Lagi ingin cerita tentang kegiatan saya.
Siang ini saya absen bawa bekal dari rumah. Sengaja. Soalnya sudah janjian sama beberapa teman mau lunch bareng. Tadinya sih mau ke Grand Indonesia (ah, GI lagi GI lagi…). Tapi hujan deras membatalkan rencana. Daripada kena macet, jadi kami memutuskan makan di Sabang saja. Makan masakan Manado.
Saya dan kedua teman saya ini, berteman sejak kami sama-sama masih berkantor di Medan. Chap, seorang dari kami sudah resign lalu diterima jadi PNS. Syukurlah lusa doi sudah masuk karantina prajab. Sungguh penantian yang cukup lama mengingat selama hampir enam bulan dia tidak menerima gaji, hehee…..
Sementara seorang lagi, si Lin, masih berkantor yang sama dengan saya but beda divisi. Ini si Miss Fashionista yang pernah saya ceritakan dulu di postingan Uangku Bukan Uangmu. Dia adalah teman makan siang saya setiap hari Jumat – kecuali kalau Lin sudah dibooking duluan oleh teman-temannya yang lain, maka saya pergi lunch sendiri atau kadang barengan teman-teman seruangan yang mau ke GI juga (halah GI lagi).
Satu hal yang saya sadari adalah, ternyata saya orang yang cukup setia pada kawan. Lihat saja betapa saya setiap Jumat lebih sering lunch dengan Lin daripada dengan teman lain. Kalau Lin berhalangan, maka saya kemungkinan besar pergi sendiri alih-alih mengajak teman lain. Atau jangan-jangan ini berarti teman saya sedikit? Hehee… tidak begitu, karena sebenarnya ini hanya masalah kebiasaan saja. Kalau lunch, biasanya sama Lin, kalau chating biasanya sama Wid or Elz (satu di Medan satu di Bandung), or Chap, dan kalau ngobrol urusan ‘jadi orangtua’ biasanya triangle dengan Elm dan Fahm, teman depan dan kiri kubikel. Jadi bisa dikatakan bahwa setiap orang sudah punya porsinya masing-masing, begitulah kira-kira…
Bisakah porsi dan kebiasan itu diubah? Bisa saja, kalau mau. Tapi saya pikir porsi yang ada sekarang masih cukup pas kok.
Sebagian besar teman yang saya sebutkan di atas itu teman-teman dari Medan semua. Ah, kok anak Medan lagi? Apa saya gak gaul? Iyaaa…. memang saya gak banyak gaul lagi sejak pindah ke Jakarta, hehee.. Sudah jadi ibu, jadi anak adalah prioritas utama, jadi saya pikir yang terpenting adalah memantain hubungan baik saja dengan teman-teman lama. Sebab menjalin pertemanan itu butuh waktu bertahun-tahun agar kami semua bisa saling klop dan paham sifat satu sama lain.
Lalu bagaimana dengan makan siang kami tadi? Tadi kami makan masakan Manado, tapi pilihan menunya tadi bukan yang pedas-pedas, yang standar saja, seperti cakalang suir. Kurang nendang sebenarnya, seperti kurang kenyang padahal tadi sepertinya porsi nasinya lumayan banyak hehee… Hmm bicara porsi memang seharusnya serba pas ya, pas di perut, pas di hati. Kalau terasa sudah tidak pas, sebuah porsi bisa ditambah ataupun dikurangi. 🙂
Ah…
Intinya… Sebenarnya saya cuma lagi kangen sama kota Medan.
Aku suka sekali masakan batak dan manado…
Babi Tinorasak dan saksang… nyam nyam 🙂
cerita ttg bakar sate qurbannya mana nich?…. 😀
Nggak pernah makan makanan medan
atau aku pernah makan tapi nggak tau namanya ya. 😀
Kalau utk saya pas di perut, pas di hati, pas di kantong juga, hehehe.
Jadi Kak Zee dari Medan ya? Hmm, saya selalu membayangkan enaknya tinggal di luar Jakarta.
buat gw, Medan emang juara buat kulinernya…
dulu gw naik 1 kg waktu training Medan selama 8 hari
tahun ini temen gue yang training disana, trus gue rekomen semua tempat makan (gw tulis di blog sih) dan….dia naik 2 kg!
hayah! balik ke kantor persis sapi mau dipotong…
sungguh persahabatan sejati walau berjauhan tapi tetap komunikasi
apapun makanannya yg penting kebersamaan nya ya 🙂