Memang mencari lahan hijau di Jakarta itu kan tidak mudah ya. Dengan adanya musim kemarau panjang seperti sekarang ini, yang tadinya masih ada sedikit hijau-hijau yang bisa dilihat, sekarang susah menemukannya. Agak miris sebenarnya, melihat taman di depan rumah – yang waktu itu saya bilang baru direnovasi sehingga jadi layak – yang awal tahun masih hijau dan rimbun, sekarang kering kerontang. That’s why ya, tolong dicatat bagi yang ingin serius mengelola taman, sistem pengairan dan penyiraman itu wajib ada. Bandingkan saja rumput di Monas dengan rumput di pulau jalan Medan Merdeka Selatan, itu yang disebut dengan perbedaan kasta. Hahah… rumput aja beda kasta ya.
Tadi pagi, saya bersama Vay, mbaknya, dan tante saya, pergi main ke Ecopark, Ancol. Masuk tol, tidak sampai setengah jam sudah sampai di Ancol. Ini pertama kalinya kita ke sini, maksud hati memang ingin lebih memperkenalkan Vay dengan alam, agar tidak melulu kenal dengan mall, mall, dan mall saja. Beberapa kali muter-muter akhirnya ketemu juga pintu masuk utama Ocean Ecopark, dengan parkiran yang lumayan penuh untuk ukuran pagi hari.
Ecopark ini adalah sebuah taman besar seluas 33,6 Ha yang dibangun untuk jadi pusat paru-paru baru di kawasan Ancol. Di dalamnya ada ribuan tanaman hijau dan langka, danau, dan beberapa kanal pemeliharaan hewan, seperti rusa, simpanse, angsa, dan domba. Ada empat kawasan di sini, yaitu Eco Energy, Eco Care, Eco Nature, dan Eco Art. Untuk masuk ke Ecopark, kita tidak perlu membayar tiket lagi. Jadi ya cukup bayar tiket saat masuk Ancol saja (Rp.15.000 perorang).
Sebenarnya ada beberapa pintu berbeda yang bisa digunakan untuk masuk ke dalam Ecopark, namun bila kita masuk dari pintu utama – melalui Mercure Hotel Ancol – kita bisa mendapatkan informasi lengkap di situ, termasuk bila ingin mendapatkan info seputar penyewaan sepeda, Segway, dan Buggy Car (mobil golf). Tapi saya lihat tadi ada juga pengunjung yang membawa perlengkapan lengkap untuk piknik, dan memang diizinkan oleh pengelola, tentunya harus menjaga kebersihan ya. Selebihnya banyak keluarga yang bersepeda di sini, seems fun dan secure, karena Ecopark menyediakan jalur sepeda sendiri yang berbeda dengan jalur pejalan kaki (yang gabung dengan jalur kendaraan taman or buggy car). Nah, memberi makan ratusan ikan di danau adalah kegiatan yang paling disenangi anak-anak. Tapi tidak boleh kasih makanan lain selain pakan ikan, yang bisa dibeli di loket dengan harga Rp.5.000. Huhu…. Vay senang banget waktu lihat ikan-ikan berebut makanan.
Masih banyak hiburan lain yang bisa dinikmati sebenarnya, seperti Eco Handboat, Waterball, Fun Boat Cruiser, dan laser show Fantastique di malam hari. Semua paket ini bisa dinikmati dengan membayar Rp.125.000 untuk weekend. Tadinya sudah mengantri di dermaga untuk naik Cruise, tapi tidak jadi karena saya lihat si tante sudah kelihatan capek sekali. Vay sempat marah karena dia pengen sekali naik perahu, tapi saya janjikan lain kali saja, kan kita sudah tahu situasinya seperti apa. Kalau naik Cruise, kita bisa keliling danau kemudian berhenti di pulau dan memberi makan fauna. Gpplah, next time ya Vay.
Oh ya, untuk mengelilingi semua taman, kalau tidak ingin capek – terutama yang membawa orang tua – bisa bersantai menikmati Ecopark dengan menyewa buggy car. Kita tadi keliling pakai ini, jaminannya SIM A, dan bayar Rp.90.000 untuk sewa setengah jam. Keliling, berhenti sebentar, foto-foto, habis itu melaju lagi. Asyiikkkk… angin sepoi-sepoi.
Dari Ecopark, kita keliling-keliling Ancol sebentar, biar Vay tahu pantai juga. Sudah semakin panas, tapi tetap banyak yang berenang di pantai. Di Ancol ini, ada Dufan dan Atlantis yang belum dimasuki Vay. Saya tawarkan tadi apa mau main air di Atlantis, tapi doi gak mau. Ya sud, berarti Mami hemat. :p
Mungkin tidak bisa dibilang murah juga kalau setiap minggu ke sini, karena masuk Ancol kan bayar hampir seratus ribu dengan mobil, tapi sekali-kali tidak apalah rekreasi ke Ancol. Banyak yang bisa dipelajari dari alam, right? Bisa lihat langsung domba di depan kita yang jaraknya hanya semeter, lihat rusa, lihat simpanse, ratusan ikan warna-warni. Saya sih prefer datang ke sini lagi nanti, untuk piknik. Pasti fun!
Pingback: Family Time « Secangkir Teh Susu
Pingback: Field Trip ke Outbound Holic « Secangkir Teh Susu
Ancol itu seharusnya menjadi area publik yang bisa diakses secara gratis, seperti Monas. Tapi industrialisasi wisata sudah bikin semua itu mahal.
Sudah terlanjur diduitin sih..
Nah itulah Ancol itu. Mahal banget. Bahkan mau masuk ke Dufan pun luarrrrr biasa muahalnya.
90.000 sewa setengah jam? Cukup ngga tuh setengah jam? Kalau sejam 180.000….. mahal juga ya
Kalau yang ginian pasti suamiku suka, aku sih ngga begitu suka, soalnya panas hehehe
Kalau sejam 120rb sih klo gak salah. Setengah jamnya memang lebih mahal…. hbs kalo sejam kelamaan juga…. keliling cuma 20 menit kelar. Tp kemarin aku boleh pakai sampai 45menit… bonus :D.
ingin jakarta punya taman kayak gini, yg ga bayar 😀
Monas sih ga bayar, tapi gersang dan full asongan hehheee…
wah, keren nih…
smoga lebih banyak pengembang/investor yang mau bikin spot-spot kayak gini di Jakarta, dan tetep dijaga-rawat dengan bener… jadi kayak beberapa tempat di Eropa- nyaman untuk duduk-duduk, piknik keluarga, sambil ngasih makan merpati…
Jakarta udah penuh sesak dengan mall-mall deh… dan mall begini “pelit” penghijauan deh…
Bener mbak, kalau pagi mungkin masih panas. Tapi sore2 duduk di sini pasti enak banget….
Wah keren kalau di Ancol ada beginian..
Kemarin Juli sempat mampir ke Ancol juga buat masuk ke Sea World.
Gimanapun juga Ancol mesti dijaga sih. Mahal dikit gpp asal dirawat beneran biar tetep jadi tempat menarik buat liburan keluarga selain mall dan mall dan mall :))
Setuju Don. Semacam Ancol, TMII itu wajib dimaintain benar-benar, bisa jadi hiburan paling menarik buat keluarga…