My best friend is the one who brings out the best in me. (Henry Ford)
Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony. (Mahatma Gandhi)
Kemarin siang, saat Vay play date dengan sahabatnya Mai di Kidzania, saya memutuskan untuk mencuri waktu untuk saya sendiri. Meski Vay menginginkan maminya ikut ke dalam tapi saya bisa meyakinkannya bahwa dia juga gak akan notice maminya selama di dalam. Akan ada banyak tawa juga antrian luar biasa di dalam Kidzania nanti bersama teman-temanmu, dan kamu gak akan kepikiran mamimu lagi, Nak.
So, setelah melepasnya di gerbang Kidzania, saya langsung turun ke lantai paling bawah. Menggunakan waktu yang masih sepi ini untuk sekadar menikmati latte dan sepiring croissant di Kopi Luwak sambil membalas email yang masuk dan menelepon beberapa rekan kerja. Well, okelah tetap sambil ngurus kerjaan, tapi setidaknya sambil melakukan yang disukai. Sebuah email masuk, bukan email yang akan bikin hari-harimu cerah, tapi sudahlah, saya memilih mengabaikan email itu.
Ketika hari mulai siang, saya beranjak ke lantai atas. Sebentar lagi waktu main untuk gelombang pagi Kidzania akan selesai, jadi saya harus cari tempat yang mudah ditemukan oleh Vay dan mbaknya. Duduk di Liberica, kembali hot latte menemani (ya, saya sangat konsisten dengan kopi hehe). Sambil baca-baca berita, dan kemudian terbersit membaca postingan lama di blog yang satu lagi. Eh ternyata memang benar saat orang bilang, tulisan bisa memiliki nyawa. Itulah gunanya kita menuliskan cerita apa pun yang kita mau di blog, karena sewaktu-waktu bisa dibaca kembali saat kangen dengan story itu. Sampai ketawa-ketawa sendiri, tak peduli bila dilihat orang.
Tapi memang cerita-cerita itu lucu. Cerita tentang saya dan sahabat saat lajang dulu. Saya ngakak gak berhenti-henti. Lalu saya kirimkan beberapa link postingan itu ke si sahabat. Saya baru ingat kalau dia belum tahu bahwa kisah-kisah kami itu dibuat postingannya.
Membaca kisah-kisah itu, saya jadi kangen. Rindu juga bertemu sahabat lama dan melakukan lagi kegilaan dulu. Tawa yang tak pernah usai karena kami memang sering tertawa, cerita yang tak pernah habis karena kami juga suka gosip, juga bila salah satu lagi spanning, yang satu tahu diri untuk mengerti.
Kalau lagi banyak duit, nongkrong di kafe. Jalan keluar kafe juga harus tegak sambil tahan perut. Tapi kalau sudah tanggal tua, nongkrong makan mie rebus atau nasi goreng gerobakan sudah the best. Tak perlu tahan perut pula. Hahah. So silly.
Too much silly things yang dilakukan saat muda dulu. Beberapa menyenangkan untuk diingat, tapi juga ada beberapa yang kalau diingat-ingat, lalu mikir, kenapa dulu dilakukan ya? Jadi, ketika minggu lalu seorang teman yang masih muda bercerita banyak tentang silly things yang dilakukannya, saya senyum-senyum saja. Setiap orang harus punya ceritanya sendiri, silly thingsnya sendiri, pengalaman hidupnya sendiri, hingga tiba saatnya dia ia mengerti akan batasnya. Ceritanya itu melemparkan saya ke masa-masa bagaimana saya dulu, so saya bisa memahaminya.
Malam itu, masuk message dari sahabat lama saya itu. Dia bilang, dia juga baru saja ngakak-ngakak di seberang sana, sampai suaminya heran ada apa kok ketawa sendirian. But still, biarlah kisah kami hanya lucu untuk kami juga para pembaca di blog satu itu.
Dan ketika saya lihat Vay di eskalator turun sedang melambai-lambai, senyum di wajah saya masih belum hilang. Rindu dengan kegilaan masa muda, tapi juga tergila-gila dengan yang saya miliki sekarang. Bagaimana dengan kalian?
Sepertinya saya harus sering-sering mencari me time singkat seperti ini ya!
coffee lover…
me time with a cup of coffee, blog to read or book to read. perfect.
beach lover…
me time with sunset in front of us, cup of coffee…
membaca tulisan mba itu asik mba. mengalir gitu aja
thanks yaa…. senang kalau tulisanku masih enak dibaca… 🙂