You know you’re a mom when you go to the store for yourself and come out with bags full of things for your kids.
(Haha..)
Itu salah satu quote yang benar-benar tepat buat saya. Sering banget storynya berakhir seperti itu, masuk ke satu tempat dengan rencana ingin membeli sesuatu buat diri sendiri, tapi kemudian keluar dengan tentengan yang isinya untuk Nona Vay. Jadi saya suka heran kalau lihat ada teman yang lebih royal untuk dirinya dan bukan untuk anaknya.
(Tapi mungkin quote itu memang tak berlaku untuk semua orang)
Benar, kalau orang bilang punya anak perempuan itu enak. Anak perempuan bisa jadi best friend ibunya, kemudian bisa didandanin ala-ala keinginan ibunya juga (setelah kemudian lama-lama dia mulai punya selera sendiri ya toh), dan karena sama-sama perempuan jadi ya punya selera terhadap barang-barang unyu kurang lebih sama.
Salah satu contohnya: saya dan Nona Vay punya “mata ijo” yang sama terhadap stationary. Kalau ke toko buku, kita selalu berhenti cukup lama di bagian notes-notes, pulpen, pensil, brush pen, post it, sampai stepler. Pilah-pilih. Kemudian, ketika saya sudah mengambil sesuatu, biasanya pulpen atau notebook yang bagus, Vay sudah berdiri di samping sambil bilang, “Vaya boleh pinjam?” Dan selalu saya jawab, “Boleh.” Dan ujung-ujungnya jadi milik dia. (Hmm…)
Nah dengan barang yang semakin banyak (terutama small things dengan aneka bentuk dan warna), sebenarnya Nona Vay sudah paham kalau habis pakai harus dikembalikan ke tempatnya. Tapi – yeah – namanya juga anak-anak, lama-lama mulai malas, yang ada semua barang dicampur sehabis digunakan. Lalu giliran mau pakai, bingung, kemarin mechanic pensil hello kitty ada di lemari mana ya, penghapus staedler yang baru dibeli lupa simpan di mana, gunting juga lupa tarok di mana. Lalu bongkar sana sini yang menghabiskan waktu.
Sampai suatu hari – saat itu saya sedang cukup santai untuk duduk di ruang keluarga – saya baru sadar dengan rak bawah TV yang sudah sangat penuh. Buku-buku bacaan Vay berantakan, alat tulis satu di sana satu di sini. Dan karena saya mulai gak sabar karena mendadak cari gunting kok gak ada di tempat, mulailah merepet. (Pasti.)
“Besok siang, kita bereskan semua.”
Maka, Sabtu siang itu saya bertiga dengan Vay dan mbak di rumah melakukan pembongkaran. Semua mainan Vay dikeluarkan. Alat tulis, small things, accesories, juga dikeluarkan. Begitu ada di depan mata, saya langsung pusing, mau mulai dari mana. Dan ternyata, banyak juga barang yang belum pernah dipakai sejak dibeli.
Lalu bagaimana teknik merapikannya? Berikut cara kami merapikannya.
1. Pisahkan barang yang masih bagus dengan yang sudah rusak
Meski barang-barang lama sudah tidak terlalu banyak juga, tapi kondisi sekarang masih kelihatan seperti timbunan mainan. Kotak musik Vay dari baby juga masih disimpan, padahal sudah tidak nyala.
2. Pisahkan yang sering dimainkan dengan yang sudah jarang dipegang
Kemarin Vay harus memilih, mana yang dia masih benar-benar suka dan mana yang sudah bosan. Yang kira-kira Vay sudah bosan disisihkan, dan untungnya sama mbak yang di rumah mau dibawa pulang ke kampung untuk keponakan. Syukurlah kan, gak mubazir.
3. Pisahkan sesuai golongannya
Setelah lewat dua langkah di atas, kami mulai menggolong-golongkan barang sesuai fungsi. Pensil dan pulpen sendiri, penghapus sendiri, sharpener sendiri, coloring tools sendiri, paint tools sendiri, play dooh dkk sendiri, notes dan buku tulis yang belum dipakai atau baru baru dipakai 1-2 lembar sendiri, diary-diary sendiri (tahu kan, maksudnya diary itu buku tulis tebal yang pakai kunci), stickers sendiri. Kartu ucapan dari teman-temannya pisahin sendiri. Kertas prakarya Vay sendiri. Stamp-stamp, key chain, small things lucu-lucu sendiri. Mainan besar sendiri. Mainan kecil sendiri. Mini figure sendiri.
Lalu buku-buku bacaan juga. Semua disusun sesuai nama dan jenis. Dan semuanya dimasukkan di kotak sepatu.
4. Kasih label nama
Ini termasuk yang paling penting. Sama halnya kalau kita ke toko buku, gak akan mungkin kita tahu letak pulpen ada di mana kalau tidak ada penunjuk arah.
Jadi semua kotak yang tadi sudah diisi dengan barang-barang sesuai jenisnya itu harus diberi label nama di depannya, agar siapa pun yang kebetulan menemukan benda tercecer tahu kemana harus mengembalikan barang itu. Dan kalau ada yang perlu juga tak perlu harus membongkar semua kotak demi mencari penghapus pensil.
Tadaaa….!! Selesai juga setelah beberapa jam beres-beres. Puas rasanya ketika melihat rak sudah rapi dengan kotak-kotak berlabel nama.
Dalam kegiatan di atas, saya lebih banyak membiarkan Vay yang terlibat, karena ini barang-barangnya, dan dia yang akan lebih sering menggunakannya. Jadi dia harus belajar mengerjakannya sendiri, biar ingat di mana letak tiap barangnya.
Mudah-mudahan ya masih tetap rapi dan teratur untuk waktu lama.
(Kalau gak, maminya bakal merepet)
– ZD –
Jujur ini adalah pekerjaan yang melelahkan, tapi harus dilakukan