Masih ingat postingan “Uangku Bukan Uangmu.â€? Nah kali ini saya mau buat postingan lanjutannya. Kalau dulu membahas tentang “So what? I can do everything I want with my money..†sekarang bahasannya tentang,â€Urusan masing-masing ya bayar masing-masing.†Hehehee…
Pernah gak saat diajak kencan sama seseorang, kita mikir, nanti siapa yang bayar ya? Dia yang bayar atau bayar sendiri-sendiri? Anda tidak perlu khawatir mikir siapa yang bayarin siapa kalau kencannya di sejenis warung kopi modern kayak Starbucks, karena siapapun yang datang duluan so pasti akan pesan minum duluan dan yang datang belakangan cukup tahu diri untuk mengerti bahwa dia harus mengantri dan membayar minumannya sendiri. Beberapa kali saya janji ketemu orang di Jco juga bayar masing-masing, tak peduli siapa yang mengajak.
Tapi kalau kencannya di restoran bagaimana? Berdasarkan pengalaman saya, biasanya yang membayar adalah yang mengajak kencan. Walaupun ada sebagian perempuan yang tidak sudi keluar sepeserpun bila pergi bersama pria, tapi masih ada sebagian perempuan lain yang gengsi kalau harus selalu dibayari. **Yoi dong, emang kita cewek apaan semua-muanya musti dibayarin?!
Lalu kalau makan bareng-bareng saat kumpul sama teman-teman gimana? Ya bayar sendiri-sendiri dong. Lain cerita kalau ada yang berniat mau mentraktir :). Eh tapi orang Jakarta rada beda lho dengan orang Medan urusan bayar membayar. Ini base on pengalaman saya.
Ceritanya dua tahun yang lalu, hari pertama saya masuk kantor di SarJa ini, saya diajak teman-teman kantor makan di warteg belakang kantor. Itulah pertama kalinya saya makan di warteg, karena selama di Medan saya hampir selalu makan fastfood, dan kalaupun gak makan fast food, makannya pasti ke mall. Waktu itu saya perhatikan bagaimana cara orang-orang memesan. Ada yang duduk dan memesan menu khusus (seperti pecel lele, ayam goreng atau sop-sop an), tapi sebagian besar mengantri sendiri di depan steling dan menyendok langsung makanan yang mereka inginkan.
Dalam hati saya bertanya-tanya, bagaimana caranya nanti si pemilik warung menghitung harga makanan dengan model sendok sendiri begitu? Apakah yang mengambil lauk banyak harganya sama dengan yang mengambil lauk sedikit? Soalnya bayarnya belakangan, setelah nasi di piring tandas. Lalu kami berlima – waktu itu kami ada lima orang yang makan – bayar-bayarnya gimana ya? Kalau di Medan—saat makan ramai-ramai dengan menu khusus – biasanya dihitung total pesanan permeja saja, lalu nanti kami masing-masing akan membayar ke beberapa teman yang menalangi duluan. Nah sampai disini ini nih, sering kejadian kadang si teman jadi segan untuk menagih teman-temannya (dan berharap saat makan berikutnya gantian teman lain yang membayar), atau sebaliknya ada juga teman yang pura-pura lupa bayar. Ini dia nih malasnya. Makan tapi gak mau bayar. Alasannya macam-macam, mulai dari bawa jabatan suami, sampai masalah naik mobil baru. Apa coba hubungannya mobil baru dengan harus bayarin makan siang – secara grade juga sama?
Nah, ternyata di Jakarta beda. Biarpun kami satu meja pesan sekaligus menu ini itu dan banyak pula, saat akan membayar, kami tinggal menyebutkan tadi makan pakai apa saja, dan si pemilik warung akan menyebutkan si A kena berapa, si B kena berapa, si C kena berapa. Dan saya salut dengan pemilik warteg di Jakarta ini, uang kecilnya banyak! Coba di Medan, selalu kekurangan uang kembalian.
Besok dan besoknya lagi, saya mulai coba pesan makanan model prasmanan. Jadi main ambil sendiri lalu selesai makan ya bayar. Wah menyenangkan juga ternyata makan dan bayar dengan model begitu, karena uang kita jelas keluarnya kemana. Hmm memang pas julukan yang diberikan pada orang Jakarta. Lu lu, gue gue.
Memang sih, kesannya kok pelit dan perhitungan ya. Tapi sebenarnya wajar aja sih. Prinsipnya, kita kan sama-sama orang kerja, sama-sama punya gaji sendiri, berarti kalau makan ya bayar sendiri-sendiri dong.
And then, setahun lalu pindahlah dua orang teman saya dari Medan. Yang satu si A berbisik ke saya, “Kau sebaiknya sedia uang pas aja di dompet. Kalo makan sama si B, susah itu keluar uangnya. Nanti suka pura-pura lupa bayar.†Yang dimaksud dengan “dia†adalah teman yang satu lagi. Saya bilang, “Jangan khawatir, disini model makannya beda. Langsung hitung masing-masing, jadi mau gak mau doi harus bayar sendiri makanannya.â€
Suatu saat saya dan B pergi makan dengan beberapa teman sedivisi saya ke Natrabu di Sabang. Di sini so pasti kan bayarnya harus sekalian, karena hitung-hitungnya kan permeja. Saat berdiri di depan kasir si B terlihat kurang tenang. Masalahnya dia tadi keburu mengeluarkan uang duluan jadi dia yang harus menalangi separuh dari separuh total harga. Dugaan saya dia tidak tenang karena segan kalau harus menagih ke teman-teman yang baru dia kenal. Wajarlah ya, namanya juga baru kenal.
“Tenang aja say. Teman-temanku disini kalau makan pasti dibayar kok. Biasanya kalau kami makan keluar, pulangnya langsung kami hitung semua detilnya. Sisanya nanti langsung kami transfer ke rekeningmu.†Wajahnya sedikit terkejut. Masa makan siang yang gak mungkin lebih dari Rp.40rb saja ditransfer?? Hahahaa… Tapi itu benar. Jangankan Rp.40rb. Rp.13rb saja kami main transfer kok pakai internet banking. Apalagi kalau makan di restoran yang otomatis kena pph 10% dan service tax 5%. Semuanya dihitung hingga angka-angka ganjilnya dan ditransfer. Gile perhitungan banged ya?! Hihihihi.. But it is.
Jadi sekarang teman-teman saya itu juga sudah terbiasa dengan gaya bayar-bayaran di Jakarta ini. Kemana-kemana selalu bawa uang pas biar kalau mau bayar gampang. Kalaupun makan di mall, salah satu menalangi duluan dan yang lain tinggal transfer berapa hutang makannya. Pokoknya “Urusan masing-masing ya bayar masing-masing,†even hanya sebungkus kerupuk seharga seribu perak.
Jadi jangan kaget ya kalau tiba-tiba bos Anda mengundang Anda meeting Sabtu pagi di kafe mana gitu. Bukan berarti karena dia bos trus dia mo bayarin lho. Teuutepp…. “Urusan masing-masing ya bayar masing-masing.â€
ha ha ha, kasian amat tuh temannya yang sampe gak tenang. dia lupa nanya yah, kalo sistem bayar2annya kayak gitu. kebayang deh saltingnya waktu itu….
di hutan sini juga gitu Mbak, kalo kita lagi makan rame rame keluar, kadang ibu warungnya ngitungin satu satu, si A segini dan si B segitu, begitu selanjutnya.
ntar nyampe mess atau kantor, tinggal di bayarin ke siapa yang ngebayarin duluan di warung tadinya…
mungkin karena, kebetulan teman2nya dari jakarta bandung yang terbiasa dengan sistem itu 🙂
Jualan saja, apa yang bisa dijual dan dibisnisin asalkan mendapatkan yang baik untuk kita dan orang, hidup bisnis! ^_^…V
lama g datang ke tempat sahabat tersayang gr2 blog mbah rusak nih wah selalu aj commentnya banyak terus……………..
hahakz…kalo ndutz dibayarin sama si nazieb malah gak mau, mending BDD tapi kalo diajak jalan sama cowok laen, hahakz ndutz gak mau kalo nggak dibayarin 😛
saya berkunjung
lu ,lu gue ,gue…uangku ya uangku uangmu ya uangku,,,
iya kadang suka sungkan sndiri yahh kalau ada yg ngajak makan diluar, mau bayar sendiri2 takut dibilang pelit…mau dibayarin ke-gede-an tagihannya heheheh….
aku pernah tuch ngalamin kayak gitu, jadi waktu itu temenku ngajak ketemuan di BP, trs abis ngobrol ngalor ngidul dia ngajakin makan di AHA…begitu pesen makan, dia pesen yang mahal2 tapi gak ngeluarin uang waktu pelayannya ngasih bon. wah terpaksa dech aku yang bayarin.
wahhhh ga bener itu teman kamu say. kelewatan banged. udah pesen banyak2 malah ga mo bayar…
wahh sedih amir yaa kalo kek gini kejadiannya, Tapi emang bete kak kalo ada orang yang bawaannya CU *cari untung* mulu. Maksudnya, yah even kita punya more money tapi ga lah selalu setiap saat kita pengen traktir. Aku juga ga setuju kalo ada ce always pengen dibayarin co, bukan sok mandiri sih. Cuma liat sikon lah. Masak makan siang di kantor juga mau dibayarin. Apalagi kalo pas makan di tempat mahal, bawaannya girang amat kek ga pernah makan enak trus pesan ntah apa-apa karena merasa ada yang bisa “ditodongâ€. Please deh kita kan sama-sama kerja. Aku suka ilfil kak pegi ama orang kek gitu….
*wah curhat kekekkeke….
O iyalah kelewatan itu Wid. Nodong boleh aja asal sesekali dia jg gantian traktir. Tp klo cuma jd parasit, wah tendang aja jauh-jauh…