[Foto ini diambil ketika melewati Danau Toba. Awalnya tertarik karena ada awan coklat sepanjang jalur, yang mungkin saja awan polusi akibat erupsi Gn Sinabung]
Rindu sini dan juga rindu sana! Itu yang saya rasakan begitu pesawat mendarat dengan sedikit hentakan dikarenakan cuaca di luar hujan. Saya baru saja pulang dari Medan siang tadi, setelah menghabiskan weekend di sana. Setelah sebualn santai-santai di Jakarta, si Mami sudah kepengen pulang untuk cek rumah di Medan, makanya hari Jumat kemarin sayalah yang mengantar mami saya pulang. Vay tidak ikut karena ini adalah minggu-minggu ujian semester.
……..
Waktu kemarin di Medan, rasanya rindu sekali sama Vay, dan sepi di sana karena tak ada suara anak perempuan yang talkative itu. Nah tadi begitu tiba di Jakarta lagi, eh sudah rindu Medan lagi, sudah rindu lagi sama orangtua. Tak sabar ingin segera lebaran, biar pulang lagi ke Medan.
Nah, karena saya hanya punya waktu singkat untuk explore Medan benar-benar, maka saya tak mau sia-siakan untuk keliling kota, membiarkan kenangan-kenangan lama di laci kepala berebut mencari kunci untuk keluar. Banyak perubahan di kota Medan, namun banyak juga yang tak berubah. Banyak jalan rusak dan berlubang di kota Medan, tapi banyak juga pembangunan. Sekarang ini, sedang dibangun tol dari Medan ke Tebing Tinggi, yang artinya ini akan mempersingkat waktu kalau ada turis yang mau ke Danau Toba. Goodlah, bayangkan saja betapa effortnya kita kalau mau ke Danau Toba. Total perjalanan dari Medan itu empat setengah jam. *Fiuh, masih terbayang tahun lalu saya nyetir PP Medan-Parapat, sampai betis pegal. Cerita tentang Parapat itu bisa baca di sini.
Main ke SMANSA, tentu saja sekarang sekolah itu sudah lebih bagus dibanding ketika saya lulus dari sana. Bagian depan yang dulu tanah, sekarang sudah disemen. Masuk ke dalam, sudah ada jeruji pembatas antara pintu masuk ke areal sekolah dengan lapangan. Saya intip ke dalam, kelas-kelas masih sama bentuknya, bercat kuning. Ya ampun, sudah lama sekali saya lulus SMA! LOL. Wajah-wajah yang ada di situ – saya rasa mereka guru – kelihatan masih muda, mungkin sepantaran atau ada yang di bawah saya umurnya. Mereka sedang mengobrol sambil mencuri-curi pandang, penasaran kali ya, siapa ini yang datang.
Sayangnya saya tak sempat lanjut mengunjungi almamater lainnya, FE USU. Mungkin nantilah ya, bareng teman-teman alumni saat lebaran.
Kulineran! Yes, ini yang pasti harus dilakukan kalau mudik ke Medan. Kalau pas mudik tak semua sempat dikunjungi, karena kita sudah balik ke Jakarta ketika aktivitas normal dimulai, dan ketika itulah warung-warung makan andalan juga baru buka.
Jumat, malamnya kami sekeluarga pergi makan di luar. Tidak jauh-jauh, yang dekat rumah saja, daerah Cemara Asri. Kita makan di sebuah restoran seafood, RASA. Yeah, lumayanlah rasanya.
Lalu yang paling wajib. Lontong sayur! Lontong sayur Kak Lin di SMANSA. Aduh, kalau diingat-diingat sekarang, langsung ngences. Mau foto aja saya gak sabar, saking sudah gak sabar pengen segera melahap lonsay. Lonsay Kak Lin ada yang biasa, ada juga yang pakai pecel. Saya lebih suka yang biasa, dan dengan segelas es teh tawar kemarin, saya membayar Rp18,000. Eniwei, saya sempat bingung saat memesan “es teh tawarâ€, mendadak lupa dengan ‘bahasa’ Medan untuk itu. Masnya langsung mengulangi, “teh pait dingin?†dan saya mengiyakan. “Iyaa..!†Sama seperti malam sebelumnya, saya pesan “teh tawar panasâ€, dan baru ngeh ketika dibetulkan menjadi “teh tongâ€. Maklumlah, ya. Jarang pulang jadi mulai lupa.
Dimsum. Malam minggu saya ditemani Mami meluncur ke Cambridge. Harus kesampaian makan dimsum di Nelayan. Jangan sampai enggak. Haduhhhh ini memang nikmat banget. Nanti harus makan lagi kalau pas mudik.
Sempat juga mengeksplor sebuah butik coffee, Coffeeholic. Tapi saya tak bisa cerita banyak karena mesin kopinya lagi ngadat, jadi yang saya minum hanyalah Thai Ice Tea biasa. Tapi roti bakar srikayanya enak, keringnya pas. Seharusnya pengen nambah sih, tapi karena tak ada kopinya itu jadilah saya kurang berselera. Thai tea, terlalu manis buat lidah saya.
Belanja oleh-oleh, ini juga tak lupa. Karena sudah lama sekali gak makan bika ambon, itu yang jadi pilihan saya untuk oleh-oleh. Bika ambon, coklat Apollo, dodol-dodol, dan kacang Sihobuk! Ini adalah kacang khas dari Tarutung, yang proses pembuatannya dipanggang dengan pasir. Rasanya khas sekali. Jelas beda dengan kacang bungkus yang ada di supermarket. Jadi kalau ke Medan, pastikan untuk membeli oleh-oleh khas Sumut ini ya.
Bicara soal teman. Saya tak berencana ketemu banyak orang, hanya ada dua teman dekat yang ingin saya temui. Namun sayang, waktu yang kurang pas tidak memungkinkan kami untuk bertemu Ya, sudahlah, tak apa, semua sudah punya kehidupan masing-masing, yang penting masih tetap bersilaturahmi.
Selebihnya, buat saya lebih baik menghabiskan waktu dengan orangtua. Saatnya ganti mencurahkan perhatian pada mereka, di usia yang sudah masuk lansia sekarang ini. Sempetinlah makan ramai-ramai, ngobrol, makan keluar sebentar, atau jalan kemana sebentar. Sebelum kembali ke Jakarta kan, kembali ke kesibukan rutinitas.
Setiba di Jakarta siang tadi, saya langsung telepon Vay. Kangen berat dua malam tidur gak sambil cium-cium pipinya. Dia bilang, dia juga rindu maminya, dan dia ngaku kalau kemarin sempat marah gara-gara maminya pergi dinner ramai-ramai di Medan, merasa sedih karena dia gak ikut. Eniwei, saya menyempatkan memotretnya sore tadi.
……..
Rintik menyambut kami para penumpang ketika keluar dari pintu depan pesawat. Di depan saya, rombongan Harley Davidson Club, kami mengantri di tangga menunggu bus penjemput selanjutnya. Sebelah saya, seorang perempuan muda, kelihatan kerepotan mengangkat kopernya. Bapak-bapak berpakaian jaket kulit menoleh sebentar tapi bergeming. Saya, melengos. Yeah, resiko situlah Mbak, koper berat begitu kok gak dimasukin bagasi!
lihat ini aku pun kangen Medan jadinya mbaaaa 🙂
aduuh…kacang Sihobuk itu beda deh dengan kacang gongseng lainnya…khas bau2nya
makanannya mantab banget ya Medan
Smansa itu yg depan jualan lontong kan yaaa hehehe
Btw itu coklat apolo juga aku temukan di desa marisa gorontalo kmrn, padahal nyari di jkt ngak nemu
antara anak dan ortu.. emang jadinya kangen terus dimana2 ya zy…
aduh kalo ke medan emang makanannya mantap! 😀
wah kesukaan kak zy sama ya es teh tawar. Ku inget deh kalau ke Medan bilangnya “teh pait dingin” 🙂
COKELAT APOLOOOOOO. TUHAN, ITU COKELAT ENAK