Saya punya hobi mencari tahu tren percakapan yang sedang hits di social media. Dan yang paling sering saya cari biasanya percakapan seputar fotografi, karena biasanya para jepreter tak pernah ketinggalan memamerkan hasil huntung photo-nya. Kalau sudah lihat foto-foto yang menarik buat saya, mood saya pasti jadi lebih bagus. Karena buat saya, semua panca indera juga harus mendapat treatment yang baik, termasuk mata. Butek kali ya, lihat jalan raya yang macet tiap hari. Jadi begitu lihat foto pemandangan yang luar biasa indah ditambah musik yang tepat, widih rasanya seperti ditiup angin yang luar biasa sejuk.
Percakapan seputar fotografi yang suka saya intip di Twitter itu #DSLR. Akhir tahun lalu, ketika saya memutuskan membeli sebuah kamera DSLR, rasanya senang dan bangga bukan main. Setiap ketemu teman yang hobi fotografi, pasti diskusi bareng. Gimana belajar komposisi yang baik, mengenal lebih jauh tentang senjata di tangan, dan banyak lagi.
Masalahnya, ternyata kamera saya itu malah lebih sering disimpan. Soalnya berat ya, bo’. Tidak bisa dikatakan ringkes. Coba ya, yang dua kali kemarin saya jalan ke Singapore, saya memilih untuk tidak membawa kamera DSLR saya dengan pertimbangan bawanya berat dan saya pasti jadi kurang cekatan menangkap momen kalau mau cepat. Lalu waktu Vay kemarin itu balet, kamera itu juga tidak saya bawa, gara-gara malas bawa tentengan banyak-banyak, haha..
Kerepotan lainnya membawa DSLR untuk traveling adalah, kalau mau langsung update di social media juga susah, karena minimal harus ada laptop untuk transfer fotonya. Maklumlah, saya tidak suka kehilangan momen. Jadi kalau bisa langsung diupload saat itu juga, kenapa harus menunggu? Begitu sampai di rumah pasti deh udah malas dan capek duluan.
Lama-lama saya jadi mikir, kayaknya kalau sudah jadi ibu-ibu, bawa kamera DSLR itu memang gak praktis deh. Ya seperti minggu lalulah, saat saya bersama keluarga besar pergi rekreasi. Karena mikir, aduh itu kamera disimpan terus jangan-jangan jadi jamuran, terus ya sudah, saya memutuskan untuk membawa kamera DSLR saya. Dan akhirnya sepanjang hari harus menahan pundak yang pegal. Apalagi waktu si Vay capek dan minta digendong, haduuhhh… rasanya seperti menggendong dua anak. Dua-duanya sama berharganya soalnya. Waktu pundak ini sudah tak kuat dan saya kasih tas saya ke mbaknya Vay, minta tolong dipegangin sebentar, dia langsung kaget. Katanya,”Wah Bu, ini tas Ibu kayaknya ada lima kilo nih.” Lebay ah… cuma empat kilo kok! 😀
Makanya kalau lihat orang nenteng DSLR saat traveling, saya yang merasa gengges sendiri. Tapi yang sering saya lihat bawa kamera besar-besar saat traveling biasanya pria, soalnya tidak ada keharusan pegang anaknya. Kalau para mommies, yang bawa anak, pasti mikir seribu kali deh mau bawa kamera DSLR. Kayak saya soalnya, mikir dulu, pilih gendong anak atau gendong kamera, ya? Hehee….
Tapi urusan selera terhadap kamera sih kembali ke masing-masing. Tergantung kebutuhannya apa. Yang penting, jangan sampai kehilangan momen!
Anyway, tadi pagi sebelum bawa Vay ke mall untuk les electone dan potong rambut, dia dijepret-jepret dulu. Kemudian di mall juga difoto sekali, sehabis potong rambut.
Happy weekend, teman!
ih sud lama banget ndak main sinih… kak Vay sud gedeeeee. dan cantik! sukaaa banget dipoto yg paling atas *lopelope*
Pingback: TehSusu.Com | Finally Punya! Si Cantik Samsung NX2000
Rambutnya Vay keceee badaaai! *out of focus banget*