Kemarin malam nonton berita di tv, ada bagian pesawat yang jatuh di pemukiman penduduk. Diduga adalah bagian dari pesawat Hercules.
Berikut kutipan dari detik tentang si Hercules : “Rentang sayap C-130 Hercules mencapai 40,4 meter (132,6 feet), panjang badannya mencapai 29,8 meter (97,75 feet) dan tingginya 11,9 meter (38 feet). Sementara berat kosongnya mencapai 33 ton.
Namun dengan 4 mesin turboprop, si tambun ini mampu membawa beban lebih dari 30 ton pada kecepatan 621 km/jam (335 knots) dan pada ketinggian 3.658 meter (12.000 feet). Dalam keadaan tanki penuh, C-130 Hercules juga mampu terbang sejauh 6.000 km tanpa perlu melakukan pengisian bahan bakar.”
Tidak salah memang pesawat besar itu dinamakan Hercules. Ngeliat bodinya aja udah keliatan keker. Pesawat ini memang seyogyanya digunakan untuk keperluan militer, tapi bukan berarti tidak diberdayakan juga untuk sipil.
Waktu kecil, kalau kamu yang di Biak mau liburan ke Jakarta, kami sekeluarga pasti naik Hercules. Pagi-pagi buta jam 3 jam 4 dengan terkantuk-kantuk pasti sudah nongkrong di bandara TNI AU di Biak (I forgot the name).
Untuk tujuan Jakarta, perjalanan yang ditempuh setengah hari, makanya memang harus sepagi mungkin. Hercules akan singgah dulu ke beberapa kota, biasanya ke Surabaya, Ujung Pandang, Makasar, lalu tentu saja ujungnya ke Jakarta.
Hebatnya, Hercules ini memang tangguh luar biasa. Memang sih, suaranya berisik, tapi di dalam luas. Wajarlah, soalnya kursinya juga dari jaring-jaring gitu, bukan seat yang keren kayak pesawat komersil. Pokoknya persis kayak di film-film perang gitu, duduknya berjejer *kayak di bus, hadap-hadapan, lalu tinggal tunggu aba-aba komandan untuk terjun payung. Hehehe…
Biasanya di setiap penerbangan juga ada cargo, dan para lelaki atau anak-anak muda suka duduk-duduk di atas packing cargo itu. Persis kayak naik kereta api. Jaman itu, terbang berjam-jam dengan model pesawat tentara, mungkin tidak begitu nyaman. Tapi karena dari kecil sudah terbiasa, jadi ya santai aja tuh. Harga tiket Hercules juga relatif murah, jadi untuk daerah jauh kayak Irian (Papua), memang Hercules jenis transportasi yang paling laris. Kalau kejadian pesawat rusak, juga pernah. Waktu itu kita mau pulang ke Biak, dan di tengah perjalanan ternyata sayap kiri terbakar. Akhirnya pesawat mendarat di Ujung Pandang, dan bermalamlah semua penumpang disana.
Eh iya, tahu komplimen yang dikasih Hercules? Kalau pesawat komersil ngasihnya snack atau lunch box, di Hercules kita dikasih rokok! Iya, rokok. Biarpun saya dan abang saya waktu itu masih anak-anak, tetap dapat jatah rokok. Kami berempat jadi dapat 4 bungkus rokok. Saya suka ngumpulin rokok-rokok itu, lalu begitu sampai di Jakarta, saya kasih ke uwak saya, soalnya ayah saya memang tidak merokok. Kebetulan merknya memang sama dengan rokok si Uwak.
Well, siapa yang bisa nandingin saya berapa kali sudah naik Hercules? 😀
—————-
sumber foto disini.
blom pernah naek hercules
Fitra : ahahaha…. iya, gw br inget, klo ditimbang di atas timbangan barang yg gede itu kan? ekekeke…
starboard : iya, itu yg masuk berita itu loh..