Rejeki Perut Buncit

Ternyata hamil itu menyenangkan juga. Soalnya banyak yang merhatiin. Misalnya mengingatkan, atau didahulukan karena hamil. Bukan berarti saya minta diperhatikan loh, tapi tanpa disadari dengan sendirinya ada kejadian-kejadian yang menguntungkan dengan kondisi saya saat ini.

Contohnya waktu itu kita lagi nyari taxi di Pasar Baru. Setiap taxi yang dipanggil oleh teman saya selalu full. Sampai ketika saya mulai lelah karena jalaaaan terus ke depan untuk dapat taxi, tapi gak dapat-dapat juga, tiba-tiba dari arah berlawanan ada taxi meluncur & ngedim. Saya langsung melambaikan tangan. “Wah, rejeki ibu hamil…” Komentar teman saya. Padahal menurut saya sih, kebetulan saja ada yang kosong…

Waktu di dalam taxi juga begitu. Pernah pulang dari Plaza Senayan, kita terpaksa naik taxi “bukan burung biru” karena memang siang itu susah sekali cari taxi. Di dalam taxi, saya tertidur pulas, sampai-sampai lupa nunjukin arah kantor. Teman-teman di belakang juga bukannya ngingetin, mereka gak menyangka saya tidur…hihihi…. Nah, si sopir taxi ternyata bersikap simpatik sekali. Dia mengerti ibu hamil memang gampang mengantuk, jadi tidak komplen meski kami lupa menunjukkan jalan.

Trus ada lagi nih. Waktu kerepotan turun dari mobilku yang (mulai terasa) kecil itu, seorang security Sarja yang baik langsung membantu membukakan pintu lebar-lebar biar si Gendut ini bisa lewat. Pak Satpam itu sehari sebelumnya satu lift dengan saya, dan dia dengan ramah menanyakan kapan saya partus, lalu dinasihati agar tidak menyetir mobil sendiri lagi.

Lalu tadi waktu nunggu taxi di pintu depan EX. Hujan deras dan antrian pengguna taxi sangat panjang. Saya lirak-lirik ke kursi tunggu, masih penuh juga. Lalu, saya mundur ke belakang, maksudnya mau sandaran aja di dinding kaca (kalo diijinkan sih..). Ternyata si cewek Car Call kasihan melihat saya yang sudah berdiri cukup lama. Dia langsung berdiri dari kurisnya dan menawarkan saya untuk duduk. “Silahkan Bu.” Saya malah jadi gak enak hati dapat kompensasi seperti itu, lagian tadi saya masih merasa cukup kuat kok. Jadi saya tolak halus saja. “Gpp mbak, gak usah. Cuma sebentar kok.” Padahal apanya yang bentar… :p

Karena tak ada tanda-tanda juga, akhirnya kami coba memilih mencari taxi  di belakang Plaza Indonesia saja. Berharap tidak terlalu ramai saingan disana. *Nah yang sekarang ini baru terasa capek. Jalan dari EX sampai belakang PI dengan buru-buru karena ngejar waktu ternyata buat kaki pegel juga. Itulah sok kuat, udah perut besar juga.

Eh, sampai di belakang, ternyata ularnya lebih panjang. Huuu… cape deh. Kursi tunggu juga tidak ada. Hujan juga semakin deras. Sembari teman-teman saya mengantri, saya jalan ke ujung yang lain, berharap bisa motong antrian. Sebenarnya gak fair – tang mentang lagi hamil —  tapi kali ini bener-bener udah capek dan pegel. Jadi gpp lah ya kali ini kita manfaatkan perut buncit ini… 🙂

Seorang petugas mall berjas hujan tersenyum simpatik. Dia menegur saya, “Ibu nunggu taxi ya?”

“Iya, Mas.”

“Di sana saja ya Bu, biar gak keliatan sama antrian yang disana, ntar gak enak. Nanti biar saya bantu nyetopin taxinya.” Saya pun bergerak mengikuti arah yang ditunjuk.

Gak lama, sebuah taxi berhenti. Si cewek yang duduk di dalam taxi keluar dan langsung menawarkan taxinya untuk saya. Duh rejeki lagi… 😀 Alhamdulillah akhirnya dapat taxi juga, dan teman2 saya langsung lari keluar dari antrian menuju taxi ibu hamil. 😀

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

43 thoughts on “Rejeki Perut Buncit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *