CInta Harus Begitu?

Apa Cinta Harus Begitu?

Clue: Ini adalah postingan lama di blog satu lagi yang sudah kututup. Jadi saya posting di sini untuk menyimpan semua memori cerita lama…. :).

Apa Cinta Harus Begitu

Jakarta, 28 Oktober 2012

Kok aku jadi lupa ya kalau aku punya blog yang satu ini? Luar biasa memang hidup di Jakarta ini sepertinya, sampai aku tak bisa update blog. Di kantor aku gak bisa mendapatkan mood yang bagus untuk menulis karena waktu kosong tak begitu banyak, kemudian sampai di rumah sudah agak malam sehingga aku lebih memilih untuk menemani anakku, entah main atau belajar.

Kemarin, saat bertemu dengan seorang sahabat lama, kami kan saling bertukar cerita. Aku mendapatkan gosip terbaru tepatnya. Jadi ada seorang teman yang kami kenal sebut saja A, ketahuan menjalin hubungan lagi dengan mantan pacarnya dulu si B, yang mana istrinya B itu kenal baik dengan temanku ini, makanya cerita itu sampai ke dia (dan sampai ke aku). Kemudian istrinya B pun geram dan memutuskan melabrak A melalui Inbox di Facebook. Kirim message ke A dan juga ke suaminya A (detail messagenya aku tak tahu persis tentu saja) berharap A sadar akan perbuatannya. 

Kemudian tidak ada balasan dari suaminya A. A sendiri malah membalas Inbox dengan isi begini: “Salahmu sendiri, suami kok gak dijaga.”

B, mengaku pada istrinya kalau A yang menggodanya terus (halah percaya kelen?) bahkan mengajak ketemuan kalau B lagi ke Medan (saat itu posisi A di Medan, dan B di Pekanbaru). Sesuatu yang tak terduga menurut kami berdua mengingat A ini tidak kelihatan seperti wanita yang genit dan suka aneh-aneh. Tapi ya siapa yang tahu? People change.

Kasus ini sebenarnya mirip dengan cerita teman dekatku saat kuliah, yang sekarang sudah menjadi seorang single parent tapi lebih suka menjalin hubungan dengan mantan pacarnya yang sudah jadi suami orang. Bedanya di sini yang satu single parent, sementara satu lagi masih bersuami dan sudah punya anak. Kata teman dekatku itu, sepertinya memang masih ada rasa cinta antara mereka. Hmm. Truss?? Tapi tetap saja menurutku tidak ada yang bisa dibenarkan di sini. Saat kau masuk sebagai orang ketiga dalam hubungan orang lain, berarti kau orang yang tak mengerti tentang cinta. Atau, apa kalau cinta harus begitu? Bisakah ada banyak cinta hadir dalam satu ruang dan waktu yang sama?

Memang iya tak ada yang tahu apa yang bisa terjadi besok atau lusa, seperti apakah kita akan terus bersama dengan dirinya yang menjadi pasangan kita saat ini atau apakah memang dia pasangan yang tepat buat kita dan seterusnya dan seterusnya, because tak ada yang bisa mengontrol keadaan, even dirinya sendiri. Dan ketika terjadi perubahan, apa yang bisa kita lakukan? Adaptasi tentu saja, plus toleransi, karena begitulah awal muasalnya kehidupan sosial manusia. Kau putuskan untuk hidup bersama pasanganmu, maka jalan itu, hormati lembaga itu, cintai dan jaga bila ada kehidupan baru yang hadir di antara kalian. Jadikan itu semua sebagai pelajaran bagimu.

Namun, apabila suatu saat nanti kau sudah sampai di batas yang kau anggap adalah ujung dari sebuah toleransi dan kau tak bisa lagi menerima perubahan itu maka bertindaklah, ambil keputusan yang kau anggap terbaik, namun jangan pernah sesali bila ternyata keputusan itu salah. As simple as that. Dan yang terpenting adalah, jangan pernah dengan sengaja hadir di tengah suatu hubungan. Jangan jadi pelakor, atau pewakor.


Baca juga:

  1. Makan Nasgor Pake Emosi
  2. Nguping Kata Orang Aceh di Warkop Elizabeth Medan

-ZD-

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *