kak…” *maksudnya masuk ke Retrospective, klub malam terkenal di Medan.

“Oh ya? Eh, yang minggu lalu itu kita jumpa itu, kau ama sapa, say? Pasti cowok kan?” pancing saya.

“Iyalah. Dibayarinnya kami chivas, mabuklah kami semua. Trus waktu dia dah mabuk kali, ya kupeluk-peluklah dia…. dia kan gak tahu kalau aku gay…”

Lagi-lagi saya mati ketawa sementara si Iren temen saya mengatupkan bibirnya menahan tawa. Dia sebenarnya mo ketawa, tapi gengsi. 😀

Terus bencong juga bisa jadi sumber segala gosip yang up to date. Berita apapun, baik lokal ataupun nasional atau internasional, mereka pasti tahu. Apalagi kalo mo tahu soal ilmu-ilmu kecantikan, bencong juga punya sense lebih untuk soal itu. Untuk jadi tempat curhat para cewek, bencong juga tempat yang tepat. Karena biasanya mereka kan tidak realistis, jadi pasti ujung-ujungnya dia bakal bilang, “Memang yang namanya laki-laki itu bajingan!” Dan cewek yang sedang sakit hati sama pacarnya pasti senang dengar pembelaan model begitu. He he hee..

Makanya saya rada heran, kenapa cowok-cowok suka takut sama bencong? Takut digrepet-grepe atau takut naksir? 😀

92 Comments

  1. roy sililitonga

    ak jelas taklut ama bencong, karena bencong rata2 machOOOOOOOOOOO…..tapi itu semua terpengaruh lingkungan’

  2. wi2d

    wuakakakakakaka……..
    biasa deket ma bencong yach…….

  3. Oliev

    bencong itu sebetulnya g 100% cew loh….. buktinya saya pernah di lamar ama bencong hi….hi….

  4. Huahaha… jadi inget cerita tentang “seseorang” yg digrepe-grepe ma bencong. Gerakan tangan si bencong ini secepat kilat, so ga bisa terelakkan. Namanya juga bencong! Wajar khan kalo cowo jadi risih n takut dekat mereka. Takut digrepe-grepe tanpa ijin gitu lho….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *