Setahu saya umumnya perempuan pasti suka dengan perhiasan emas. Terlepas dari mau pakai sedikit atau banyak, tapi emas memang punya efek menggoda yang sangat untuk dimiliki.
Kemarin pagi, dalam perjalanan ke kantor, saya mendengar bahasan menarik di radio favorit saya. Ceritanya kedua penyiar ini — cowok cewek — sedang membahas Alm. Ibu Ainun yang menurut si penyiar wanita ini adalah sosok yang bersahaja karena meskipun termasuk kalangan berharta, tapi beliau tidak suka pamer dan tampil berlebihan. “Kalung saja dia tidak pakai. Coba lihat ibu-ibu lain. Tahu sendiri dong ibu-ibu di Indonesia ini. Kalau lakinya udah kaya dikit, pasti deh pada pakai emas segambreng biar ketahuan kaya rayanya.†Kira-kira begitulah katanya lebih kurang.
Mendengar bahasan soal emas itu, ingatan saya melayang ke beberapa bulan yang lalu. Waktu itu saya dan hubby buru-buru masuk ke lift. Kita mau ke Lt. 8, mau nonton di Blitz Megaplex – Grand Indonesia (lagi-lagi GI ya, ketahuan mainnya situ2 aja hehehe…). Di dalam lift itu selain kami, ada satu keluarga lain (bapak, ibu dan satu anak laki-laki). Si bapaknya kurus dan kuyu pakai baju batik, si ibunya gemuk pakai jilbab dengan baju rapi dan berdandan menor. Saya pikir mungkin mereka habis kondangan, karena gaya pakaiannya memang gaya orang kondangan.
Lalu tiba-tiba mata saya blink-blink. O-ouw… Saya menelan ludah waktu saya melihat emas si ibu. Gile! Banyak bener! Cek ya. Di leher ada dua kalung besar (dan kelihatan berat) menggantung. Lalu di pergelangan tangannya – kanan kiri – juga ada gelang besar-besar bertumpuk yang tidak saya hitung ada berapa, pokoknya penuh. Semuanya sesak dan pas di tangan. Lalu pandangan saya beralih ke jari-jari gemuknya. Dari kesepuluh jarinya, masing-masing jari tengah dan jari telunjuk diisi cincin besar satu dan dua cincin. Kalau dihitung-hitung, mungkin harta tunai yang dia bawa jalan jumlahnya lebih dari Rp. 75 juta.
Hmm.. Ehmm.. Refleks mata saya melirik ke bawah, melihat jari manis kanan saya yang hanya diisi satu cincin berlian kecil, dan pergelangan tangan yang digayuti gelang emas tua – yang sudah bertahun-tahun saya pakai dan akhirnya bulan lalu gelang itu patah :D.
Perhiasan emas saya jelas tidak sebanyak si ibu tadi. Saya hanya punya beberapa, benar-benar hanya beberapa. Dan bukan kelas berat punya. Saya termasuk yang jarang beli perhiasan emas. Pertimbangan saya, membeli perhiasan emas itu mahal di ongkos. Kalau suatu saat saya bokek dan pengen jual, pasti harganya jadi turun karena dipotong ongkos bikinnya. Jadilah saya hanya punya sedikit. Lebih baik mengoleksi emas batangan :D.
Teringat dengan komentar si penyiar tadi, benarkah kita perempuan Indonesia begitu? Kalau suami punya uang lebih, langsung deh pamer harta parade emas di sekujur tubuh?
Kalau menurut saya sih gak begitu tuh. Saya punya dua alasan.
Pertama : Tidak semua emas yang dipakai perempuan pasti pemberian suaminya. Saya punya banyak girl friend mandiri yang sangat mampu membeli emasnya sendiri. Jadi kalau seseorang sudah kerja setengah mati sampai harus pulang telat — lembur pula di hari sabtu — biar bisa beli perhiasan emas atau berlian, lalu dia pakai perhiasannya kemana-mana, ya itu hak dialah untuk merasa bahagia dan percaya diri dengan perhiasannya. Kenapa harus sewot? Emas-emas gue beli sendiri ini.
Kedua : Tidak semua perempuan yang suaminya kaya raya pasti suka parade perhiasan. Artinya ya mau kaya atau miskin kalau memang hobinya show off ya show off aja. Latar belakang ekonomi, pendidikan, pola asuh, pergaulan, juga berperan dalam urusan pamer-memamerkan.
Jadi, para perempuan yang suka pakai perhiasan emas, ayuukkk silahkan dipakai. Tapi jangan dipakai semua sekaligus ya, bahaya ntar mengundang jambret! 😀
Tidak selalu sih perempuan mengejar emas, walau mungkin kalau punya kesempatan bakalan dikejar, kadang laki-laki tidak mengerti hal-hal ini hanya bisa geleng-geleng doang.
Tapi kalau sampai banting tulang hanya untuk emas daripada sesuap nasi, wah hati-hati, nanti bisa-bisa kena batunya sendiri.
Iya mbak setuju. Tp alo berlebihan pakenya kan juga gak enak dilihat. Hehehe..
Tp saya yakin kok pasti wanita sekarang sudah tahu takaran gimana caranya pake perhiasan yg pas.. 🙂
Iya, asal pas dipakai tentu enak dilihat :).
perhiasaan sih boleh-boleh saja, tapi kalau pakenya berlebihan tanggung sendiri akibatnya.
kejahatan bukan hanya terjadi karena ada niat tapi juga karena ada kesempatan. waspadalah .. waspadalah hehe
mbak zee,kalau aku sih mau dipake atau gak terserah,wong harta2nya dia kok hehe. aku gak mau jail ngurusin urusan orang ah,mending urus diri sendiri,masih banyak kekurangan diri kita ,kalau malah ngomongin orang lain,belum tentu kita lebih baik dari dia kan?? hehe
yang penting jangan korupsi atau nyolong aja buat mendapatkannya ,kalau memang gak mampu ya gak mampu aja,gak usah maksain diri melihat gaya hidup orang lain,lebih enak hidup sederhana kok,gak terjebak dalam perlombaan adu kaya di kalangan ‘the have’ itu hehehehe 😛
hei betul sekali mas didot, harta yang halal tentu lebih afdol saat kita gunakan..
semoga kita dijauhkan dari kesombongan ya..
Kalo gw mah punya emas yah hasil pemberian suami (Mas Kawin), 1 gelang pemberian mertua, 1 set gelang lagi pemberian Nyokap. Tapi yah makenya kadang2 ajah, dan itupun ga semua. Silau man!!! 🙂 Lagian betul banget Mba, kalo dipake di JKT, wah bahaja tuh. Pasti bisa jadi sasaran jambret
O iya, kemarin dirimu udah cerita ya dapat gelang dari mertua. Ga minta tambah sekalian San? Hehehe…
hmmm, wanita kan juga merupakan perhiasan …. jadi kalau menurut saya ya memang sudah sepantasnya kalau memakai perhiasan, dengan catatan tidak berlebihan ….
iya tergantung orangnya ya kayaknya. si esther sih gak begitu. so far gak pernah minta dibeliin perhiasan. malah gua yang beliin. itupun cuma yang kecil2 dan cuma beberapa doang.
perhiasan lebih banyak dikasih orang. dan tentu aja gak dipake semuanya. lebih banyak yang ditaroh di sdb malahan. hehehe.
iya, banyak2 di rumah jg takut. mending tarok sdb aja semua.. 🙂