Tak salah memang kalau Indonesia dikatakan sebagai surga kuliner. Sebab, hampir setiap daerah di Indonesia pasti punya makanan khas yang pasti bikin ngiler, dan selalu dibilang wajib dicoba bila kita berkunjung ke sana. Sebagian teman di Jakarta selalu bilang, Medan itu surga kuliner. Tapi sebagian lagi bilang, Bandung luar biasa nikmat dan endes kulinernya. Palembang, juga begitu.
Dan kemarin, di dalam mobil yang membawa kami dari bandara Sultan Hasanuddin Makassar, terdengar suara penyiar radio yang sedang mempromosikan sebuah kuliner di Makassar. Oouww… dan saya setuju sekali itu.
Saya beberapa hari kemarin ada di Makassar, bersama teman-teman dari team Event. Kalau teman-teman Event di sana untuk mendirect dan supervisi kegiatan offline di sana, saya di sana untuk direct pembuatan video digitalnya.
Bisa dibilang ini adalah pertama kali beneran saya main ke Makassar. Kalau dulu kecil, sudah biasa transit pesawat di Makassar, tapi tidak pernah turun dan explore kotanya. Tapi saya ingat sekali kalau kedua orang tua saya paling suka dengan Coto Makassar, dan kita su biasa makan itu di Irian (Papua).
Buat saya, mendengar logat Makassar itu seperti bunga yang segar setelah disiram air. Lama nian tak dengar logat dari Indonesia Timur (selama ini cuma saya kami dan kami saja di rumah yang bicara kayak gitu haha). Rinduuuuu……
Pallubasa Serigala
Persinggahan pertama di pagi menjelang siang itu adalah rumah makan pallubasa di Jalan Serigala.
Pallbas Serigala ini merupakan salah satu tempat makan yang populer di Makassar. Berlokasi di Jalan Serigala No. 54 (Jl.Serigala), Makassar, Sulawesi Selatan 90135, dan selalu ramai pengunjung.
Daging pallubasa adalah menu utama di sini. Potongan dagingnya lembut, dan katanya semuanya ini daging lokal asli. Bisa pilih mau bagian daging yang mana saja, boleh daging semua, atau campur lidah, pipi. Saya sebenarnya termasuk picky, tak mau makan yang aneh-aneh. Kalau makan beginian, pasti maunya daging saja, gak pernah campur-campur. Tapi kemarin – mungkin karena penasaran (dan juga kelaparan) – akhirnya saya pilih campur semua. Dan satu lagi: ditambah dengan telur ayam kampung mentah.
Rasanya? Huum…. sedaaapp bukan main. Begitu mangkok datang dan mulai mencicip, aaah ini sih gak akan cukup semangkok. Langsung tambahlah, hahah..! Butuh pasokan cukup untuk mengembalikan energi karena kurang tidur malamnya. Bayangkan, bangun jam setengah tiga pagi, nyetir ke bandara, dan berangkat jam 5.30. #curcolpulak
Harga permangkok Palbas Seringala, kalau tak salah sekitar Rp 25.000 – Rp 30.000. Lupa.
Mie Titi
Di hari pertama, ketika hari mulai gelap dan kami baru sadar bahwa kami belum makan siang, akhirnya kami mampir ke sebuah RM Mie Titi di dekat Pantai Losari. Mie Titi ini adalah mie kering khas Makassar. Miri-mirip ifu mie lah. Jadi berupa mie kering yang disiram dengan kuah kental berisi olahan sayuran, wortel, dan daging. Campurannya bisa pilih, mau ayam atau seafood. Kemudian bisa pilih juga, mau langsung campur atau pisah. Yang lain pilih dicampur, saya pilih pisah, dan seafood. Maksudnya biar bisa lihat dulu seperti apa bentuknya karena saya belum pernah coba.
Ternyata porsinya lumayan besar. Dan buat pesanan saya, karena kuahnya dipisah, maka mie kering jadi lebih susah lembut dibandingkan yang sudah disiram langsung. Ya karena kuahnya juga sudah tidak mendidih lagi, wajar juga. Secara rasa, buat saya biasa saja, mungkin karena beda selera ya. Dan mungkin karena susah juga mengunyah mie kering itu. *kek makan mie gemes tapi mie gemes kan lebih renyah. Kalau kata Bernad, makan Mie Titi seperti lagi senam rahang.
Dan saya tak suka makan di sini, karena mereka tidak menyediakan teh tawar. “Di sini tehnya sudah manis semua.” “Yang tawar gak ada?” “Sudah manis semua.” “Jadi kalau mau yang tawar bagaimana? Saya gak minum teh manis.” “Air putih saja, mau?” *Hmmpph.. Palak awak.
Sop Saudara Jl Irian
Sop Saudara di Jalan Irian adalah kunjungan terakhir kami di malam kedua. Sesungguhnya ketika kami mencicipi kuliner di Makassar, kami datang dalam kondisi yang tepat dimana kami cukup lapar dan butuh asupan lezat dan bergizi, jadi semua makanan ini terasa sangat nikmat.
Di rumah makan Sop Saudara ini ada dua menu. Sop daging atau sop konro (sop iga sapi). Saya pilih sop konro, ditambah telur bebek rebus. Telur rebus biasa, bukan telur asin. Dan again, di sini tidak ada jual teh tawar. Yang mereka jual hanya teh botol dan air mineral. Ada dua kemungkinan sih kenapa demikian. Pertama, penjual malas repot cuci-cuci gelas. Kedua, dominasi distributor minuman. Ck. Ck. Udah makanannya asin, minumannya manis, semoga saja tidak jadi mendongkrak kolesterol yang ada di level aman.
Untuk harga, permangkok di Rp 30.000 – Rp 35.000.
Oleh-oleh
Dan tentu saja, kalau habis dari Makassar itu wajib bawa oleh-oleh. Ada Bakso Ati Raja, Otak-otak, Mantau. Dan titipan dari orang Jakarta saja ada 3 kardus besar. Bagasi koper kami sebenarnya total bertiga hanya 20 kg. Tapi dengan oleh-oleh, total bagasi jadi 66kg. Luar biasa. Udah seperti oleh-oleh orang pulang naik haji aja. Oleh-oleh saya sih tidak banyak, habis orangnya juga sedikit di rumah. Beli beberapa saja untuk cemal-cemil.
Jadi, dua hari Makassar, memang hanya tiga kuliner ini yang sempat dicoba.
Dan satu kata penutup tentang Makassar. Delicious. ^^)
Terakhir pulkam ke Makassar tahun lalu semuanya aku datengin nih mbaaak. Kecuali mie titi. Hahahahaha, pulang2 dari makassar suamiku nambah 5 kg keknya. x)
Itu oleh-olehnya banyak banget mbak
Iya… titipan lebih banyak dari yang pergi… LOL.
aih cuma bisa ngiler nih
Aku suka nya Coto Gagag atau coto nusantara
kalo mie titi ngak suka, karena sempet 4x datang dan selalu jorok alias kotortempat nya
Aku setuju bahwa kalau lokasi kotor, mengurangi nilai cita rasa makanan …..
kalo palbas jujurnya aku ga doyan mba ;p, krn telur mentah itu penyebabnya… :D.. ga bisa ketelan aku makan telur yg masih cair gitu, mau dimasak gimanapun, kalo telurnya masih encer, ga deh :D..
tapi yg lain2nya kayak mie titi dkk, pasti duuuunk, dicoba ^o^.. tp kmrn ga sempet nyobain sop sodaranya… kurang lama nih di makasar
Telor mentah itu begitu disiram kuah panas, seharusnya jadi mateng kan ya. AKu gak suka telor mentah juga soalnya, tp kemarin itu saat dicampur ya jadi mateng, kayak kalau masak telor di indomie gitu… ^^)
tapi kdg suka masih cair2 gitu, kyk telur setengah mateng ;p.. ga matang sempurna.. makanya kalo udh menyangkut telur, aku pasti minta kuningnya hrs bener2 mateng 😀 Palbas ini bisa kan ya tapi tanpa telur?
Palu basa Serigala …
Wah saya sempat mencicipi kemarin … Tapi bukan di pusatnya melainkan di Cabangnya
Ada kuning telurnya …
Ada parutan kelapanya
Salam saya
Parutan kelapanya itu bikin tambah enak Om kalau saya. Makanya nambah. 😛
tampak enak semua sih