Kamis 25 Juli 2013
Keberuntungan Vay memang masih berlanjut. Setelah di hari Rabu dia memperoleh kesempatan couching clinic bersama Chelsea FC, maka pada hari H, laga pertandingan Chelsea FC vs BNI Indonesia All Stars, Vay pun menjadi player escort.
Pukul. 17.00 WIB
Kami pun tiba di GBK. Suasana GBK sudah sangat ramai, dan sudah mulai kelihatan susah cari parkir. Akhirnya kita parkir paralel saja, lapis dua di dekat west gate, karena nanti kita akan masuk dari situ juga.
Sampai dalam GBK, kami langsung menuju pintu XII, pintu masuk tiket VVIP. Tenda escort ada di dalam area situ. Selesai melakukan registrasi, pendamping langsung diberikan ID Pas agar bisa keluar masuk, termasuk juga mbaknya Vay yang kita ajak serta. Mbaknya ini ikut karena saya tidak sempat balik ke rumah untuk menjemput Vay, makanya dia dan Vay saja yang menyusul ke kantor naik taxi, baru kita bareng-bareng ke GBK. **Itu dia makanya jadi gak ada yang fotoin saat Vay tampil di TV, deh… *curcol
Beberapa anak dan orang tuanya terlihat sudah duduk manis di dalam tenda. Untuk kali ini, dibagikan kaos dan celana putih Adidas untuk semua escort, baik Chelsea FC escort maupun BNI All Stars.
Seperti yang pernah saya bilang dulu, kalau anak yang mau tampil, pasti deh orang tuanya yang nervous. Dan saya tidak bisa tenang menunggu jam pertandingan. Takut aja gitu tiba-tiba batal atau gimana. Untunglah sikap Vay yang happy terus sedikit mengademkan hati saya. Dia aktif sekali, seperti kelebihan energi, lari sana lari sini, joget sana joget sini. Belum apa-apa, celana putihnya sudah kotor. Banyak yang senyum-senyum lihat tingkah si Vay, sampai ada bisik-bisik terdengar oleh beberapa mbak panitia BNI. Berkata, “Yang ini cocok banget jadi escort.”
Menjelang jam enam sore, anak-anak player escort lainnya tiba. Ada yang kecil ada yang gede. Sebagian besar saya lihat sih anak-anak pejabat, kelihatan dari gaya orangtua dan keluarganya yang menemani. Dan herannya, salah satu yang katanya pejabat itu, berkata pada panitia kalau anaknya tidak punya sepatu Adidas, jadi terpaksa pakai Nike ke situ. Hellooowww… bisa gitu, alasannya? Vay juga tidak punya sepatu Adidas, tapi kita beli semua lengkap demi menghargai BNI yang sudah mengundang kita. Ada juga seorang anak laki-laki montok yang kelihatan seumuran dengan Vay, bermain bersama abangnya, mereka berdua jadi player escort, dan mereka ternyata datang dari Medan!
Dan sepertinya separuh dari anak-anak player escort itu saling kenal, deh, semua pada heboh berfoto ramai-ramai sebelum briefing. Saya lihat Vay mengamuk saat mbaknya memaksa dia ikut berfoto dengan anak-anak yang lain. Saya bilang ya biarkan sajalah, jangan dipaksa nanti moodnya jadi jelek.
Pukul. 19.20 WIB
Kita sudah dikasih tahu bahwa jam setengah delapan anak-anak harus berkumpul untuk technical meeting. Aduh saya makin deg-degan, soalnya Vay kan kemarin tidak ikut gladi resik. Bagaimana nanti kalau dia salah di lapangan?
Saat jam menunjukkan pukul tujuh tiga puluh, semua anak diarahkan ke ruang pers di lantai bawah. Nah, tadinya nih, info yang kita dapat, parents akan diberikan ruang tunggu di sisi dalam, jadi ceritanya akan dekat sekali dengan akses keluar masuk pemain yang ingin ke kamar kecil misalnya. Jadi kita bisa saja minta foto dengan mereka. Sudah berharap, dong pastinya.
Absen anak-anak pun dilakukan. Dimulai dengan escort untuk Chelsea FC. Saat diabsen, jantung saya berdebar-debar, kok nama Vay gak dipanggil-panggil? Apakah batal? Ternyata ada, namanya ada di nomor urut sebelas. Menyeliplah Vay di belakang anak lain yang badannya lebih tinggi dari dia. Waduh paling belakang pula itu, batin saya.
Nah, menjadi player escort berarti harus menerima apa yang diberikan. Kita tidak bisa memilih dengan siapa nanti masuknya. Jadi parents ya hanya bisa berharap dan berangan-angan saja semoga anak kita dapatnya dengan pemain favorit. Tapi saya boleh dong berharap. Sengaja pula bisik-bisik ke ayah si Vay, minta bilangin ke panitia, Vay boleh gak nanti dapatnya Ramires? Soalnya kalau mengkhayal dapatnya John Terry, kok ketinggian ya? Hahah…. Tapi ayah Vay bilang, kita memang tidak bisa milih. Titik.
Tapi saya yakin banget bahwa anak-anak pasti akan diurutkan lagi berdasarkan tinggi badan. Dan benar saja, kakak pendamping dari BNI mengumumkan bahwa adik-adik harus membuat barisan di mana yang paling tinggi harus paling belakang. Mbak-mbak pegawai BNI yang dari kemarin gemes sama Vay, langsung menggiring Vay ke baris depan. Hore! “Vaya di sini, di sini,” katanya. Tapi memang benar sih, Vay itu paling kecil, jadi sudah pastilah dia paling depan. Saya pun makin berdebar. Aih, kalau Vay paling depan, berarti? Ya! Berarti, kemungkinan besar dia akan mendampingi kapten kesebelasan! Seorang bapak yang anaknya dapat urutan kedelapan langsung tersenyum pada saya, “Wah, Bu! Bisa dapat KK berarti Bu!” Saya senyum saja. Optimis tapi tidak mau over pede.
Pukul. 19.45 WIB
Kakak pendamping BNI kemudian melakukan briefing ulang. Ternyata, sudah ada sebagian anak yang melakukan gladi resik Rabu kemarin, yaitu mereka yang memang tidak ikut couching clinic. Saya langsung minta Vay mendengarkan instruksi dengan baik. Kakak pendamping mengingatkan anak-anak bahwa mereka harus selalu tersenyum. Dan yang terpenting adalah: “Saat di lapangan, jangan ada yang cari mama atau papa, ya?” Riuh rendah suara pun terdengar. Para orangtua pasti deg-degan dong, takut aja tiba-tiba anaknya ngambek di tengah lapangan.
Anak-anak diminta menghapal dirinya nomor berapa. Tujuannya agar dia tahu saat nanti diberi aba-aba di dalam. Jadi saat dipanggil nomornya, mereka langsung bergerak maju. “Vay, ingat ya. Vaya nomor satu.” Saya ingatkan lagi dia. Saya juga minta Vay mengingat siapa teman di belakangnya, maksudnya agar dia tahu dia ada di barisan mana nanti. Soalnya semua player escort memakai baju yang sama, jadi bisa terbalik-balik nanti, yang mana escort Chelsea FC, mana yang BNI All Star. Tugas player escort adalah ikut masuk bersama pemain sampai ke lapangan, dan setelah seremoni selesai, mereka kembali ke ruangan. Begitu saja.
Seorang ibu yang berdiri di depan saya cemberut. Sepertinya dia tidak puas dengan pengurutan anak, soalnya anak laki-lakinya kan tinggi, jadi dapatnya agak di belakang. Anaknya kelihatan menangis, kemudian dibujuk oleh bapaknya, orang bule. Ya mau bagaimana lagi, kan tidak bisa milih bo’. Mau artis atau pejabat, di dalam sini tidak berlaku. Peraturannya memang begitu, harus yang terkecil di depan.
Setelah briefing selesai, anak-anak pun langsung masuk ke ruang pers, dan kami para orang tua diminta dismiss. Totally dismiss. Ternyata benar-benar harus clear area, hanya player escort dan kakak pendamping yang boleh masuk. Jadi, harapan akan bisa memotret pemain jelas tidak mungkin (apalagi berharap bisa foto dengan Jose Mourinho!). Tapi ya iya jugalah, kalau ada orang biasa di dalam malah mengganggu pemain dong pastinya.
Nah. Lalu, bagaimana saya bisa melihat anak saya nanti dengan siapa? Masalahnya di ruang bawah itu tidak ada LCD sama sekali. Jadi? Jadi? ‘Buta’ dong. Waduh. Bapak-bapak yang anaknya dapat nomor delapan tadi bilang ke saya kalau di lantai tiga ada layar besar untuk menonton, kita bisa ke sana. Saya dan suami memang dikasih tiket juga sama panitia kalau ingin menonton juga, meskipun itu bukan kelas VVIP. Kalau VVIP sih enak ya, bisa langsung melihat ke arah pemain di depan.
Mbak BNI yang sejak sore membantu kami muncul. Katanya ke saya, “Kalau Ibu mau, saya kasih tiket khusus buat Ibu. Posisi ini ada di samping jembatan tempat anak-anak menunggu sebelum masuk, jadi pasti bisa memotret, walaupun dari samping.” Beberapa orang tua lain yang tidak punya tiket VVIP mengerubung dan bertanya ada berapa tiket. Ya siapa sih yang tidak ingin melihat langsung penampilan anaknya? Ah, tapi memang saya dan suami beruntung, juga bapak yang tadi. Karena pihak BNI memang hanya menyediakan beberapa tiket khusus itu untuk kami, saya dan si bapak tadi.
Saya dan ayah si Vay langsung keluar dan lari agar tidak ketinggalan. Soalnya takut kelewatan, dan kita juga tidak tahu ini akses tiket ini sejauh apa. Mbaknya Vay tinggal, untuk menjaga Vay bila tiba-tiba ingin pipis atau gimana.
Masuk dari pintu II, ternyata sudah full, pastinya. Lokasi yang tadi dikatakan oleh si mbak BNI itu ada di sudut sana, dan ya, sebelahan dengan jembatan. Tapi ya gak mungkin kosonglah, udah jam delapan gitu lho. Saya dan suami pun akhirnya berdiri saja di tangga, karena tujuan kami hanya ingin memotret Vay, setelah itu keluar. Suasana GBK luar biasa hebohnya, dan ya, ini adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di stadion ini. Melihat langsung lapangan yang selama ini hanya dilihat saja dari layar televisi. Bapak-bapak di sisi kiri saya sempat protes halus karena pandangannya terhalang, jadi ya kita say sorry dululah. Lalu saya katakan bahwa saya hanya ingin memotret anak saya yang jadi escort, makanya numpang berdiri sebentar saja di tangga.
Pukul. 20.10 WIB
Gemuruh suara penonton terdengar setiap kali announcer menyebutkan nama-nama pemain. Tak berapa lama, anak-anak terlihat masuk dan berbaris di jembatan. Saya lihat seorang pria kulit putih berkaos putih berbicara sambil menggelengkan kepala dan menggerakkan tangan pada mbak-mbak dari BNI yang tadi ikut masuk mengantar anak-anak. Sekali lagi, harus clear. Yang boleh ada di sana hanya kakak pendamping yang membawa masing-masing tim escortnya.
Vaya ada di urutan terdepan, dan….. astaga! Si Vay itu masih saja joget-joget. Dia kelihatan mengobrol dengan anak laki-laki montok yang dari Medan itu. Tak lama, kakak pendamping datang dan mengajak Vay kembali lagi ke barisan. Lalu begitu lagi. Sudah baris rapi, eh dia main lagi, keluar dari barisan lagi, dan kakak pendamping datang lagi merapikannya. Duh, Vay…. kok gak bisa diam sebentar sih? Kayaknya kok santai banget dia menghadapi situasi itu, gak pengertian gitu sama maminya yang sudah mau pingsan melihat dia dari jauh. LOL.
Saya semakin deg-degan saat pemain-pemain terlihat lalu lalang dan tos-tosan dengan semua anak. Dan, semakin deg-degan lagi saat saya lihat dua maskot Chelsea sedang melenggang di atas jembatan. Mati kita! Bagaimana kalau Vay tiba-tiba shock begitu sadar ada ‘badut’?
Menit-menit menjelang pemain masuk adalah menit-menit kami jantungan. Dan kemudian, bismillah. Pertandingan sudah dimulai. Suara ayah si Vay mengangetkan saya. “Itu si Vaya sudah keluar! Gile, beneran, dia dapatnya John Terry! Itu dia, yang bawa bola merah itu.”
Saya melihat Terry melangkah masuk dengan santai, tangan kirinya memeluk bola merah, dan tangan kanannya menggandeng anak perempuan kecil berkuncir. Anak kecil itu terlihat melangkah cepat berusaha mengimbangi langkah lebar Terry. Hati mami Vay pun serasa mau meledak. Anakku, si lincah yang mungil itu, digandeng oleh John Terry, kaptennya Chelsea FC! Betapa beruntungnya dia! Sementara kami hanya bisa melihat Terry dari kejauhan, si Vay malah gandengan dengan Terry! Vay kelihatan celingak-celinguk, kayaknya dia penasaran ingin lihat wajah-wajah para pemain dengan jelas.
Dan karena Vay memang menempel pada Terry, sementara pusat perhatian semua mengarah ke Chelsea FC, maka wajah Vay lama sekali muncul di layar (begitulah yang dikatakan oleh suami saya, juga Omanya yang menonton di Medan). Tapi saya tidak bisa berpaling melihat layar, karena berusaha merekam detik-detik bersejarah itu di tengah kepungan para penonton lain yang juga berdiri ingin melihat.
Bapak-bapak yang tadi protes bertanya, “Bagaimana? Dapat?” “Dapat, Pak! Itu yang tadi digandeng Terry, itu anak saya, Pak!” Dan mulut si bapak itu langsung membulat dan matanya membesar.
Ini dia videonya (jangan lupa untuk set quality ke yang tertinggi). Rekaman pertama adalah ketika anak-anak masuk, terlihat Terry mengarahkan Vay ke depannya sedikit, karena Vay salah baris sepertinya. Dan rekaman kedua adalah ketika para pemain bersalam-salaman, dan anak-anak bingung harus ikut atau balik. Pada tarik-tarikan. Ah, entah apakah itu karena ada instruksi yang kurang jelas dari kakak pendamping atau bagaimana, tapi pemandangan itu lucu sekali. Anak-anak akhirnya bergandengan kembali masuk ke arah jembatan.
Maafkan kenorakan saya ini, tapi kemarin malam, saya merasa jadi ibu yang paling beruntung dan paling bahagia di dunia. Meski saya tak bisa foto bareng Terry (seperti suami saya) atau melihat dari dekat (seperti Vay yang sudah digandeng pula!) tapi saya bangga dan senang karena minimal saya ada di sana untuk mengabadikannya. Meskipun sulit sekali karena terdorong sana sini, sehingga hasil foto dan video juga ada yang blur. Mudah-mudahaaaan nanti dikirim foto bagusnya sama BNI.
Kami menonton jalannya pertandingan selama beberapa saat, sebelum kemudian bergegas kembali ke ruang pers. Menjemput Vay. Eh! Kosong? Ternyata dia sudah keluar sama mbaknya dan lagi main ke VVIP di atas dengan panitia BNI tadi. Setelah mengucapkan terima kasih, kami pun permisi pulang. Memang tidak ingin menonton di GBK. Kenapa? Pertama, karena Vay pasti sudah lelah sekali. Kedua, saya dan suami sama-sama tak bisa menerima kenyataan bila ternyata tim BNI All Stars dibantai oleh Chelsea FC. Jelas dong kami cinta tim Indonesia juga. Jadi lebih baik tunggu berita saja deh, daripada sakit hati nontonnya. Huhu…. dan teryatata memang dibantai 8-1.
Saya tak tahu apakah ada dari teman-teman yang kemarin malam menonton pertandingan Chelsea FC dan BNI All Stars di MNC TV dan sempat melihat Vay. Tapi saya penasaran sekali, karena saya tidak melihat dari dekat, jadi tidak tahu ekspresi Vay seperti apa. Kalau kata mami saya di Medan sih, dia kelihatan baik-baik saja, tidak grogi. Tadi, saya pulang agak malam dan baru ngeh kalau ada siaran ulangnya di MNC Sports2. Lihatnya di tengah-tengah pula. Tapi hari Minggu besok 28 Juli, jam 14.30 ada lagi siaran tundanya. Mudah-mudahan terkejar saya bisa nontonnya.
* * *
Akhir kata dari postingan yang sangat panjang ini, kami jelas sangat bersyukur, berterima kasih pada BNI, karena anak kami Vay beruntung mendapatkan kesempatan yang belum tentu didapatkan oleh orang lain, dan juga belum tentu datang dua kali. Ini memang sudah rezekinya Vay. What a beautiful moment. Tak perlu bayar, tak perlu minta katabelece, tak perlu punya jalur khusus, kalau memang sudah rezeki, maka tidak akan kemana. Alhamdulillah.
**update terbaru 27 Juli 2013 13.00 : kesampaian juga saya nonton siaran tundanya di TV, dan berhasil juga difoto. 🙂
Sumpah keren banget, adek vay bis agandengan tangan sama jonh terry. Semua orang berharap bisa salaman ama dia 🙂
Walah, saya yang baca ikut deg-degan bacanya. Kalau saya yang jadi ortunya di Vay, pasti udah pingsan duluan karena kegirangan, haha.
Padahal saya sempat nonton lho pertandingannya, tapi di awalnya malah ndak nonton, apalagi memang ndak tau ada Vay disana. 😀
Haha…. itu dia, ini maminya Vay sampai lemesss waktu lihat dia masuk lapangan bareng John Terry. Masih ada siaran ulangnya sih, di MNC Sports 😀
waduh betapa beruntungnya dikau Vay :), coba pura2 nangis trus minta digendong ama John Terry .. Hehehehe
Hahah….. Aduh kalau dia nangis, maminya bisa panik di atas…
waaaah..Vay…aku fansmu wekekeke
Asleeee beruntung bgt Mba..:D
Mana yang ganteng Kapten Chelsea lagi 😀
Hehee…. memang lucknya Vay ini yaa…
aku mau juga dong di gandeng John Terry 🙁
ikut bangga seperti mami Vay….. digandeng John Terry .. waw
alhamdulillah Vay, mulus ya…, kok bisa nggak jejeritan liat badutnya ?
O iya, ternyata dia sadar klo ada badut, tp mungkin dia malu jg di tengah org banyak yg ga dia kenal dia takut badut… mau ga mau jadi terapi juga kemarin itu…
dua postinganya panjang-panjjng ya Kak. Tpi sukaa bacanya. Kerasa ikut deg-degan liatin Vaynya. Hihihi.
Hehee…. ya gitulah, orang tuanya yg deg-degan…