Beberapa minggu terakhir ini saya sering ketemu dengan orang-orang yang bawaannya beteeee melulu. Sebenarnya bete sih boleh saja, manusia kan makhluk yang punya emosi, jadi kadang kala ketika emosi sedang naik turun, hati pun jadi kacau balau, mood hari itu pun jadi jelek. Biasanya kalau ada teman kita yang lagi bete, kita sebagai teman biasanya berusaha kasih semangat biar betenya hilang.
Tapi kalau yang bete orang lain yang sedang dalam konteks melayani kita sebagai pelanggannya? Yang ada pasti ikut emosi dan bete.
Kayak minggu lalu, waktu saya antar mami saya konsul ke dokter di RS di dearah Menteng. Karena dokternya belum datang, kami memutuskan untuk menunggu di kafe di bawah, di dekat kamar-kamar VIP. Saat memesan, saya dilayani oleh seorang pelayan cowok. Wajahnya datar, tanpa senyum. Saat menginput pesanan di layar komputer tidak sedikitpun dia melihat ke saya, bahkan saat menanyakan ulang pesanan juga tetap jutek. Wah pokoknya gayanya gaya bos besarlah. Setelah selesai input, dia cuma bilang totalnya 50ribu, tetap tidak melihat ke saya dan juga dan tidak memberikan struk. Oh, okelah gpp, mungkin nanti setelah pesanan diantar baru struk dikasih, begitu pikir saya.
Kira-kira lima belas menit kemudian, pesanan datang komplit. Nugget & Fries, Croissant, dan Ice Lemon Tea. Mami saya yang tadinya gak mau pesan minum, akhirnya pengen ikutan mesan karena Croissant-nya lebih enak kalau dicelup teh panas kan. â€Minta teh manis panasnya ya, satu.†katanya ke si pelayan cowok tadi, yang lagi bersih-bersih meja di sebelah kami. Dia menoleh dan bertanya sekali lagi untuk memastikan, tetap dengan nada datar dan tanpa senyum. Mami saya pun mengulang pesanannya.
Saya pun teringat struk yang belum dikasih. Saya tanyalah ke dia,â€Mas, sekalian sama struknya ya, yang ini belum dikasih struknya.â€
Dan dia menoleh dengan wajah kayak sebel gitu, â€Teh panasnya ini belum dibayar kan?†katanya dengan kening berkerut. Eh, monyet nih orang, ditanya baik-baik malah kurang ajar. Saya langsung jadi emosi. â€Loh, teh itu kan baru dipesan. Ya belum dibayarlah. Saya tuh minta struk untuk pesanan yang ini! Eh mas, gue dah ngomong baik-baik tadi ya. Lu jangan buat gue emosi.†Keluar deh ancaman itu. Dan si pelayan bodat itu berlalu dengan tampang betenya. Huh. Untung pas bayar teh panas itu, sudah dilayani sama kasir yang betul, cewek, dengan wajah yang adem. Jadilah saya gak jadi mengadukan si pelayan tadi ke manajemen RS.
Next. Beberapa malam lalu, saya order fried chicken ke rumah. Setelah menunggu setengah jam, pesanan datang. Asisten yang mengambil pesanan di depan pagar masuk membawa plastik berisi orderan. Memang kita gak pernah periksa ulang orderan, karena kalau pesan banyak, kan suka repot buka-bukanya di depan Masnya. Biasanya sih aman-aman saja tuh, soalnya setiap dua minggu sekali saya memang rutin order fried chicken untuk traktir asisten-asisten di rumah. Tapi kali ini, isinya ternyata salah. Saya kan order 4 potong ayam, 1 beef burger dan 2 fries. Nah paket ayamnya yang salah, harusnya 4 potong ayam, tapi yang diantar 2 potong ayam + 2 nasi. Saya pun telepon balik ke nomor DO nya, 140 sekian sekian itu. Si CS nya sih baik, dia bilang akan menelepon ke cabang Buaran yang tadi mengantar pesanan. Tak lama, telepon rumah bunyi. Dari kedai ayam di cabang Buaran. Si Mbak di seberang sana bilang, dia sendiri yang menyiapkan pesanannya tadi, 4 potong ayam, 1 beef burger dan 2 fries medium. Kesannya dia gak percaya kalau pesanan itu salah. Saya langsung jawab begini, â€Mbak, tolong dicek lagi di sistem, saya sudah berapa kali pesan ayam dari tempat Anda? Masa iya saya bohong demi 2 potong ayam? Mending kesini deh, lihat sendiri ini pesanannya.†Lalu saya dengar si Mbak bertengkar dengan seorang cowok di belakangnya, mungkin si Mas yang men-delivery tadi. Saling salah-salahan.
Setengah jam kemudian, Mas Delivery datang lagi dengan motornya. Kali ini saya keluar langsung untuk menunjukkan pesanan yang salah tadi. Belum lagi saya bicara, saya lihat wajahnya cemberut, seolah-olah saya yang salah atas kesalahan itu. “Ada kan ini?” katanya ketus sambil menunjuk kotak di tangannya yang berisi ayam pastinya. Ya iyalah adaaaa, namanya juga baru lu bawa… Grrrr…! Aihhh… ini orang-orang, elu kerja di perusahaan jasa, core lu di service, tapi gak ada jiwa melayaninya. Saya jadi malas untuk merepet, ah sudahlah, percuma aja. Menghabiskan energi saja.
Walaupun saya berusaha untuk memahami — si Mas ini mungkin capek karena harus bolak-balik, tapi kok aneh ya, tidak ada kata maaf sedikitpun. Even mungkin itu bukan salah dia karena tugasnya hanya mengantar, tapi bukankah setiap karyawan — apapun posisinya — adalah representatif dari perusahaannya?
Jadi heran, ini masih awal tahun tapi sudah banyak orang stress. Apa mereka juga gak dapat bonus akhir tahun kayak saya? *Hahahahaha curcol nih… 😀
Kalau ada yang bilang, pelayan juga manusia, ah! Itu hanya mencari pembenaran saja. Apa bedanya dengan petugas pom bensin yang setiap hari badannya bau bensin tapi dia tetap senyum melayani pelanggan? Apa bedanya dengan petugas telemarketing yang setiap hari harus menelepon puluhan customer tapi harus selalu menjaga nada suaranya agar tetap ceria?
Well. Semua orang juga punya masalah dalam hidupnya, tapi setidaknya saat lu kerja dan selama lu masih dibayar sama perusahaan lu, lu musti punya integritas di situ..
Mbak Kalo aku menyebut mereka yg tidak melayani dengan baik itu “tidak punya sense of serve” sama sekali….
jadi keinget awal aku di Duri, dan harus bertugas di daerah Bangko…ketika makan di warung makan, selesai memesan si mbak2 pelayan itu datang dengan nasi ditangan tetapi memberikan ke meja kami dengan cara…sedikit di lempar ohmygod!!! kaget lah aku dijakarta mana pernah dapet perlakuan begini!!! nah ternyata usut punya usut, kualitas melayani didaerah sini memang demikian adanya…jadinya lama-lama terbiasa deh…hehehehe
Sabar ya mbak zee kalo ngeladenin yg begitu 😉
Huah gile bener, nasi dilempar? Ck ck ck…
Hahahahah ini menarik….
Ketika di Indonesia, aku suka membayangkan bahwa orang-orang luar negeri akan ‘sangat profesional’ dan kejadian-kejadian seperti yang kau ceritakan tak bakalan terjadi…
Tapi, setelah beberapa waktu menetap di sini, aku melihat bahwa memang benar bahwa mereka tak lantas jadi ‘bete’ tapi JUSTRu lebih daripada itu, sekalinya mereka tersinggung oleh konsumen, larinya langsung ‘nge-sue’ dan mbawa ke pengadilan :))
Kupikir smua orang punya emosi, sepakat denganmu. Ada rentang dimana seorang bisa sangat tahan emosi dan ada saat pula dimana ia bisa lepas kendali. Profesionalisme menurutku tak lebih hanya sekedar menjaga supaya mood tetap di rentang itu 🙂
Sebenarnya sama aja ya, klo konsumen yang tersinggung jg pasti maunya langsung sue. Gitu deh, klo kerja gak ikhlas. Profesionalitas jd urutan sekian..
owiyah, jadinya baca cerita dikow yang pelayan bete ituh bikin emosi jiwa…
apalagi mba ayam yang nampagnyah gag percaya geto… seolah2 kita mo minta ayam ga bayar… ckckck…
aku pernah ngalamin dengan sebuah jasa kurir… awalnya nanya baik2 tapi lalu ada kebijakan yang membuat aku bingung karna dalam waktu 1 minggu bisa berubah2 3x, wajar dong aku nanya… menurut aku dia mulai nyolot dengan nada ga enak, jadi aku makin kenceng suaranya. n then, u know? dia dengan tenangnya bilang siapa yang suaranya kenceng duluan, ibu kan?
huaaaa…. bener2 deh nih si mas – gag ditraining buat behavior kale yah? alhamdulillah aku gag sampe keluar kata2 ga enak, hanya saja aku sempat bentak2 dia – gag terima lah, sebuah perusahaan jasa memperlakukan customer seperti itu.
trus si masnya mrepet terus sampai akhirnya aku bentak : kalo kamu (yang tadinya aku panggil mas / anda sampe jadi kamu saking betenyah!) – kalo kamu mw perusahaan kamu tetap exist, u better change your behavior! kedengaran dia masih mrepet, langsung aku matiin hp, kesal skalee… 🙁
Wah ga bener tuh orang mbak.
Kalau aku biasanya gak mau panjang lebar. Lgsg aja lapor ke atasannya.. 😀
Kalau nggak keterlaluan dan terpaksa, ya apa boleh buat…
Tapi saya tak akan kembali ke situ lagi..
zee, cuma baca…ga ngalamin aja…udah ikutan emosi jiwa…gue orangnya juga gampang banget kepancing emosi…lagi pengen nambah nambah stok sabar nih…btw pelayan itu dan mas delivery itu ga ada treningnya kali yaaa…wong itu emang tugasnya kan…melayani…kok betee…?? hahahaa…
iya bener.. paling kesel ama orang yang begitu… tapi yah we have to live with it, selalu ada aja orang2 kayak begitu dimana2…