Lihat Kebunku

Lihat Kebunku

Pagi atau sore hari di akhir minggu adalah saat-saatnya saya memeriksa halaman. Biasalah, cek lapangan, siapa tahu ada yang luput dari perhatian, entah rumput yang sudah tinggi di satu sisi, atau pelepah daun keladi yang melebar kemana-mana. Sekaligus menikmati halaman sendirilah, meskipun tidak terlalu luas, tapi lumayanlah untuk cuci mata, menjernihkan pikiran.

Paling senang kalau Mami saya lagi datang ke Jakarta, soalnya ibu saya kan hobi berkebun, jadi selalu ada ide baru untuk mempercantik halaman. Kalau misalnya ada satu tanaman yang dulu ditanam tapi gak jadi karena satu dan lain hal, maka langsung ada ide baru, mau ganti pakai tanaman apa. Rumah orangtua saya juga halamannya tidak luas, tapi bisa aja gitu ditanami pohon mangga dan lengkeng. Dan begitu pula di rumah ini, kemarin Mami saya langsung panggil tukang bunga keliling, tawar-tawar setengah mati sampai tarik urat, dan beberapa tanaman pun menghias halaman kami, termasuk satu pohon lengkeng Medan. Mari kita lihat, berbuah gak ya nanti. Kalaupun berbuah, semoga kejadiannya tidak sama dengan pohon sawo, yang buahnya habis dimakan tikus duluan. Udah gitu pohon sawo itu juga tidak pernah berbuah lagi sampai sekarang sejak dipindah agak dekat ke butik, kurang kena sinar matahari sih kayaknya…

Dan, yang subur banget di halaman adalah, pohon jeruk. Ada dua macam jeruk ditanam sebelahan, yang satu Tante saya menyebutnya lemon cina, dan yang satu lagi entah jeruk apa, bentuknya seperti jeruk purut tapi besar. Yang biasa dipakai tentu lemon cina itu, kalau jeruk purut itu, entahlah, asisten di rumah juga tidak tertarik memakainya. Katanya dia coba nawarin ke tukang sayur di pasar, siapa tahu ada yang mau beli, tapi gak ada yang tertarik, hahah…

Dua pohon jeruk sudah mirip pohon di hutan sih sebenarnya, karena dahan-dahannya saling melingkar dan mereka juga semakin tinggi. Plus, tante saya kemarin iseng pula tanam pare di situ. Jadilah ada buah pare menggantung di tengah-tengah pohon jeruk. Eh, iya, di halaman depan, si pohon kedondong juga sudah berbuah, lho!

Ah. Saya rasa cukup berceritanya. Kita nikmati foto-fotonya saja ya. Oh ya, tanaman-tanaman ini punya penjaga lho. Mau tahu siapa?

Pare dan Jeruk

burung sembunyi di balik pohon rimbun di halaman depan

hinggap di pagar pembatas, sebelum terbang lagi

 

 

 

owh... mbah bunglon...

Itu dia penjaganya. Hobinya nongkrong di pohon jeruk itu. Tadi waktu saya menyelinap di sela-sela dahan demi memotret buah pare itu, terdengar kresek-kresek di atas kepala. Ups! Ternyata doi terusik bo’. Bergeser dia cari posisi lain, meski gak terganggu dengan keributan di sekitarnya. Untung gak jatuh di atas kepala. LOL!

Pemirsa, ini adalah contoh petani yang tidak sabaran. Mau petik jeruk pakai emosi.  “Sabar ya Nak, nanti Mami ajarin cara petik jeruk yang benar.” LOL.

Bagaimana? Not bad kan? Tiap hari ada aja burung-burung kecil singgah ke halaman, terbang riang bercicit cuit. Kalau tidak ada orang di luar, suka singgah sampai ke lantai teras, malah pernah juga kesasar masuk rumah, lalu panik sendiri mencari pintu keluar.

61 Comments

  1. wah bagus banget kebun nya ada di halaman rumah lagi jadi cocok untuk hiasan halaman pohonya

    • Zizy

      Untuk pohon jeruk tidak pernah dikasih pupuk. Memang tanahnya sudah cocok sepertinya.

  2. Wah wah memanfaatkan halaman rumah menjadi kebun pribadi. Sungguh kreatif dan memberikan kesejukan di pagi hari.

  3. wah pasti rumahnya luas nih kebunnya bisa selebar di foto, banyak tanaman herbal lagi, ada pare nya, saya suka tu kalo dibuat siomay haha….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *