Setiap kali mencoba salon baru, yang sering saya coba selain creambath adalah refleksi kakinya. Kan sekarang rata-rata salon juga menyediakan refleksi kaki dan tangan, mau salon franchise, salon biasa, salon mahal, pasti ada. Nah, dari hasil berkeliling salon dan mencoba refleksi kakinya bertahun-tahun, saya sampai pada kesimpulan saya bahwa tak semua pemijat di salon itu tahu cara pijat refleksi yang benar. Lebih banyak asal-asalan dan bahkan antar satu pemijat dengan temannya punya ciri masing-masing, entah yang satu kalau mijet di betisnya lama, yang satu lagi enggak. Begitu-begitulah. Jadi kalau sudah pernah coba dan ternyata pijatnya gak enak, saya gak akan lagi pijat refleksi di situ.
Pijat refleksi itu ibarat orang jualan nasi goreng. Ada yang masukin nasinya dulu, ada pula yang numis bumbunya duluan. Jangankan di salon ya, bahkan tempat refleksi beneran aja punya cara beda-beda untuk memulai ritualnya. Ada yang memulai dengan kaki kiri duluan, lalu ada yang memulai dengan kaki kanan duluan. Kalau tak salah ingat, hotel-hotel corporate yang dulu sering saya inapi kalau training punya ciri memulai pijatan dari kaki sebelah kiri. Sementara di beberapa tempat refleksi, memulai dari kanan. Selain itu ada yang pijatannya bertumpu di tekanan, bukan di pijatan.
Memang sih, tak bisa kita samakan refleksi di salon dengan refleksi di tempat beneran. Jadi ya kalau refleksi salon agak asal-asalan, ya dimaafkan. Kayak sore tadi, saya menemani tante saya menghitamkan rambut di salon franchise dekat rumah, dan sambil menunggu saya pun minta refleksi kaki saja. Yang memijat anak lelaki masih muda. Melihat modelnya sih sudah ketahuan ini bukan ahli refleksi, tapi ya sudahlah, daripada bengong awak kan. Dan begitulah, kali ini dia memulainya tanpa ritual. Biasanya kan, dipijat dulu kaki dan betisnya, lalu dipukul-pukul sedikit betisnya, kemudian dibungkus pakai handuk. Lalu lanjut ke kaki sebelah. Setelah itu baru mulai memijat telapak kaki dari kaki yang pertama. Tapi yang ini tadi, entahlah, tak bisa diingat. Masa dari telapak, lari ke jari, ke tumit, lalu ke telapak lagi, lalu tumit lagi. Gak jelas kawan ini, kupikir. Sudahlah, saya coba nikmati saya sambil memejamkan mata. Dan yang salah dari salon ini adalah, mereka menggunakan semacam oil semacam merek toko badan di untuk memassage kaki, sementara berdasarkan pengalaman saya berkeliling tukang refleksi, kalau mau pijat tidak bisa pakai oil sembarangan karena justru jadi kesat dan memijat jadi tidak enak.
Saya kan punya tukang refleksi langganan yang suka saya panggil datang ke rumah (belakangan udah gak lagi karena mas-mas yang biasa pijat kaki saya sudah berhenti, dan saya malas cari-cari orang baru lagi), nah dia selalu bawa lotion khusus dari kantor mereka, yang memang khusus untuk pijat. Dia gak mau waktu saya minta pakai oil toko badan itu, katanya itu lama-lama kesat dan gak enak. Begitu juga di tempat refleksi lain, saya lihat mereka semua pakai lotion khusus, jadi bukan oil. Satu-satunya salon rambut yang refleksinya, sorry maksudnya massage, mantap, plus pakai oil, adalah salon langganan saya di Medan. Oilnya itu campuran minyak panas, jadi sekaligus pijet masuk angin, hahaha… Eh, ya, saya menyebutnya massage karena even mereka menyebutnya refleksi, tapi untuk massage juga enak bener. Jadi ya sekaliguslah. Yang mijet di salon Medan itu mbak-mbak, badannya gede.
Eh tapi salon saya di Sarinah, salonnya om Danuarta juga enak tuh refleksi kakinya. Waktu saya hamil dulu, seminggu sekali selalu pijat refleksi di situ. Yang suka mijet saya ada dua, satu cowok satu cewek. Karena saya hamil tentu ada yang diskip saat memijat, agar tidak bikin kontraksi. Tapi enaaaaak banget, apalagi kaki dan betis saya waktu itu pegel minta ampun karena menahan badan besar, jadi kalau udah direfleksi langsung terasa enak. Sekarang sudah jarang ke sana, soalnya pulang kantor ya langsung pulang, anak menunggu di rumah.
Nah, ada satu lagi tempat refleksi yang enak banget yang saya temukan berkat ajakan teman. Kokuo Reflexi di belakang Sarinah Dept Store. Itu tempatnya agak nyempil, sebelahan sama rumah makan padang. Begitu masuk ternyata luas juga sampai ke belakang dan ke atas. Pemijatnya banyak, cowok cewek ada. Waktu ke sana kita berlima, cewek semua, dah gitu begitu masuk langsung cekikikan karena lampunya yang temaram. Maklumlah tak semua dari kami sering refleksi, jadi masih agak kaget dengan suasana temaram tempat refleksi. Padahal itu tempat beneran. Biayanya kalau tak salah 60 ribu untuk 60 menit, tangan, kaki dan seluruh badan. Wah ini emang enaaaakkk banget. Biasanya saya selalu menolak pijat di jari kaki karena sakit, tapi kemarin itu gak sakit. Orangnya gak terlalu kuat menekan di jari, jadi gak terlalu sakit. Pijat badannya juga sambil tengkurep, jadi bener-bener bisa tiduran. Eh dan ada satu nilai plus dia nih. Si Kokuo ini menyediakan charger untuk semua jenis handphone. Haha.. duh mungkin untuk yang hobi texting kali ya, kan kalau nelepon bakal berisik, secara katanya harap jaga ketenangan.
Ya kalau dibandingkan dengan yang di salon tadi ya kebantinglah, cuma menurut saya biarpun hanya salon biasa, mustinya pegawainya juga ditraining beneran untuk pijat refleksi. Ya training beneran, bukan training sekedarnya. Katanya sih tiap perguruan (silat kali ya pake perguruan) punya ilmu berbeda soal pijat, tapi kan mostly inti ilmunya hampir sama. Karena pijat refleksi itu bukan sekedar pijat. Jadi tadi meskipun di kaki tak enak tapi ya tetap saja saya senyum waktu ditanya apa pijatannya sudah cukup. Ya kasihanlah, dia sudah berusaha. Mungkin cuma segitulah pulak ilmu refleksinya kan?
Saya suka belajar pijat refleksi tapi setelah bisa kalau disuruh pijat malas masalahnya dah pernah pijat sejenis…tapi kalau ada problem baru aku suka lagi. Intinya saya suka belajarnya saja. Kalau pijat untuk praktik harian saya nggak suka, capek.
ngomong2 soal pijat refleksi nih, suamiku hobi banget dipijat refleksi ini. nggak enak badan dikit, pijit. capek, pijit. dulu waktu di klender, dia punya tempat pijit favorit. tapi kemudian, ada tukang pijit di situ yg keluar, trus jadi tukang pijit keliling. akhirnya, langganan sampai sekarang–walaupun kami sudah tidak di klender lagi.
awalnya aku malas pijat refleksi krn dulu pernah nyobain, sakit semua stlh itu. tapi dengan tukang pijit langganan kami ini, aku jadi ketagihan jg. hehe. lagian pijitnya enak dan orangnya baik.
Hahahaa… Ya emg pijet itu kan nagih ya. Kalau saya sih pengennya bs rutin mijet tiap minggu, tp skrg hemat ;D. Hbs massage salon mahal juga hehee..
kalau sudah masalah perawatan mbak zee, aku tuh punya kapster langganan dari awal di Duri sampai sekarang 5 thn. beberapa kali nyoba2 salon lain tapi gak ada yang cocok tapi begitu kesalon itu ya langsung okeh.
biasanya sih aku sebulan sekali atau 2 kali dalam sebulan *kalo lagi agak lowong* dan perawatannya dari ujung kepala sampai ujung kaki hihihihihi…masuk jam 2 siang keluar salon jam 6 sore 😀
Nikmatnyaa dari jam 2 sampai jam 6 sore. Seharian ya Ri, memanjakan diri.. Badan pun segar, otak fresh.
belom pernah coba mba 😀
jarang banget nyalon 😀
Saya suka sekali kalau dipijat refleksi Mbak. Merasa nyaman aja. Kadang malah lupa sama rasa sakitnya, hehe..
Aku suka takut kalau nyoba pijet refleksi gitu, kalau dipijatnya asal-asalan bisa-bisa salah saraf lagi. Berabe… tapi beneran tukang pijat yang enak itu susah dicari.
Di salon2 itu yg sk asal2an. Jd klo g jelas, saya sk bilang pelan2 aja pijetnya..
saya jg blm pernah,, jd pengen deh 😀
pasti enak banget,, andai punya banyak waktu 🙁