Akhir-akhir ini, berita tentang susu formula yang mengandung Enterobacter sakazakii semakin menghebohkan. Ini bermula dari penelitian yang dilakukan oleh IPB beberapa tahun lalu terhadap sejumlah sampel dari beberapa merek susu formula di Indonesia, yang hasilnya menyatakan bahwa susu formula di Indonesia “tercemar†bakteri Sakazakii.
Saat itu seorang warga mengajukan tuntutan ke pengadilan agar hasil penelitian dibuka ke masyarakat. Pengadilan dan Mahkamah Agung mengabulkan tuntutan itu dan memutuskan bahwa pihak-pihak yang terkait dengan hal ini, yaitu IPB sebagai peneliti, BPOM (Balai Pengawasan Obat dan makanan) dan Kementerian Kesehatan harus segera mengumumkan merek susu yang tercemar bakteri. Namun sampai saat ini dengan alasan tertentu, pihak-pihak terkait tetap pada pendiriannya bahwa hasil penelitian itu belum perlu diumumkan pada masyarakat.
Isu bahwa susu formula tercemar bakteri sakazakii ini memang sangat mengkhawatirkan para orang tua. Di salah satu milis tentang anak yang saya ikuti, banyak member yang panik dan langsung menyebarkan email berisi merek susu tercemar – yang entah dia dapat darimana – sehingga parents lain pun panik. Syukurlah admin milis cukup bijaksana dengan mengingatkan pada member agar tidak membagi jenis informasi apapun yang belum diyakini kebenarannya, agar tidak jadi isu yang nantinya malah jadi meresahkan.
* Sebenarnya apa itu Enterobacter sakazakii? *
Seperti yang dikutip dari wikipedia dikatakan bahwa :
Enterobacter sakazakii adalah sejenis bakteri yang bukan merupakan mikroorganisme normal yang terdapat di dalam usus manusia dan hewan. Disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus dan lalat merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan (seperti pabrik susu, pabrik coklat, kentan, sereal, dan pasta), lingkungan yang berair, dan sedimen tanah yang lembab. Beberapa bahan makanan yang potensi terkontaminasi Enterobacter sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang dengan pengawet, sayuran, dan susu bubuk.
Sementara itu kutipan dari dokumen WHO menyebutkan bahwa :
Mikroorganisme ini dapat menimbulkan infeksi yang menyebabkan meningitis atau enteritis, terutama pada bayi. Dalam beberapa wabah dilaporkan 20% sampai > 50% bayi yang terjangkit penyakit tersebut meninggal. Untuk mereka yang berhasil bertahan dari infeksi, beberapa komplikasi yang berat dapat terjadi termasuk mengakibatkan gangguan neurologis.
Bayi baru lahir hingga berumur 28 hari, bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah kelompok yang paling rentan terinfeksi Enterobacter Sakazakii.
* Kenapa Susu Formula Bisa Tercemar? *
Terus terang saya tidak tahu pasti bagaimana proses pembuatan susu formula dari awal sampai akhir, namun pencemaran sangat mungkin terjadi dari setiap mata rantai proses pembuatan. Contohnya nih, kalau beberapa tahun lalu belum ada mesin pemerah (milking machine), dan susu sapi diperah langsung pakai tangan, proses pencemaran dapat terjadi pada saat proses pemerahan. Entah dari wadah susu yang kurang steril, dari tangan pemerah, dan bahkan puting susu sapi kemungkinan besar mengandung bakteri. Selanjutnya di pabrik-pabrik yang sudah menggunakan milking machine, mata rantai proses yang ada harus dijaga dengan benar agar susu yang diproduksi tidak tercemar. Mulai dari menjaga kesterilan milking machine, kebersihan dan kesehatan manusia yang mengolah, temperatur penyimpanan susu, bahkan kesehatan sapi juga harus dijaga.
Dengan kata lain, tidak ada satupun yang bisa menjamin bahwa susu formula merek apapun pasti bebas dari bakteri.
* Cara Pencegahan *
Namun demikian ada cara yang cukup efektif untuk mencegah terjadinya infeksi. Yaitu dengan selalu mengikuti perkembangan cara penyajian susu yang baik dan benar. Berikut adalah saran penyajian susu yang baik menurut para pakar kesehatan :
1.   Pastikan botol susu dalam keadaan bersih dan steril. Cucilah botol susu dengan cairan pembersih khusus agar sisa-sisa susu yang melekat di dasar botol terangkat. Kemudian steam botol dan dot dengan pemanasan tinggi agar kuman-kuman dari sisa air mati. Bila tidak punya bottle sterilization di rumah, rebus botol dan dot dengan air sampai mendidih, lalu angkat dengan penjepit dan masukkan ke wadah khusus yang bersih. Masukkan wadah tersebut ke kulkas atau freezer. Temperatur yang rendah akan menghambat bakteri berkembang biak.
2.   Biasakan untuk mengeluarkan botol dan dot dari freezer hanya ketika akan digunakan untuk membuat susu. Botol bersih yang terlalu lama berada di udara terbuka rentan terkontaminasi bakteri.
3.   Buatlah susu dengan menggunakan air panas > 70 derajat Celcius. Pemanasan ini dapat mematikan bakteri sakazakii di dalam susu formula, namun tidak akan mengurangi nutrisi yang terkandung di dalamnya.
4.   Bila susu tidak habis, segera buang sisanya. Jangan dipanaskan atau disimpan untuk pemberian susu berikutnya. Bila bayi minta tambahan susu karena masih haus, gunakan botol yang bersih, jangan gunakan botol bekas.
………
Dengan mengetahui dan mengikuti instruksi penyajian susu yang baik dan benar, diharapkan para parents bisa tenang saat harus memberikan susu pada anaknya. Ingat, ini bukan promosi susu formula lho, karena bagaimanapun ASI tetap yang terbaik untuk anak, tapi sebagai parents, tentu kita juga paham bahwa memang ada ibu yang dalam keadaan tertentu memang harus memberikan susu formula kepada bayinya.
Untuk dicatat, sebagai respon atas hasil penelitian IPB pada tahun 2003 – yang dipublikasikan di tahun 2008 – BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) pada Maret 2008 langsung melakukan pengujian ulang dengan sampling yang lebih banyak, sampai 96 produk susu formula bayi. Hasil pengujian menunjukkan seluruh sampel tidak mengandung Enterobacter sakazakii. Press release dari BPOM bisa dilihat di sini.
Terlepas dari apakah hasil penelitian itu akan diumumkan atau tidak, mari kita bersikap bijak dan kritis dalam menyikapi berita dan isu-isu kesehatan. Parents tentu harus mencari informasi sebanyak mungkin agar tidak terjebak dalam informasi yang menyesatkan.
Dan yang lebih penting adalah dengan mengetahui cara mengantisipasinya. Stay smart, stay calm & don’t panic. ^_^
Terima kasih infonya, sangat bermanfaat sekali 😀
ga diumumin pun hebohnya ga ketulungan. kemaren di RS ngeliat teman yang baru lahiran, salah satu sanak saudaranya langsung heboh ngomongin bakteri lalala karena bayinya terpaksa harus dikasih sufor. padahal kalo ibunya baik-baik aja pun pasti mau ngasih ASI 🙁
Suka deh mbk sama kata2nya, stay smart, satay calm and dont panic. Memang polemik susu yg berawal di tahun 2008 hingga saat ini belum juga menunjukan titik terang. Semoga pihak2 yg memang kompeten di bidang ini bisa segera mempublikasikannya ke masyarakat. salam
Halo Wits, makasih atas kunjungannya ke blog ini.
Polemik ini memang bisa terus jadi polemik karena masing2 pihak tentu punya alasan dan etika sendiri soal mengumumkan hasil penelitian.
Yg penting kita orang tua harus ambil keputusan yg tepat untuk anak kita. ^^
Yang paling aman memang ASI, Tuhan telah menganugerahkan itu! Baru setelah 6 bulan keatas kondisi tubuh baby udah mulai siap nerima makanan dari luar.
Benar sekali mbak, ASI memang the best lah.
Namun tidak semua anak beruntung bisa dapat ASI. Seperti kasus Baby Dija yang ibunya berpulang saat dia lahir, tentu tak semudah itu langsung bisa dapat donor asi, jadilah dia harus dibantu dengan sufor. Mudah2an pemerintah bisa segera menenangkan masyarakat…
Ngerti sih Mbak kenapa ga diumummin. Kalau diumumin nanti mommy-mommy langsung heboh. Ganti susu. Borong susu. Susu langka. Harganya jadi lebih mahal. ribut lagi deh. Belum lagi kemungkinan perusahaan susu yang tercemar bangkrut dan harus merumahkan karyawan-karyawannya. Ribut lagi deh.
Kalau susu UHT gimana mbak? Menurutku sih lebih bersih. Soalnya ga pakai botol dan air hangat lagi saat di rumah. Tapi ga bisa untuk anak dibawah satu tahun ya. Duh.
Benar Ra. Yg kasihan kan ibu2 yg dalam kondisi tertentu memang hrs kasih sufor. Klo panik begitu,pasti stress mikir anaknya mo dikasih susu apa. Susu luar jg g ada jaminan bebas bakteri.
UHT itu entah ya,apa memang saat milking steril or ga. Tp klo prosesnya pakai pemanasan tinggi, mungkin lebih aman dr bakteri.
Beberapa hari lalu aku pernah tweet soal susu formula ini, Zee…
Aku mikir ini semua salah pemerintah yang ngga tegas untuk menentukan susu mana yg boleh masuk dan mana yg tidak.. kalau tidak demikian berarti mereka kurang peduli dengan kesehatan generasi depan.
Hal lain yang patut disayangkan dari kasus sufor ini adalah stigma ttg “Anak sapi” dan “Anak mami”.
Terus terang aku sangat tak setuju dan cenderung keberatan dengan anggapan itu karena secara tak langsung akan membuat ‘pembeda’ antara anak yang bersyukur dan beruntung bisa diberi ASI dan mereka yg memang harus karena suatu kondisi tertentu hanya bisa minum sufor…
Don. Aku komen yg kedua ya.
Aku juga tidak setuju dengan stigma “Anak Sapi” dan “Anak Manusia” (or anak mami). Stigma ini mungkin muncul karena ada yang merasa lebih baik dr mereka yg pakai sufor. Itu manusiawi Don. Dulu aku jg pas menyusui vaya aq jd sedikit sombong saat aku dengar temanku yg menyusui jg kasih sufor ke babynya. Tapi kemudian kupikir, ah sungguh tak pantas kalau aku begitu, Tuhan bisa marah dgn orang2 sombong. Bgmanapun, setiap orang punya case yang berbeda dgn bayi mereka.
hehe kenapa vay nutupin matanya pas difoto tuh? 😀
Dia da mo tidur tuh, itu lg tutupin mata..tau2 dijepret :D.