Wiken Kebanyakan Makan

Salah satu keuntungan menjadi wanita adalah, saat kami pergi beramai-ramai dengan para sahabat dan masuk ke sebuah resto, kami bisa pesan menu ini itu dan dapat saling mencicipi makanan teman tanpa perlu merasa gengsi. Belum pernah saya melihat sekelompok cowok yang makan sambil mencicipi hidangan milik temannya. Tapi mungkin juga ada, but kayaknya gak seheboh para wanitalah.

Jadi seperti itulah ceritanya kemarin siang. Dengan alasan kumpul-kumpul karena udah lama gak ketemu, kami yang dulu sama-sama dari Medan dan pindah gawe ke Jakarta, memutuskan untuk kongkow bareng. Sebenarnya hanya satu orang saja yang belum pernah ketemu selama di Jakarta, sebab satunya lagi – even dari Medan juga – tapi kan sekantor dengan saya, alias ya ketemu tiap hari.

Entah kebetulan atau tidak, kami semua bertempat tinggal di wilayah Jakarta Timur. Alhasil, pilihan tempat ya gak jauh-jauh, ke Mall Kelapa Gading. Secara personal saya sebenarnya sudah kurang nyaman kalau jalan ke MKG bawa anak. MKG sekarang sudah terlalu ramai, crowded sekali. Di mall 1, tengah-tengah jalan itu berserakan tenant-tenant kecil, biasanya jualan produk diskon dari tenant utama mereka yang ada di mall 3 atau mall 5. Karena ramainya penyewa model stand kecil begitu, area untuk berjalan juga jadi sempit. Jangan harap bisa berjalan bersisian kalau gak akan ketabrak dengan pengunjung dari depan. Makanya saya dan hubby malas kalau ke MKG bawa Vaya, Quinny-nya makan tempat kalau harus nyelip-nyelip di lahan sempit. Selain crowdednya, lift pengunjung di MKG juga termasuk kurang. Capek deh ngantri rebutan lift.

Hmm. Sudahlah. Stop bicara soal crowdednya Mall Kelapa Gading. Sesuai kesepakatan, kami akhirnya bertemu di Platinum, tempat makan yang ada di wilayah Catwalk – MKG 5. Tapi tempat ini kurang nyaman – karena benar-benar tempat makan dan juga lumayan berisik –  jadi setelah menghabiskan beberapa cemilan lumpia, kentang goreng dan pangsit, kami lanjut ke tempat lain. Nah kan, ini juga salah satu keuntungan menjadi wanita, kami bisa mengatur isi perut kami mau diisi sepenuh apa biar bisa melanjutkan makan lagi di tempat lain :D.

Pan & Roast

Keluar dari mall 1, di gedung yang mengarah ke La Piazza, ada sebuah kafe serba ungu yang menjual pancake. Masuk ke dalam, langsung terasa adem. Nyaman sekali karena tidak ada suara berisik, dan kebetulan baru kamilah pengunjung yang datang. Saya suka sekali dengan decornya, terutama dengan sofanya yang berbantal-bantal ungu. Soft sekali.

Dan biar kami bisa saling mencicipi menu teman, maka kamipun memesan hidangan yang berbeda-beda. Achie pesan Pancake Tiramisu, Lina order Pancake Raspberry, dan saya seperti biasa gak bisa jauh-jauh dari coklat & keju : Choco Cheese.

Ketika hidangan datang, saya dengan yakin bilang ini pasti habis. Toh cuma dua slice saja. Kelihatannya pancake-nya juga tidak setebal pancake-nya Pancious.

Ternyata saya salah. Beginilah kalau sok jago, tadi stel yakin bahwa perut belum terisi penuh saat ngemil di Platinum, eh ternyata kami bertiga memang tidak sanggup menghabiskan ketiga pancake tersebut. Bukannya jaim, kami mana ada istilah jaim kalau makan. Tapi memang gak sanggup. Masih ada seperempat yang tersisa di piring. Saat itulah kami bertiga sadar bahwa kami sudah makan terlalu banyak kali ini, dan itu artinya seminggu ke depan harus kembali berdiet sehat. 😀

Kalau soal rasa, bolehlah. Tiramisu agak kurang nendang, tapi yang raspberry bolehlah, juga choco cheese juga enak. Beda taste dengan Pancious, but saya pikir setiap resto tentu punya ciri sendiri. Buat saya si Pan & Roast ini not bad kok. Harga termasuk standard untuk ukuran kafe, perporsi pesanan kami itu berkisar antara 20rb – 28rb. Worth it lah.

Point utama yang saya suka adalah tempatnya. Lokasinya tidak di dalam mall, jadi agak legalah karena terhindar dari desak-desakan dengan pengunjung lain. Tinggal masuk ke parkiran dari mall 1 – or vallet buat yang mau praktis – lalu jalan sedikit menyebrang masuk ke kafenya. Ruangan yang sejuk dan tidak terlalu full membuat acara bincang-bincang — okay, bergossip — kami jadi lebih nyaman. Memang sih kami bertiga ketawanya kenceng banget, tapi saya yakin kok, suara tawa kami ini ibarat lagu merdu untuk pelayannya. 🙂

Sebelum beranjak, kami berdiri dulu merapikan baju dan cek penampilan, biar tidak kelihatan seperti kucing yang kekenyangan. Biarpun perut udah full karena kekenyangan, teuteeepppp…. postur harus dijaga. :D.

113 Comments

  1. sekelompok cowok yang makan sambil mencicipi hidangan milik temannya

    Kalo temen2 aku yg dari komunitas kuliner udah biasa sih saling icip2 hehe.. gak cewe, ga cowo.. pokok’e maknyuss pemirsa *apaan sih*

    • Zizy

      heuheuee elu kan lain jie, elu memang calon penggantinya mr. bondan 😀

  2. g

    tapi saya gak gengsi tuh…
    hahaha..
    mungkin tak seheboh wanita..
    emang cewe kalo jalan bareng berisik…
    kaburrrrrrrrrrrrrrrr…….

  3. Aduh kk… jadi ngiler lah saya kalo postingannya kayak gini! Huhuhu 😛 Tapi emang betul kok, kk. Jarang ada cowok yang makan rame2 terus saling mencicipi 😀 tapi kalo cewek? HEBOH BENER… kadang kalo makan2nya itu ganda campuran alias ada cowoknya, ada ceweknya, yang nama incip2 menu milik teman udah pasti ada… dan korban utamanya adalah para cowok…

    Tuteh : kayaknya ini enak nih… *milih satu jenis menu yang emang disuka*

    Dodi : iya ya…

    Inggi : gue mesen yang itu aja *milih yang dia suka*

    Indra : hmmmm lo mesen apa, Dod?

    Tuteh dan Inggi : kalian nyoba menu yang ini aja *nyebut menu baru, asing, yang rasanya juga belum pasti enak*

    😀

    terus bisa diincip deh punya Dodi & Indra sambil dalam hati menilai 😀 hahaha 😀

  4. Cowo lebih dari sekedar mencicipi, tapi menyerobot. Hehehehe

    Ngemilnya aja bisa bikin kenyang kayanya, karbohidratnya langsung dibakar buat energi ngerumpi ya? XD

  5. Makananya sangat menggiurkan, wuhuhuhuhuhu….. aku jadi kepengen bongkar eskrim dirumah dan bikin nih, uhuhuhuhu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *