Katanya, pelayanan di sebuah restoran itu berbanding lurus dengan harga makanannya. Masa sih? “Iya, coba deh kalo lu makan di restoran fast food ayam goreng, udah syukur kalau kasirnya mau senyum. Belum lagi yang di belakang lu pasti merengut gak sabaran nunggu lu kelamaan mikir!†“Kalo makan di cafe?†“Nah di situ masih mending, lu dikasih buku menu, ditinggal aja sampai lu puas baca buku menu dan siap untuk pesan.†“Kalau restoran padang?†“Nah yang ini mantep! Belum duduk beneran, semua makanan udah diantar. Tapi saat hitung-hitung, apalagi setelah lu bayar, jarang bilang terima kasih tuh pelayannya.†Hehee… bisa aja ya.
Minggu lalu saya, hubby, Vay dan susternya datang bawa voucher ke Nannini Grill di Plaza Senayan. Voucher yang saya beli kemarin di DiKotaKita.com memang hanya dua, maksudnya biar di restonya sana nanti bisa order menu lain, karena paket berbuka puasa kan hanya ada dua pilihan saja.
Saya belum pernah ke Nannini ini, jadi gak tahu dimana letaknya. Hubby juga belum pernah ke sini, tapi dia sering lewat (secara dia lurahnya plaza senayan semua-semua apal). Katanya ada di sudut lantai 3.
Aaah.. ya akhirnya ketemu juga. Saat itu pukul empat sore dan restoran masih kosong melompong. Saya berjalan ke arah restoran, dan seorang perempuan pelayan resto setengah berlari ke arah saya sambil tersenyum ramah, dia menerima voucher dan mencatat nama dan no telepon saya. Seorang pelayan pria melewati kami dan mengangguk tersenyum. Katanya kalau bisa jam setengah enam sudah di tempat, agar mereka tidak telat mengeluarkan makanan. OK. Setelah itu kami cabut, bawa Vay potong rambut dulu, bawa dia makan, terus ke Metro cari baju lebaran heheee…
Eh tapi benar gak sih pelayanan itu sesuai harga? Saat kami ke bawah, saya berhenti di depan tenant Bakwan Malang, pesan mie ayam untuk Vay. Mbak yang melayani biasa saja, tak memasang senyum lebar. Dia tahu itu adalah pekerjaannya, jadi dia mengerjakan tugasnya dengan baik. Itu yang saya tangkap. Si Vay yang makannya lelet bikin saya gak sabaran. “Cepatlah nak, nanti meja kita hilang.†Dan dia malah meledek saya dengan joget-joget menggoyangkan kepala. Sudah mau setengah enam dan dia belum selesai juga makan. Ya sudah di-cut saja nanti lanjut makan di Nannini saja.
Dari situ, pindah sebentar ke tenant kecil di belakangnya yang menjual aneka Simcard. Ayah si Vay mau beli simcard, so saya juga memperhatikan si penjual. Ah, dia begitu semangat mengeluarkan semua product knowledge yang dia miliki, dan meski harga kartu tak lebih dari dua puluh ribu, sama seperti mbak ‘bakwan malang’ tadi, juga tak ada senyum tapi dia mengerjakan tugasnya dengan baik.
Naik ke lantai satu melewati hebohnya manusia di kerumunan sepatu yang sedang diskon, kita masuk ke lift naik ke lantai 3. Iseng berhenti sebentar di box baju anak yang sedang diskon, seorang penjaga toko datang mendekat. Dia menegur dengan ramah dan tersenyum, sambil bertanya saya cari size apa. Padahal biasanya mbak-mbak di box diskon jarang bicara, kecuali ditanya. So, kesimpulan yang saya dapat adalah, bukan masalah harga. Tapi yang benar mungkin adalah edukasi yang tepat dari manajemen tentang bagaimana menghadapi pelanggan, ditambah sifat dasar orangnya sendiri. Kalau dasarnya ramah tentu tak sungkan-sungkan dia menebar senyumnya.
Tiba di Nannini jam setengah enam lewat, saya langsung diantar oleh mbak yang pertama tadi ke meja kami. Untuk takjil kami diberi ketan hitam. Menu berbuka puasa yang bisa kami pilih ada dua: Lamb Kebab with Rice, atau Chicken Souvlaski with Saffron Coconut Rice. Kedua menu ini ternyata mirip banget meski namanya beda, jadi ya nasi dengan kebab… Jadi saya cuma sharing 1 foto saja ya. Rasa lamb kebabnya? Enak! Meski kurang kenyang karena kurang banyak heheee…
Lalu si Vay makan apa? Ya karena dia tidak terbiasa makan makanan tasty ala restoran, jadi yang aman saja. French fries.
Setengah jam kami di situ, restoran semakin ramai, sampai yang mengantri di depan juga banyak, waiting list. Ouw… ya ya, saya baru ngeh, ini sama nih dengan Arella kemarin, banyak promo diskon kartu kredit. Bahkan ada yang kasih diskon sampai 50%. Lumayan banget itu mah… sama juga lumayannya dengan beli deal via DiKotaKita.Com.
Gak heran orang-orang rela mengantri.
Ah maafkan saya ya, siang-siang di bulan puasa malah posting soal makan enak. Saya janji besok akan posting topik yang lain, hehe…
🙁 satenya cuma 2, klo aku kurang banyak tuh :p
Hahhaa…gak juga kok mbak 😀
Disini tiap kali saya beli nasi padang, pelayannya selalu bilang makasih kok.
Mungkin karena saya cakep kali ya??? #eaaa *tetep aja narsis 😆
Haduh mba, porsi segitu mah buat saya kurang! 😆
Mbak aja kurang, apalagi saya yang poro karung kayak gini 😆
Teteup ya, narsissss…
Ya laki2 memang makannya kan makan bunu to, poro basar soalnya LOL.
alhamdulillah, untung saya mampir sini pas udah buka puasa.. Vay lucuuu banget mbak, matanya yang bulet bener2 siipp.. salam muach yaa untuk Vay.. 🙂
komennya beda dari postingan, nggak apa2, salah sendiri punya baby unyu-unyu gitu.. hehe
aku suka kok dg makanan hehhee, aku bacanya setelah berbuka jadi tidak masalah .. 🙂
salam sukses 🙂
kenapa yah anak kecil doyaaan banget sama french fries… si vania juga tuh.. hihihi… ^_^
mm… kalau beli makanan, makanan tambah enak klo pelayannya senyum yah mbak 😀
Wah…Vay udah tambah tinggi kayanya ya Kak…meski cuma setengah badan doang tapi kelihatan…
Besok posting baju barunya Vay aja, Kak, he h ehe
Kalau tentang keramahan, setuju sama Kakak itu semua emang pertama tergantung pribadi dan kedua didikan manajemen. Hani selalu memasukkan materi “selalu senyum” pada sales baru saat training meski boss nggak pernah menyampaikan. Pelayanan tetap penting walau rasa tak kalah penting karena makan jadi nggak enak kalau lihat muka masam, he he he he
Uwiiihh…. Lamb Kebab with Rice… *ngiler
Bilangin sama Vay, bagi kentang gorengnya donggggg….
Oh iya, dulu saya pernah beli bakmi rebus yg terkenal enak. Antre panjang. Harganya biasa aja, nggak mahal, juga nggak murah. Nah, pelayan sekaligus pemilik warungnya itu ramah banget. Service-nya benar-benar memuaskan, hehe….