konsultasi kesehatan mental

Konsultasi Kesehatan Mental Boleh Kok Jadi Pilihan

Minggu lalu, saya sedang duduk di bawah tenda pemeriksaan kesehatan gratis di Puskesmas. Ini adalah pertama kalinya saya melakukan pemeriksaan kesehatan lagi setelah terakhir kali tahun 2019, artinya 6 tahun lalu. Tadinya saya sudah hampir mau booking ke klinik medical checkup (like Prodia) untuk saya dan juga Vay, especially karena saya baru masuk usia golden age. Jadi sudah harus rajin dan rutin periksa tiap tahun.

Bahkan saya juga sudah cari-cari yang bisa visit ke rumah kayak pijat home service karena rasanya kok malas ya harus keluar rumah. Tapi anak saya bilang, kalau sehat untuk apa periksa-periksa, kan mahal. Memang anak saya itu pengertian ya hahah. Tapi kan ibunya sudah berumur, artinya harus periksa. Meski saya yakin saya cukup sehat karena saya menjaga diet saya dan juga aktif bergerak.

Lalu, entah awalnya dari mana, kayaknya sih dari Mobile JKN, saya dapat info kalau bisa Cek Kesehatan Gratis. Jadi ya sudah kenapa gak coba itu saja dulu. Kalau hasilnya ternyata meragukan baru nanti saya mungkin akan pergi ke klinik yang lebih detail.

Dan itulah awal cerita kenapa saya ada di Puskesmas Duren Sawit untuk pemeriksaan kesehatan. Pendaftaran sudah saya lakukan melalui SatuSehat, lalu juga sudah melakukan skrining kesehatan melalui aplikasi. Meski demikian ketika sampai di lokasi, tetap juga masih harus mengisi skrining kesehatan di kertas. Apa gunanya coba yang online kemarin.

Dalam formulir skrining yang harus diisi, selain mengenai kondisi kesehatan fisik, juga ada pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi emosi dan keseharian. Di situ tertera pertanyaan mengenai stres, kecemasan, atau suasana hati yang berubah. 

Seperti: Apakah Anda sering merasa cemas? (Ya iyalah masa enggak?)

Lalu: Apakah Anda merasa susah mengambil keputusan? (Kadang-kadang)

Apakah Anda pernah merasa putus asa dan tidak berguna (Oh ya jangan sampai)

Saya terdiam sebelum menjawabnya. Lalu membaca ulang kembali ke atas, bahwa itu adalah kondisi dalam 30 hari terakhir.

Semua pertanyaan itu memang penting, karena di tengah aktivitas sehari-hari, kadang kita lupa kalau tubuh dan pikiran berjalan berdampingan, tak terpisahkan. Saat itulah saya teringat bahwa konsultasi kesehatan mental bukan lagi sesuatu yang jauh dari kehidupan sehari-hari. Kini justru semakin relevan, karena kesehatan mental adalah bagian dari kesadaran bersama.

Ada Situasi yang Menggugah Emosi

cek kesehatan gratis di puskesmas

Saat lagi menunggu panggilan, datang seorang pria muda —mungkin usianya 30-an—dengan gerakan gelisah, langkah cepat, tapi ceria. “Udah nomor berapa ini Bu Ibu?” Dia langsung duduk di antara saya dan seorang ibu di sebelah kirinya. Ibu itu antrian nomor 5, dan saya nomor 6.

Tapi tak sampai lima detik, ia berdiri lagi, maju ke depan untuk mengambil antrian. Dia kelihatan sangat aktif dan chatty, petugas Puskesmas pun kelihatan cukup kelabakan menanggapi ocehannya.

Seperti ketika harus mengisi formulir, kan kita disuruh dismiss dari depan petugas, nah dia sepertinya ketinggalan dompet di meja petugas (karena baru keluarin ktp), si ibu petugas gak sabaran sekali suruh dia segera ambil dompetnya. “Oke.. oke… tenang. Segera.” Katanya.

Dan tak lama, dia kembali ke kursi di sebelah saya. Ibu di sisi kirinya sudah dipanggil masuk. Lalu tanpa permisi, si anak muda itu mulai bercerita lantang tentang kondisi dirinya. Seperti ada beban yang terlalu penuh di kepalanya, dan ia memaksa siapa pun yang ada di dekatnya untuk mendengarkan.

Awalnya dia ngomong ke bapak-bapak di seberangnya. 

“Pak, untung tadi bos saya paham. Saya bilang event jam 3 masih bisa kok diundur.” Si bapak tak merespon karena tidak tahu kalau dia yang diajak ngobrol.

Si anak muda langsung mencolek si bapak dan bapaknya pun menoleh. Dan dia mengulang lagi ceritanya. Si bapak kelihatan sedikit kaget, tapi kemudian melanjutkan lagi melihat handphonenya.

Anak muda ini tak berhenti. Dia lanjut curhat ke saya. Dia cerita tentang hasil cek gula darahnya tahun lalu, lalu tentang bapaknya yang selalu makan nasi kuah padang, dst. Saya ah oh saja.

Saya mengamati situasi itu. Bukan karena terganggu, tapi karena saya melihat sesuatu yang lebih dalam di balik perilakunya: seorang manusia yang tampak kelelahan, dan mungkin saja sangat kesepian. Dan jujur saja, saya bisa melihat sedikit diri saya di sana.

Setiap Orang Punya Perjuangan Masing-Masing

Dalam hidup ini, setiap orang punya cerita yang tidak selalu terlihat. Bahkan orang yang tampak paling tegar pun bisa menyimpan pergulatan batin yang tidak kecil. Saya percaya, tidak ada satu pun dari kita yang benar-benar “baik-baik saja” sepanjang waktu.

Di usia saya sekarang, saya semakin menyadari betapa pentingnya ruang aman untuk berbicara. Untuk merasa didengar. Untuk diperhatikan. Kita semua punya fase ketika ingin menyeruak, sama seperti pemuda tadi. Bedanya, sebagian dari kita belajar menahan, menyimpan, atau menyamakan ritme dengan lingkungan.

Namun, ini tidak berarti beban yang kita bawa menjadi lebih ringan.

Dan di momen itu, saya teringat bahwa mencari bantuan bukan tanda kelemahan.

Saya Pun Sama, Ada Waktu Ketika Saya Butuh Didengar

Ada kalanya saya merasa penuh, lelah, atau kewalahan oleh hal-hal kecil yang menumpuk. Ada juga saat ketika saya hanya ingin bercerita, bukan untuk mencari solusi, tetapi agar ada seseorang yang mau mendengarkan tanpa menghakimi.

Saya pernah berada di posisi ketika hati terasa sesak, tetapi tidak tahu siapa yang harus dihubungi. Pada saat itu, saya memahami bahwa perhatian dan percakapan sederhana bisa menjadi tempat bernafas.

Itulah mengapa saya semakin percaya bahwa berbicara dengan tenaga profesional bukanlah suatu hal yang tabu. Justru sekarang, aksesnya semakin mudah—dengan banyak layanan konseling online, konseling psikolog online, bahkan psikolog online gratis yang disediakan oleh lembaga resmi.

Setiap orang berhak mendapatkan ruang aman untuk pulih.

Baca juga: Tips Membantu Orang Lain dengan Masalah Kesehatan Mental

Tak Ada Salahnya Mencari Bantuan Bila Diperlukan

Saat melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas medis, biasanya kita diminta mengisi formulir skrining awal. Saat ini, banyak klinik dan rumah sakit yang sudah memasukkan skrining kesehatan jiwa dalam formulir tersebut. Ini adalah tanda bahwa kesehatan mental sudah dianggap bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) kini menyediakan layanan skrining kesehatan jiwa yang bisa diakses secara gratis melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile. Fitur ini memungkinkan siapapun melakukan pengecekan awal kondisi psikologis secara mandiri — hasil skrining dapat dijadikan acuan awal bagi tenaga kesehatan untuk tindak lanjut.

Tidak semua orang membutuhkan terapi jangka panjang, tetapi semua orang berhak mendapatkan bantuan saat merasa tidak sanggup menghadapi sesuatu sendirian.

Dan itu adalah alasan mengapa layanan gratis dan resmi menjadi jembatan penting bagi siapa saja yang mungkin sedang dalam masa sulit.

Layanan Konsultasi Kesehatan Mental Gratis: JAKCARE dan Aplikasi JAKI

Salah satu layanan yang sangat membantu masyarakat adalah JAKCARE, layanan konseling dari Pemprov DKI Jakarta yang menyediakan konsultasi psikologi gratis, bahkan layanan psikolog online 24 jam bagi situasi tertentu.

Beberapa bentuk layanan yang tersedia mulai dari hotline bebas pulsa JAKCARE: 0800-1500-119, lalu layanan psikolog melalui aplikasi JAKI, juga informasi rujukan untuk pemeriksaan lanjutan.

Selain itu, terdapat berbagai opsi tes kesehatan mental online gratis melalui fasilitas pemerintah, seperti tes skrining dari Puskesmas atau platform digital resmi Kemenkes.

Layanan-layanan seperti ini bukan hanya solusi, tetapi juga bentuk pengingat bahwa kesehatan mental adalah tanggung jawab bersama—bukan hanya milik mereka yang “terlihat” sedang dalam masalah, tetapi juga untuk siapa pun yang ingin tetap waras dalam kehidupan yang semakin kompleks.

Ruang yang Kita Butuhkan Bersama

Ketika akhirnya nama saya dipanggil untuk masuk ke ruang pemeriksaan, saya masih memikirkan pemuda tadi. Mungkin ia hanya membutuhkan tempat untuk disimak. Mungkin ia sedang mencari pegangan. Atau mungkin ia sedang berusaha keras untuk tetap bertahan.

Saya pun menyadari hal yang sama berlaku untuk diri saya sendiri, dan mungkin untuk banyak orang di luar sana. Kita semua pernah berada di titik ketika tumpukan kecil masalah membuat napas terasa sesak.

Di usia saya, saya belajar bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kekurangan. Justru itu adalah tindakan paling berani yang bisa dilakukan seseorang. Jika tubuh membutuhkan pemeriksaan rutin, maka pikiran pun demikian.

Dan mungkin itulah inti dari semuanya: kesehatan mental adalah kesadaran bersama.

2 jam kemudian saya selesai

Hasil skrining kesehatan saya juga cukup melegakan: gula darah, tekanan darah, rekam jantung, dan pemeriksaan IVA dinilai dokter dalam kondisi baik. Petugas yang periksa juga terlihat semangat mengetahui hasilnya bagus semua. Dia menyarankan saja saya rutin minum Vitamin D agar pegal linu bisa berkurang. Dan, saya hanya perlu menunggu hasil lengkapnya keluar untuk memastikan semuanya benar-benar aman. Alhamdulillah.


Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.