Ceritanya, dua hari lalu datang babysitter baru dari yayasan, umur 19thn, berseragam putih-putih. Saat saya pulang kantor, di teras depan rumah si babysitter baru sedang duduk bersama si transporter (ciee gaya banged ya, bahasanya transporter hehee…). Mereka datang kecepatan ternyata, padahal sudah dibilang saya baru ada di rumah sekitar jam 5 sore lewat.
Babysitter itu saya persilahkan masuk dari pintu depan, lalu saya panggil bedinde (orang baru juga) untuk membawa Vay ke ruang tamu. Saya ingin tahu seperti apa reaksi anak saya melihat pengasuh barunya.
Ternyata saudara-saudara, Vaya dengan santai mendekati si babysitter dan memandang dengan ramah. Dia tidak lari ketakutan atau menghindar ketika si babysitter berusaha menyentuhnya. Wajah Vay ceria sekali. Dia seperti mau bilang kalau dia senang akhirnya dia dapat pengasuh lagi. Bukan berlebihan sih, tapi di rumah ini kan ada 2 asisten baru yang saya bawa dari Siantar, tapi Vay butuh waktu hampir satu minggu untuk beradaptasi dengan mereka.
Biarpun selama seminggu saya cuti, mereka juga bantu menjaga Vaya, tapi Vaya belum pernah langsung senyaman ini dengan orang baru. Kemarin itu biarpun dia sudah mau main sama asisten, tapi begitu melihat saya melintas, langsung saya dikejar sambil merengek.
Tapi ini, baru saja ketemu dengan babysitter baru dia langsung mau. Alhamdulillah, ucap saya dalam hati. Mudah-mudahan si BS ini benar-benar baik hati dan penyayang sama anak, karena saya lihat Vaya tidak menolak waktu digendong dan disuapin.
Hmm, baru sadar. Ternyata biarpun anakku baru 1,5thn tapi dia sudah bisa mikir, sudah bisa membedakan mana pengasuh dan mana asisten. Dia sudah tahu, kalau yang berseragam putih-putih berarti pengasuhnya, sementara yang berbaju bebas adalah asisten rumah tangga, bisa untuk teman main tapi bukan untuk mengurusnya. Jadi ingat, dulu kan dia juga begitu dengan yang lama. Biarpun sudah kenal dan sering diajak main, tapi kalau mau diganti bajunya atau disuapin, dia tidak akan mau kalau bukan sama suster atau maminya.
Sekarang juga begitu. Well, kadang kita orang dewasa suka sepele dengan kemampuan berpikir anak-anak ya… 🙂
Mencari babysitter memang rejeki-rejekian. Pengennya sih cari yang udah agak berumur, tapi gak ada. Adanya cuma satu orang itu, ya sudah saya ambil saja. Babysitter ini ambil dari yayasan yang sama dengan babysitter terakhir yang sudah resign, jadi saya sedikit banyak percaya dengan kualitasnya. *Bismillah, semoga saja feeling saya benar ya..
Sebenarnya sempat kepikir juga untuk memanfaatkan asisten-asisten di rumah sebagai pengasuh Vaya. Tapi kok saya lihat mereka kerjanya jadi keteter. Apalagi mereka ini masih belasan tahun, walaupun bisa ajak Vaya main, tapi saya lihat sih tanggung jawabnya menjaga anak itu belum ada.
Beberapa hari lalu saya pulang kantor, ternyata Vaya ditidurkan di ruang tengah (padahal mereka sudah tahu kalau Vaya seharusnya digendong ke kamarnya kalau sudah tidur), alhasil seluruh lengan Vaya bentol-bentol gede kena gigit nyamuk. Baju tidurnya dari pagi juga belum diganti. Kasihannya anakku, lecek banget dia kemarin itu.
Nah, kalau ada pengasuh khusus, itu akan lebih baik karena dia pasti bertanggung jawab penuh dengan tugasnya. Mulai dari menjaga kebersihan alat makan dan minum, rutin cek kebersihan si anak tiap habis main atau makan, juga yang terpenting adalah jadwal makan jadi teratur. Babysitter pasti akan mengusahakan agar si anak bisa makan sampai habis.
Pengen sih cari model-model bedinde aja yang bisa dididik jadi pengasuh (soalnya gajinya jatuhnya kan lebih murah…), tapi susah dapatnya. Untuk anak yang agak susah makan kayak Vaya memang harus dapat pengasuh yang sabar dalam mengasih makan, bukan yang main cekokin aja. Pengasuh yang ini saya lihat cukup sabar, dia berusaha kenalan dulu dengan Vaya.
Lalu apa komentar para asisten begitu melihat datang pengasuh baru? Yah, biasalah, ada perasaan tersisihkan. Tapi kan ini demi kebaikan Vaya, daripada tak terurus dengan baik kan? Seorang asisten tadi malam bilang begini ke saya, “Bu, kecil kali suara kakak itu (maksudnya si bs-pen) kalau ngomong. Pelaaaa..nn kali.”
Saya jawab, “Ya iyalah. Bedalah sama kalian. Dia kan aslinya dari Magelang sana. Kalau kalian kan Jawa Siantar, becakap pun da macam orang-orang batak di Pajak Horas itu. Kuat kali.”
Anyway, biarpun saya sedikit lega dengan babysitter baru ini, saya dan suami tetap harus waspada juga. Apalagi selama kami berdua kerja, di rumah otomatis Vaya hanya stay bersama bedinde-bedinde dan pengasuh. Dan ini semuanya orang baru kan? Dari kemarin udah ngejar-ngejar hubby biar bisa segera pasang kamera pengawas di rumah, tapi doi masih bizi berat, belum sempat-sempat :(.
Mudah-mudahan sih hubby bisa segera ada waktu, biar bisa tenang ninggalin anak di rumah selama kita ngantor.
sekarang suse banget lho cari pengasuh yang kwalifaid..adikku aja mpe ga bole kerja ma suaminya gagara belum dapet pengasuh..
moga yang ini bisa jagain Vay, ya.. 🙂
semoga setelah vay dapat pengasuh baru dapat lebih enjoy ya mbak
Mudah2-an dapet bs yg cocok ya mbak..
moga BS yg ini baik ya bu…
btw kayaknya enakan punya bedinde yg tua ya bu..
lebih telaten dan gak ngoyo…
kayaknya seh…
sore jelang malam………..
semangat semangat ngepost lagi yuk…….ok
salam hangat selalu
setuju mba, aku juga prefer mempekerjakan pengasuh untuk khusus “pegang” anak … meski sebenarnya ada ART juga. Lebih mudah mengontrol pengasuh yang benar2 kerjanya cuma “momong” si kecil daripada ngontrol ART yang “diperbantukan” untuk mengasuh anak juga. Moga BS barunya Vaya beneran sayang, sabar, dan ngertiin Vay ya …. dan bisa diajak kerjasama mba Zee n suami 🙂
iya apalagi sekarang marak kejahatan dan penculikan mbak zee
Ikutan bismillah, semoga bener-bener bisa menjaga Vay mbak. Soal BS memang bener2 rumit. Tiga temen di kantor hanya bisa geleng2 kepala saat BS-nya kabur dan ada yang bertingkah. Padahal dari yayasan juga. ampuunn….