Masih ingat postingan saya tentang Sekaratnya Lahan Hijau? Tak lama setelah saya menulis topik kurangnya lahan hijau di Jakarta, saya mendapati beberapa tulisan menarik yang pantas untuk disimak.
Pertama, tulisan Mas Amril TG di sini. Hati saya terharu saat membaca kenangannya saat kecil bersama adik dan ayahnya yang memanjatkan doa untuk pohon mangga yang mereka tanam, agar pohon itu dapat tumbuh subur dan sehat sehingga menghasilkan mangga yang manis. Dan semakin terharu membaca ceritanya tentang para blogger yang menyanyikan lagu Happy Birthday Pohon saat acara Ulang Tahun Kedua Botanical Garden Jababeka.
Well, percayakah Anda bahwa tanaman juga punya jiwa? Kita bisa bilang kita percaya tapi benarkah demikian? Kita bisa marah besar kalau anjing atau kucing kita dilempar tetangga (sama seperti saya yang langsung mengambil senapan angin untuk mengincar anjing kampung yang menggigit anjing peking kesayangan saya), kita juga bisa menghujat para fashionista yang gemar memakai mantel asli dari bulu binatang, tapi akankah kita marah besar ketika salah satu pohon di depan pagar kita harus ditebang karena akan ada pelebaran jalan? Satu-satunya alasan yang masuk akal untuk marah adalah, karena kita belum menerima uang ganti rugi untuk pelebaran jalan, ya kan? Iyalah, ngaku aja hihihih…. Lalu kalaupun rada gak rela, mungkin karena pohon itu adalah pohon penghasil buah yang uenakkk… Kita sadar bahwa tanaman adalah makhluk hidup, seperti halnya manusia dan binatang sebagai ciptaan Tuhan, tapi kita mungkin tidak peduli ketika melihat anak kita mencabuti sebuah pohon yang baru tumbuh di halaman.
Selama beberapa hari, saya terusik dengan kenyataan itu. Saya akui saya juga kurang peduli dengan jiwa sebuah tanaman. Akibatnya, setiap pagi, saat dalam perjalanan ke kantor, saya jadi rajin memperhatikan setiap pohon di tepi dan tengah jalan, dan kemudian saya mendapati bahwa betapa pohon-pohon itu “disiksa†oleh manusia. Mereka ditanam di pulau-pulau jalan berdiameter 60-70 cm dengan tiap sisi bertemu aspal. Kemana akarnya akan bertumbuh saat dia besar? Berapa kira-kira umur tanaman itu nanti? Entahlah. Saya juga tak bisa menjawab. Saya tergugu saja melihat kenyataan itu.
Kedua, tulisan Didut di sini tentang Pohon Trembesi. Nah, ini nih, si Pohon Idola. Kenapa saya menyebutnya idola? Karena dia selalu jadi pohon favorit di setiap program tanam pohon dari tahun ke tahun. Dan tahun ini dia kembali menduduki tempat teratas sebagai tanaman utama dalam program Penanaman 1 Miliar Pohon Tahun 2010. Apa sih sebenarnya kelebihan Pohon Trembesi?
Berikut saya kutip dari tulisan Didut : Disebut Pohon Hujan (Rain Tree) karena air yang sering menetes dari tajuknya yang disebabkan kemampuannya menyerap air tanah yang kuat. Daunnya juga sangat sensitif terhadap cahaya dan menutup secara bersamaan dalam cuaca mendung (ataupun gelap) sehingga air hujan dapat menyentuh tanah langsung melewati lebatnya kanopi pohon ini. Rerumputan juga berwarna lebih hijau dibawah pohon hujan dibandingkan dengan rumput disekelilingnya. Selain kelebihan diatas ternyata pohon trembesi juga mampu menyerap CO2 puluhan kali dari pohon biasa. Pohon trembesi mampu menyerap 28,5 ton karbondioksida setiap tahunnya. Bandingkan dengan pohon biasa yang rata-rata mampu menyerap 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa hidupnya.
Bayangkan kalau kita punya banyak pohon trembesi di sekitar kita, berapa banyak CO2 yang bisa diberantas oleh pohon yang umurnya bisa mencapai ratusan tahun ini? Anyway bahasan lebih lengkap tentang pohon trembesi ini bisa dibaca di postingan Didut atau Anda bisa googling sendiri.
Saya pribadi tidak punya kenangan khusus tentang pohon ini. Waktu saya kanak-kanak, dan masih tinggal di Biak yang jelas lebih hijau dibandingkan kota-kota besar, pohon yang sering jadi tempat kami anak-anak bergelantungan dan jungkir balik ala akrobat adalah pohon giawas dan pohon akasia. Kemudian pohon yang selalu bikin kami lari terbirit-birit karena ketakutan adalah pohon beringin yang sangat besar dan gelap. Tapi pohon trembesi? Saya tidak ingat pernah melihat pohon payung ini. Beringin memang mirip, tapi beda. Bedanya adalah penghuninya, hehehee…
Jadi saat setiap pagi saya mengamati pohon-pohon tersiksa itu, saya juga melebarkan mata mencari-cari pohon trembesi di sepanjang jalan, terutama di sekitar tempat tinggal saya. Hei, saya menemukan dua pohon yang mirip dengan karakteristik pohon trembesi. Pohon itu cantik sekali. Daunnya kecil saja, tapi dengan dahan-dahan yang melebar seperti payung.
Ini fotonya. Semoga saya tidak salah menebak, tapi pohon ini jelas berbeda dengan pohon-pohon lainnya. Dia kelihatan “so trembesi” buat saya. Motretnya agak susah karena sambil jalan jadi mungkin kurang jelas ya.
Cukup mirip dengan gambar pohon trembesi berikut yang saya dapat dari internet.
Tidak salah memang pohon trembesi ini menjadi idola, karena dengan kelebihannya sebagai tanaman peneduh, pohon ini cocok jadi tanaman utama di taman kota atau taman komplek. Lalu dengan kemampuannya menyerap CO2, jelas pohon trembesi wajib ada di setiap jalan besar.
Boleh dong ya kasih saran. Buat pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dengan program Penanaman 1 Miliar Pohon, akan lebih tepat bila yang dibenahi dahulu adalah taman-taman rusak di dalam komplek. Libatkan warga dan pengurus lingkungan saat penanaman pohon trembesi agar semua merasa bertanggung jawab atas kelangsungan hidup si pohon dan taman mereka kelak. Menurut saya kota yang sehat berawal dari keluarga yang sehat, dan keluarga sehat butuh lingkungan yang sehat.
Dan kalaupun hendak menanam pohon trembesi di pinggir jalan, tentu jangan lupa memberi space yang cukup agar pohon bisa tumbuh dengan lega. Memberi kerangkeng pada pohon atau tanaman sama saja dengan memperpendek umur tanaman.
Yuk. Mari kita tanam setidaknya satu pohon setahun deh. Tidak apa-apa biarpun hanya satu pohon yang ditanam, yang penting pohon itu hidup dan terawat.
o ya, aku kira tanaman jg punya jiwa, anggrekku makin rajin berbunga kl seing diajakan omong
sama suka dgn trembesi juga
fotonya kok mirip angsana ya?
entah ya mbak, foto yang saya ambil itu mirip sekali dgn trembesi, sayangnya tidak ada papan nama yang menerangkan nama pohon tsb.
soal lingkungan saya sudah tidak mau bicara, soalnya saya sendiri juga masih berbuat kerusakan kepada alam
hahahaa.. pelan2 dikurangi ya.
udah lama banget gak nanem pohon sejak di jkt kak
ternyata satu pohon itu artinya sungguh besar ya
Lahan hijau saya kira adalah sebuah kebutuhan, kalau tidak terpenuhi di daerah tropis, bisa jadi itu namanya bencana.
kebanyakan dr kita tidak memperlakukan pohon sebagaimana kita memperlakukan binatang mungkin dikarenakan tidak ada interaksi dua arah yang terjalin sehingga rasa “sayang” pun hampir tidak ada, kecuali mungkin pohon tersebut telah berjasa karena berbuah. Saya sendiri pun terkadang tdk terlalu memperhatikan “kesejahteraan” para pohon ini, setelah menanam ya sudah selesai toh dia akan tumbuh dengan sendirinya.
eh banyak kali manfaat pohon trembesi ini ya, secara tidak langsung maksudnya. hmmm dia tdk berbuah kan yaaa?…jadi rada kurang semangat nanamnya…*dibacok*
wahahahaa… gpp dah, at least menanam pohon buah yang keras juga lumayan kok, kayak durian..
Setuju, pohon juga makhluk hidup yang punya jiwa juga hak untuk hidup tenang sesuai habitatnya, jangan mentang2 pohon diperlakukan semena mena 😀
Manusia terkadang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya yang ada dipikirannya hanyalah, materi, uang dan lainnya