Taman depan rumah kami, sejak berubah menjadi taman interaktif (istilah yang dikasih pemerintah untuk sebuah taman yang bagus dan boleh dibilang cukup lengkap fasilitasnya) sekarang ramai pengunjung. Pagi dan sore adalah waktu-waktu dimana anak-anak heboh bermain di sana.
Saya beberapa kali menyempatkan diri membawa Vay main ke taman itu sebelum saya berangkat ke kantor. Tak perlulah ganti baju, hehe… dia tetap cantik kok di mata emaknya meski masih muka bantal dan pakai piyama. Kadang sore hari — kalau saya tiba di rumah sebelum gelap — saya ajak dia juga main di taman itu. Sebenarnya Vay tidak terlalu suka ke taman itu. Saya tanya kenapa mau buru-buru balik ke rumah, dia bilang dia gak suka dengan taman itu. Yeah mungkin karena anak-anak yang main di sana sudah lebih besar dari dia, jadi dia tidak punya teman. Dan ayunan di sudut taman sana juga selalu penuh, dia tak pernah dipedulikan bila ingin main ayunan. Eh tapi pernah juga ada bapak-bapak tetangga yang kasihan melihat Vay. Anak-anak yang dari tadi main ayunan disuruhnya gantian dengan Vay, dan Vay pun bisa naik ayunan.
Pemandangan yang hampir selalu sama yang saya temukan setiap kali main ke taman adalah : banyak anak kecil yang jajan sembarangan. Waktu itu lihat anak perempuan yang lebih kecil dari Vay, dibelikan bapaknya sosis goreng dari pedagang gorengan pikul. Anak itu makan dengan nikmat, bahkan minta tambah. Duh, warna sosisnya saja sudah terlihat mengerikan, belum lagi minyak goreng yang dipakai, tidak jelas diganti berapa kali sehari, atau berapa hari sekali? Jadi menggerutu sendiri, kenapa si anak dibiarkan melahap “makan sore” makanan yang belum tentu sehat? Alih-alih memberikan sosis goreng dengan macam-macam pengawet, uang itu tadi mustinya bisa dipakai untuk membeli telur dan sayur, lalu dimasak di rumah. Sudah jelas jauh lebih sehat. Tapi sebenarnya mereka tahu gak sih kalau makanan itu tidak sehat untuk dikonsumsi? Atau merasa semuanya fine saja karena si anak tidak terlihat sakit saat makan jajanan itu? Siapa yang tahu apa yang terjadi dengan kesehatannya saat dia besar?
Foto berikut ini, adalah foto salah satu contoh Warung Anak Sehat yang saya ambil beberapa waktu lalu saat ke Istora. Saya di sana bersama teman-teman blogger dan media, untuk menghadiri acara relaunch website Nutrisi Untuk Bangsa. Saya pernah menulis tentang website ini setahun yang lalu, ingat? Saya remind lagi deh. Jadi Nutrisi Untuk Bangsa itu adalah sebuah gerakan dari masyarakat, untuk masyarakat yang peduli akan masalah-masalah gizi di Indonesia. Dan Nutrisi untuk Bangsa mengajak seluruh elemen bangsa untuk peduli dan bekerja sama memerangi masalah-masalah gizi di tanah air.
Gerakan yang dimotori oleh Sari Husada ini telah setahun bergerilya melakukan berbagai program edukasi gizi dan kesehatan secara terintegrasi, mulai dari media konvensional dan juga menggunakan media sosial untuk saling berbagi informasi tentang pentingnya gizi. Bila ingin lihat tampilan baru web nya bisa lihat di www.nutrisiuntukbangsa.org.
Back to Warung Anak Sehat. Program Warung Anak Sehat ini bertujuan untuk mendorong pengetahuan ibu yang tentang gizi seimbang, selain itu juga mengajarkan bagaimana menyusun menu sehat dan bergizi, serta memberikan akses terhadap produk sehat melalui kemandirian ekonomi dengan mendirikan warung (tempat berjualan) yang dirancang untuk menjual makanan atau minuman yang sehat bagi anak. Baca lengkap berita mengenai itu di sini.
Yeni Fatmawati dari Sari Husada bilang, memang sih tidak gampang mengajak parents untuk membuka Warung Anak Sehat ini, karena jualan makanan sehat itu tidak selaku jualan jajanan biasa. Banyak faktor yang dipertimbangkan para ibu yang ingin berjualan, misalnya kalau jualan lemper ya harus dihitung pas-pas untuk kebutuhan hari itu saja karena lemper kan tidak bisa disimpan lama-lama. Ya, memulai sesuatu yang tidak biasa memang tak mudah bukan?
Saya sih berharap Warung Anak Sehat itu juga dibuka di komplek ini. Biar anak-anak di sini punya pilihan jajanan yang lebih sehat. Karena sudah pasti setiap parents pasti ingin anaknya sehat, masalahnya ya kurang edukasi saja. Mudah-mudahan gerakan Nutrisi Untuk Bangsa ini tetap konsisten, dan berhasil menurunkan angka kurang gizi dan gizi buruk di Indonesia.
Semoga makin banyak Warung Anak Sehat di Indonesia, khususnya di sekolah-sekolah. Soalnya di banyak sekolah di kota saya masih banyak pedagang yang menjual makanan yang murah tapi meragukan sekali keamanan/kesehatannya.
yah namanya juga pengusaha pasti cari untung tetapi kalau mengorbankan kesehatan konsumen itu yg mesti kita perbaiki dan saya salah satu orang yg amat sangat prihatin terhadap jajanan anak anak karena banyaknya bahan kimia yg dicampur dalam panganan tsb
Akhirnya saya mencoba memulai usaha jajanan yg tidak memakai zat pengawet, zat penyedap rasa (MSG) maupun zat pewarna dan produk tersebut berupa nuget sayuran serta susu sari kedelai tetapi animo masyarakat kita masih kurang terhadap barang2 yg berlabel sehat jadi usaha saya belum bisa berkembang