Beberapa hari ini Jakarta selalu mendung. Auranya juga terasa beda. Saya selalu merasakan suasana yang berbeda setiap kali mendung. Kalau orang bilang, feeling blue.
Dalam keadaan feeling blue ini, kenangan saya pun sering meloncat ke masa lalu. Aneh sekali rasanya ketika semua kenangan itu tergambar jelas di depan mata, karena semua itu terasa seperti baru terjadi kemarin. Cobalah, betapa sering kita mengeluh betapa hari ini terasa lambat sekali berjalan, tapi ketika sudah lewat, kita akan bilang,“wah tidak terasa ya..tahu-tahu sudah Jumat lagi.â€
Kemarin seorang teman meng-upload foto-foto lama saya dan dirinya dan seorang teman lagi, dan kami larut dalam komentar-komentar gila penuh tawa mengenang masa-masa itu. Itu sudah empat tahun yang lalu, tapi kok terasa seperti baru beberapa bulan lalu ya. Empat tahun lalu kami masih lajang-lajang, bodi juga masih langsing dan kencang, eh sekarang anak kami sudah sama-sama toddler, dan wajah serta bodi kami juga sudah sedikit susah dikencangkan, terutama di bagian perut hahahah….
Terus terang, ada rasa rindu juga saat melihat kenyataan bahwa masa-masa itu sudah lewat. Saya meringis saat melihat foto muda dulu, betapa mulusnya wajah ketika belum kawin (sekarang banyak jerawat nih, entah karena hormon atau faktor U, entahlah). Teman saya pun pasang icon sedih saat melihat fotonya waktu belum merit, dengan kaki langsing dan panjang saat pakai rok mini, tapi sekarang lemak di tubuhnya belum berkurang sejak dia melahirkan.
Dan bukan soal fisik saja. Tapi kebebasan kami berkumpul dan bercerita hal-hal yang “hanya kami yang tahu” itu benar-benar terbatas. Semua sudah punya kehidupan dan tanggung jawab masing-masing, dan walaupun kami masih berhubungan via sms, chat, or facebook, tapi kalau belum berkumpul rasanya kok kurang greget ya. 🙂
Tapi semua rasa gak terima itu pupus begitu kami kembali ke kenyataan sekarang, bahwa kami mendapatkan anugerah luar biasa dari Tuhan. Buat yang sudah berkeluarga tentu bahagia dengan kehadiran anak-anak yang cantik, ganteng, dan tentu saja sehat. Yang masih single tentu juga bahagia dengan karir yang meningkat. Semua dikasih anugerah masing-masing oleh Yang Di Atas. Jadi tidak perlulah kembali ke masa lalu, cukup dikenang saja. 🙂
Pengen pamer foto sedikit ah. Soalnya saya kangen sama teman-teman lama, tapi kami semua sudah terpisah oleh jarak. Ada yang di Medan, Bandung, Palembang.
Biasanya teman-teman lama saya rajin baca postingan di blog ini even pada jarang komen. So, ini postingan khusus untuk para sahabat di belahan pulau seberang sana.
Dilarang protes ya, berhubung ini personal blog saya dan saya sedang ingin menulis sesuatu yang personal di sini.
Waaaaaaaaaaaaaaaaaaa…… baru baca kak, suddenly aku kok ikutan feeling blue ya. Cabe rawit ga pernah terasa sama lagi ketika kita ga bareng-bareng. Bahkan aku ga pernah kesana lagi. Trus ga pernah ke Ohlala lagi karena aku selalu salah pesan minum coklat praline yang selalu kelen bilang enak itu *lupa aku siapa yang bilang enak padahal di lidahku enggak :(*
I miss that moment
Hurmm… Waktu emang cepat berlalu ya kak…hikss…ah culunnya fotoku.
Emg enak kok coklatnya Oh La La, wid. Kaw g mengakui ya hehehee…
Iishh mainlah ke Oh La La wied, mengenang kowbar kita. Mentang2 asik main ke tempat mahal aja ya sama kakak itu…. :p
just want to say : you’re pretty in those photos, as well as today *jangan salahkan gue ngegombalin istri orang* hahaha…
karena ngebaca postingan ini, gue jadi teringat masa-masa kuliah gue nih mbak zee..
wah terima kasih fer atas pujiannya hihihi… 😀
sejak udah pada nikah, komunikasi ma temen lama emang ga se intens dulu, YM an paling sekali-kali doang, sms juga. palagi telpon2an..beda banget ma jaman dulu waktu masih single…
emang segala sesuatu ada waktunya ya..dan kita harus bersyukur untuk setiap kenangan yang kita punya..
katanya sahabat itu seperti bintang, tidak selalu tampak bersinar, tapi selalu ada disana..
hiks…jadi kangen temen-temen sma yang udah lamaaaaaaaaaaaaaaa banget ga pernah ketemuan.. 🙁
teman, rekan, mitra…
ada teman sejati
ada rekan yang berarti
ada mitra dalam mimpi
dia pergi dan kita sedih
bukan karena kepergianya tapi karena kita sudah kehilangan seorang teman
dia hilang dan air mata kita untuknya
bukan….
air mata kita cuma untuk ego kita yang kehilangan…..
teman, rekan, mitra…
menentramkan hati, cukuplah ia di samping kita
meski tidak ada solusi
tetapi setidaknya dia meringankan beban….
ato kita arungi sendiri
dengan penyelesaian tanpa teman
sebuah kemustahilan
Halo Mbak…
Lucu juga kalo ada orang yang lagi feeling blue malah mengingat masa depan, hehehe…
Begitulah hidup, mau nggak mau, suka nggak suka, tetap harus dijalani. Dari situlah kita belajar untuk bersyukur, ya nggak?
okey saya ga protes degh 😀
sahabat
pasti smua orang senang bertemu dengan teman lama
😀