BAHAYA MEROKOK

Apa Enaknya sih Merokok?

Tak terasa Tehsusu.Com sudah berusia 13 tahun. Dan saya memutuskan untuk paling sedikit sebulan sekali meng-highlight tulisan paling favorit dari masa lalu. Dan ini salah satunya, yang pertama kali diterbitkan pada 30 Juli 2009.

………

BAHAYA MEROKOK

Kemarin sore, saya janjian ketemu orang di Sarinah. Mau bicara bisnis (halaqhh…. gaya kali bah). Mereka adalah pasangan suami istri, masih muda dan tentunya kreatif. Kita ketemu di Oh La La Cafe di Sky Building seberang Sarinah.

Saat si cowok menyalakan rokoknya, dia permisi dulu pada saya. Bertanya, apakah saya nantinya akan terganggu dengan asap rokok. Saya jawab tidak masalah. Karena saya yang tiba duluan, saya memang sengaja pilih tempat duduk di luar, jadi kalaupun ada yang merokok, asapnya akan jauh-jauh melanglang buana. Itu menguntungkan sekali buat saya, karena sebenarnya saya termasuk orang-orang yang tidak tahan dengan dengan asap rokok.

Sebagian kawan perempuan saya adalah perokok aktif. Dan karena saya selalu jalan mereka, saya pun bisa dibilang seorang perokok tapi pasif. Dulu sekali waktu masih remaja, saya pernah juga tertarik untuk belajar merokok. Saya sering melihat teman-teman SMA saya merokoknya kencang bener ya, dan jago-jago pula, ada yang asapnya keluar dari hidung, dari sudut bibir, sampai telan asap juga jago.

Heran, asap kok ditelan ya? Emang bisa kenyang kalau nelan asap?

Saat itu saya diejek, halah masa gak bisa merokok. Akhirnya saya mencoba menghisap sebatang rokok, dan teman saya yang jago nelen asap itu yang jadi gurunya.

“Tarik yang dalam.”

Dan dengan gaya sok profesional saya mencoba mempraktekkan kata-katanya, dan alhasil saya terbatuk-batuk. Rokok itu langsung saya lempar ke mereka sebagai hadiah. Setelah itu saya tidak pernah memegang rokok.

Kedua kalinya setelah saya dapat teman baru lagi saat sudah kerja. Waktu itu dia bilang ke saya begini, “Kawan-kawan aku juga banyak yang gak merokok, tapi kalau mereka clubbing, mereka pasti merokok. Untuk gaya aja.”

Dan saya paham maksudnya, yaitu biar kalau kami berdua pergi clubbing, saya gak cuma cengo aja sambil makan permen karet. Dan katanya merokok berarti menghemat pengeluaran beli minum dan cemilan. Kami memang rutin tiap akhir minggu clubbing, to enjoy the music and juga dancing.

“Ya atur ajalah,” kata saya waktu itu. Maka dibelinyalah rokok Caprie yang kecil banget itu. Dia bilang, rokok itu yang paling ringan dan gaya, cocok untuk perempuan. Asapnya juga tidak terlalu banyak, begitu katanya. Lalu kami pun pergi ke tempat clubbing.

Sampai di dalam, dengan pedenya saya menyalakan rokok Caprie itu. Ingin tahu apa iya rokok yang ini beda. Dan karena memang gak bisa menikmati merokok, rokok kecil itu habis dengan cepat hanya untuk was wus was wus saja. Saat lagi asyik was wus was wus, teman saya datang dan mengagetkan saya.

“Woi… yang betullah merokoknya. Merokok kok kayak gitu, merokok tapi asapnya dikibas-kibas biar menjauh?”

Wakakkaaak…. Astaga! Barulah saya sadar bahwa sedari tadi itu saya was wus was wus tapi asapnya saya usir jauh-jauh karena gak tahan dengan asap rokok. Nah, itulah kedua kalinya saya mencoba merokok, tapi tetap tidak bisa. Setiap kali ingat kejadian itu saya ngakak. Kata teman saya bikin rugi aja, rokok mahal-mahal dihembas-hembus gak jelas dan yang ada cepat habis. LOL.

Kalau teman-teman saya tanya, kenapa saya gak merokok, saya selalu jawab, saya gak suka. Saya tidak bisa menemukan nikmatnya merokok, yang ada malah batuk, mata perih, tangan, rambut dan badan bau rokok. Saya tidak tahan dengan bau asap rokok. Paling tidak tahan. Kalau sudah kena asap rokok, sudut-sudut kening saya langsung ketarik ke atas, pusing.

Saya sama dengan papi saya, kalau mencium sedikit saja bau rokok di mobil, langsung marah besar. Papi saya juga tidak merokok. Biasanya abang saya tuh, udah dia perokok, tapi kalau pinjam mobil orang, dia merokok di dalam mobil. Pernah dia pinjam mobil papi, dan kembali dengan mobil bau rokok. Bos besar langsung ngamuk, si abang harus cuci bersih mobil sampai tidak ada bau rokok sedikitpun.

Syukurlah suami saya bukan perokok. Dia hanya merokok kalau habis makan kambing saja, dan tidak pernah merokok di rumah. Alhasil rumah dan mobil tidak pernah ada bau rokok. Aman. Bersih. 🙂

Tapi saya masih toleransi dengan teman dekat yang merokok. Kadang saya rela saja badan bau rokok kalau habis kongkow. Toh gak sering-sering ini. Syukurlah teman saya juga mengerti kalau saya tidak tahan dengan asap rokok, jadi biasanya dia akan berusaha untuk buang asap rokok jauh ke belakang agar tidak kena saya. Jadi sama-sama ngertilah.

Kadang mikir juga, mungkin kalau saya merokok saya tidak akan terlihat cengo ketika sedang menunggu orang. Tapi saya maunya rokoknya yang sehat, yang gak ada asap. Kalau perlu pakai rasa, entah rasa coklat atau kopi gitu.

Ada gak ya rokok kayak gitu?


Sekarang, tiga tahun terakhir ini sudah ada rokok listrik populer sebagai rokok bakar. Ternyata VAPE hadir menjawab pertanyaan saya sepuluh tahun yang lalu. Ada rasa, ada harumnya, macam-macam tinggal pilih. Tapi, tetap saya tak suka, cium baunya aja udah MAU MARAH!

apa enaknya merokok

Saya bilang sama ayahnya Vay yang pake vape, buat dirinya mungkin itu wangi, tapi buat saya itu tetap rokok, dan saya tak mau ada bau itu di rumah. Mau rokok biasa ataupun Vape sama-sama berbahaya dan bisa memicu kanker paru.

Dan, belakangan ini memang toleransi saya terhadap rokok mulai berkurang. Saya akan berusaha menghindar nongkrong dengan teman-teman yang merokok, meski mereka teman dekat. Apalagi kalau saya bawa anak, wah sebaiknya kita duduk pisah meja saja deh. Jadi kalau diajak nongkrong, sebisa mungkin saya cari tempat ber-AC agar para ahli hisap tidak bisa merokok di dalam ruangan.

Kalau pulang ke Medan dan saya lihat abang saya dengan santainya merokok di dalam rumah, saya langsung cemberut. Ya sepertinya papi dan mami saya sudah bisa mentoleransi anaknya, maklumlah sudah bapak-bapak masa ditegor ya, tapi buat saya tetap kalau mau merokok di luar saja gitu lho. Di dalam rumah ada anak-anak.

Bulan lalu, ketika ada tukang kerja di luar rumah dan merokok, saya bilang begini ke bapaknya, “Pak, ingat ya puntung rokoknya jangan dibuang sembarangan.” Saya paling benci orang lain datang ke rumah dan merokok pula. Kayaknya perlu ini pasang papan pengumuman dilarang merokok seperti di kantor-kantor itu.

Jadi ingat kata seorang teman di kantor telco dulu (dan ibu itu juga sudah pindah dari sana), katanya: “Hanya orang bodoh yang hari gini masih merokok.”

Bagaimana buat para perokok? Apa sih enaknya merokok? Sharing dong.

132 Comments

  1. kalau gak salah ada tuh merokok sehat.. kira2 sebulan lalu saya liat artikelnya..aDanya dijepang kalo gak salah…
    rokoknya terbuat dari apa gitu… lupa saya…
    🙂

  2. nha kalo saya tergolong perokok berat mbak (perokok berat yang pasif) huehehe…
    abisnya temen2 sekantor yang bapak2 kebanyakan perokok semua. sebelnya lagi kalo ngerokok tu suka bareng2. jadinya kantor kayak kebakaran gitu. penuh asap. pffiuhh… untungnya bangunan kantor banyak jendela, jadi masih ketolong sama sirkulasi udara yang cukup lancar.

  3. mau mba di bawain rokok rasa coklat
    jajanan jaman sd 😆

  4. Saat si cowok menyalakan rokoknya, dia permisi dulu pada saya. Bertanya, apakah saya nantinya akan terganggu dengan asap rokok. Saya jawab tidak masalah.

    Sebenarnya masalah sih, tapi dari pada gak jadi dapet obyekan.. hehe… *kabur*

  5. Kayaknya ga ada deh rokok yg rasa coklat atau kopi. Yg ada adalah rokok RASAh mbayar aka gratis hahahaha….

    ga perlu rokok kl cmn mo keren buk.. 😉

  6. hehehe.. ada mBakeee.. mau engga besok saya bawain rokok rasa coklat.. biasanya anak saya yang senang.. hehehe.. kaboooooorrrr
    Salam Sayang

  7. Sama, saya dari semenjak kecil bingung kenapa orang suka merokok, karena setelah dicoba, rasanya biasa saja dan cenderung tidak enak. Jadi saya selalu menantang siapa saja yang bisa membuat saya kecanduan rokok, dan belum pernah ada yang berhasil sekalipun mereka menyodorkan bermacam-macam merk yang katanya enak, beda, mantep, dsb.

    Sekarang gue pribadi juga ngebuka hipnoterapi untuk ngebantu yang pengen berhenti rokok (atau kebiasaan buruk lainnya). Setelah diobservasi, rata-rata kecanduan rokok bukan karena nikotin dsb, tapi karena kecanduan FEEL SANTAI, RILEKS, dan MAIN-MAIN ASAP-nya. Kalau feel itu bisa ditransfer dalam bentuk yang lain, then kebiasaan buruk bisa ditangani dengan baik.

    In the end, sampe sekarang, walaupun kadang merokok, saya tidak pernah dapat efek candunya. Istilahnya pun saya ganti, saya bukannya ‘ngerokok’, melainkan ‘ngedupa’… yaitu menyalakan rokok hanya untuk dipegang-pegang, sesekali dihisap, dan kemudian dipegang dan diputar-putar lagi. Anjuran kesehatan dari Lex: ngedupa aman untuk kesehatan! lol

    Lex dePraxis
    Romantic Renaissance

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *