Saya masih ingat ketika anak saya masih di sekolah dasar dan sudah masuk ke level upper class, kelas 4 sampai kelas 6. Saat itu nilai pelajarannya mendadak drop, dan ketika dibicarakan dengan gurunya, ternyata hal itu terjadi secara merata. Kurikulum yang diajarkan di sekolahnya langsung melompat jauh sehingga anak-anak harus mulai terbiasa dengan belajar serius dan tersruktrur, plus hampir setiap hari ada pekerjaan rumah.
Apakah anak saya selalu senang mengerjakan pe-er? Tentu tidak selalu. Bayangkan saja sudah seharian di sekolah, sampai di rumah masih harus mengerjakan homework.
Anak adalah seorang pembelajar yang hebat. Ingat kan ketika kecil bagaimana bangganya anak-anak kita saat berhasil melakukan sesuatu. Mereka ingin tahu dan mereka ingin belajar tentang segala sesuatu di sekitar mereka. Itu semua tidak lepas dari motivasi. Apapun motivasinya, apakah barang atau sekadar mendapatkan tepukan dari orang tua, tapi ada kepuasan bagi anak ketika mendapatkannya. Sehingga anak-anak menikmatinya.
Bagaimana Cara Memotivasi Anak Saat Mengerjakan Pekerjaan Rumah?
Sekarang saat anak saya sudah duduk di kelas 8, yang disebut dengan homework sudah berubah menjadi namanya assignment dan project. Dan meski saya tidak bisa selalu membantunya dalam materi pelajaran, namun kunci pertama adalah selalu hadir untuk dia saat dia mengerjakan assignment.
Untuk memotivasi anak dalam mengerjakan pe-er atau project, pertama-tama kita harus mengubah pola pikir kita, dari pola pikir melakukan menjadi pola pikir belajar. Memang betul kita sekolah agar nanti bisa masuk ke sekolah yang bagus dan bisa mendapatkan pekerjaan yang baik, namun yang paling utama adalah menekankan bahwa pendidikan itu sangat penting, dan dia ke sekolah adalah untuk belajar, memperoleh pengetahuan baru, bertemu orang lain dan akan membantunya tumbuh sebagai seseorang.
Berikut adalah 5 langkah nyata untuk bergerak menuju tujuan itu.
1. TIDAK MENYEBUT PEKERJAAN RUMAH ANAK SEBAGAI TUGAS ANAK
Nah, saya bersyukur sekali di sekolah Vaya sekarang, SMP Highfield ini, metode belajarnya berbeda dengan model belajar jaman dulu. Model pembelajaran blended learning yang diterapkan akan membantu anak untuk lebih banyak belajar sendiri dengan menyelesaikan project-project dan tugas.
Bahasa pekerjaan rumah tidak digunakan, namun menjadi assignment. Lho, kan sama saja. Ya mungkin sekilas sama, tapi pekerjaan rumah berarti sesuatu yang dikerjakan di rumah untuk mengulang pelajaran di sekolah. Sementara assignment adalah peluang anak untuk mendapatkan nilai tambahan. Kontribusi dari assignment dan project bisa sampai 50-60% dari total skor (tergantung pada masing-masing term), karena itu saya selalu mengingatkan anak saya untuk menyelesaikan assignmentnya karena bila tidak dia yang akan rugi sendiri.
2. MENETAPKAN WAKTU BELAJAR DAN TEMPAT BELAJAR YANG NYAMAN, DAN WAKTU BERMAIN SEBAGAI REWARD
Pastikan anak memiliki tempat belajar yang nyaman dan lengkap dengan semua yang dibutuhkan. Matikan suara-suara gangguan seperti suara film atau dialog dari TV. Putar musik yang menenangkan.
Anak saya mulai menerapkan teknik Pomodoro, agar dia bisa konsentrasi saat belajar dan mengerjakan assignment, dan kemudian ketika bel berbunyi, dia berhenti, istirahat 5 menit untuk bersantai, lalu lanjut lagi.
Anak yang sudah lebih besar bisa dilibatkan untuk menentukan jadwal belajar yang nyaman untuknya. Saya membiarkan anak saya mengatur sendiri waktunya, kapan dia mau belajar dan kapan dia mau chill, dan kita menyepakatinya.
Baca juga: Mengunjungi Kebun Binatang Mini di The Hill Hotel dan Resort Sibolangit
3. JANGAN BERLEBIHAN MENGOMEL ATAU MEMAKSA
Jangan mengomel dan jangan memaksa anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah, baik melalui hadiah atau hukuman. Meskipun saya memang sering mengomel, tapi saran ini harus saya katakan, karena beberapa kali tidak mengomel lebih berhasil daripada merepat.
Motivasi untuk mengerjakan pekerjaan rumah perlu datang dari dalam diri anak itu sendiri.
Tapi bagaimana agar anak termotivasi? Apa sih yang selalu berhasil membuat mood orang jadi bagus? Makanan atau minuman favorit! Ini bukan sogokan ya. Ini namanya melayani, ibu tetap harus melayani anaknya di rumah apapun kebutuhannya. Bila anak butuh makanan enak atau frappe nikmat agar bisa membantu memberikan motivasi, berikan itu.
4. BIARKAN ANAK ANDA MENGHADAPI KONSEKUENSI ALAMI
Bila anak tetap menolak untuk mengerjakan tugas sekolah, ya sudah biarkan saja. Namun perlu diingatkan pada anak bahwa dia pasti akan menghadapi konsekuensi.
Ya, anak harus belajar akan konsekuensi yang akan terjadi bila tidak mengerjakan tugasnya, atau apapun yang akan terjadi di sekolah. Anak pasti harus menjelaskan pada guru mengapa pekerjaan rumah tidak dilakukan dan mereka mungkin kehilangan waktu istirahat, atau pulang sekolah lebih lama untuk menyelesaikan semua pe-er yang tertunda.
5. DAMPINGI DAN MONITOR ANAK SAAT MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH
Jangan hanya berkata pada anak bahwa pe-er atau tugas sekolah itu penting, tapi tunjukkan melalui tindakan. Seperti, mengerjakan pekerjaan rumah bersama mereka. Hindari memegang ponsel saat bersama mereka, penting bagi anak mengetahui bahwa mommy-nya memberi perhatian penuh pada dirinya atau pada apa yang sedang dikerjakan. Seperti saya, bila anak saya sedang mengerjakan assignmentnya, saya juga membuka laptop di sebelahnya, melanjutkan pekerjaan saya. Saat dia membutuhkan bantuan, dengan cepat kita bisa langsung berdiskusi bersama.
Semoga tips di atas membantu para parents! Bila ada saran lainnya, boleh lho drop di kolom komentar.
Sangat membantu sekali ini informasinya dengan ini akan menjadi lebih baik dan sabar lagi aku dalam mendampingi anakku mengerjakan tugasnya