upacara pelebon bali

Upacara Pelebon di Ubud: Tradisi Kematian yang Penuh Makna

Postingan asli tanggal 4-11-2010, diperbarui 4-11-2025

Saya selalu percaya bahwa traveling itu bukan hanya tentang berpindah tempat, tapi juga tentang menemukan makna. Kali ini, saat kembali ke Bali, pulau yang sudah berkali-kali saya kunjungi, saya ingin mencari sesuatu yang lebih dalam dari sekadar laut biru, kopi enak, dan kafe estetik. Saya ingin melihat sisi Bali yang penuh filosofi dan keheningan, sesuatu yang membuat hati ikut tergerak.

Itulah yang membawa saya ke Upacara Pelebon di Ubud, sebuah tradisi sakral masyarakat Hindu Bali yang memperlakukan kematian bukan sebagai akhir, melainkan sebagai proses menuju kebebasan jiwa.

Kalau kalian juga suka perjalanan yang sarat makna dan ingin tahu kapan upacara adat besar seperti ini digelar, situs resmi Indonesia.travel sering memuat jadwal dan rekomendasi acara budaya di seluruh Indonesia — termasuk ritual keagamaan yang jarang diketahui wisatawan biasa.

Apa Itu Upacara Pelebon di Ubud?

Bagi masyarakat Hindu Bali, Upacara Pelebon di Ubud adalah prosesi kremasi atau pembakaran jenazah untuk mengantar roh seseorang menuju alam berikutnya. Kata pelebon sendiri berasal dari kata “lebu” yang berarti abu. Namun, maknanya jauh lebih dalam dari sekadar proses fisik mengembalikan tubuh ke unsur alam.

Pelebon adalah simbol pelepasan—pelepasan jiwa dari ikatan duniawi, dari rasa sedih, dari duka, bahkan dari keterikatan keluarga terhadap sosok yang sudah berpulang. Di Ubud, yang dikenal sebagai pusat seni dan spiritualitas Bali, pelebon bukan hanya sebuah upacara adat, tapi juga pertunjukan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.

Berbeda dari suasana pemakaman yang muram, Upacara Pelebon di Ubud justru penuh warna. Musik gamelan mengalun, dupa mengepul, dan masyarakat berpakaian putih berjalan beriringan dengan damai. Ada rasa khidmat, tapi juga ada keindahan yang menenangkan.

Bagaimana Proses Pelebon Dilakukan?

Pelebon bukan ritual sederhana; ini adalah puncak dari persiapan panjang yang melibatkan seluruh banjar (komunitas adat). Biasanya, upacara dimulai dari tahap ngaben persiapan, di mana keluarga bersama warga membuat bade (menara bertingkat tempat jenazah diletakkan) dan lembu (wadah berbentuk sapi atau singa tempat pembakaran).

Bade dihiasi dengan warna emas dan putih, melambangkan kemurnian dan penghormatan. Di hari pelebon, jenazah dibawa dengan arak-arakan menuju setra (kuburan), diiringi gamelan, kidung, dan doa.

Sesampainya di tempat pembakaran, jenazah ditempatkan ke dalam lembu, lalu dilakukan prosesi ngabeyan—pembakaran suci yang dianggap sebagai cara untuk menyucikan roh. Setelah api padam, abu dan sisa tulang dikumpulkan, lalu dihanyutkan ke sungai atau laut sebagai simbol penyatuan kembali dengan alam.

Di Upacara Pelebon di Ubud, semua dilakukan dengan ritme teratur dan doa yang mendalam. Saya sempat terdiam lama, melihat bagaimana masyarakat mengelilingi bade dengan penuh cinta, bukan kesedihan.

Makna dan Simbolisme di Balik Setiap Elemen

Setiap bagian dari Upacara Pelebon di Ubud mengandung simbolisme mendalam. Bade menggambarkan alam semesta, bertingkat seperti gunung tempat para dewa bersemayam. Lembu melambangkan kendaraan suci bagi roh menuju nirwana. Api menjadi unsur pemurni, membebaskan jiwa dari belenggu duniawi.

Di balik segala warna dan keramaian, Pelebon sejatinya adalah pelajaran tentang melepaskan. Tentang menerima bahwa hidup dan mati adalah dua sisi dari siklus yang sama. Dalam ajaran Tri Hita Karana, harmoni antara Tuhan, manusia, dan alam harus dijaga bahkan dalam perpisahan.

Melihat itu semua, saya merasa ritual ini seperti meditasi terbuka—penuh rasa syukur, ketenangan, dan pengingat bahwa hidup bukan tentang memiliki, tapi tentang merelakan.

upacara-pelebon-tokoh-ubud-bali (foto milik Antara)

Baca juga: [Bali Trip] Kepompong Emas di Bali Butterfly Park

Tips Menghadiri Upacara Pelebon. Traveler Wajib Baca!

Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan upacara ini, penting untuk memahami bahwa ini bukan tontonan, melainkan ritual suci. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Gunakan pakaian sopan: warna putih atau krem lebih disarankan, hindari pakaian mencolok.
  • Jaga sikap: jangan berisik, jangan menggunakan flash saat memotret, dan selalu meminta izin jika ingin mengambil gambar.
  • Jangan berdiri di tengah arak-arakan, cukup di pinggir jalan agar tidak mengganggu prosesi.
  • Hormati area doa: ada bagian-bagian yang hanya boleh diakses oleh keluarga dan pemuka adat.

Kalau kalian ingin tahu kapan Upacara Pelebon di Ubud besar biasanya digelar, atau ingin menemukan wisata budaya lain di Bali, kunjungi Indonesia.travel atau mungkin kalian punya situs lain yang lebih direkomendasikan.

Kalau saya lebih sering mencari informasi di situ ini, karena punya panduan lengkap tentang festival adat, atraksi budaya, dan destinasi spiritual di seluruh Indonesia.

Menjadikan Wisata Budaya Sebagai Bagian dari Perjalanan Kita

upacara pelebon ubud (foto antara news)

Tapi itulah keindahan Bali: bahkan dalam perpisahan, selalu ada rasa syukur yang mengalir.

Menyaksikan Upacara Pelebon di Ubud pasti membuat kita merenung. Mungkin inilah inti dari perjalanan itu sendiri—bukan hanya untuk melihat tempat baru, tapi juga untuk belajar menghargai kehidupan dari cara orang lain menjalankannya.

Perjalanan budaya seperti ini memberi kita ruang untuk memperlambat langkah, mendengar, dan memahami. Dan siapa tahu, mungkin di antara dupa dan doa, kita juga menemukan kedamaian yang selama ini kita cari.Jadi kalau kalian sedang merencanakan liburan ke Bali, jangan hanya mampir ke pantai atau kafe yang viral. Coba sisihkan waktu untuk melihat sisi lain dari pulau ini.

Kunjungi museum, pasar tradisional, pura kecil di tengah sawah, atau kalau beruntung, hadirilah sebuah upacara seperti Pelebon.


56 Comments

  1. oma

    wow, baru tau sekarang website pemerintah ada yang keren. padahal dulu kan sempat dicaci maki websitenya. layak diacungi jempol.
    patut ditiru untuk website pemerintahan yang lain, terutama pengadilan, supaya mereka apdet kontennya.

    mari bekpeker ke bali!! *joget*

  2. jadi kemana neeh acara liburannya?

    baLi emang daach,kagak ada matinye! dan nuansa agamanya syarat bangeed 🙂

  3. Wih.. gambar2nya mbak.. Bikin merinding! Orang yang bilang gak cinta Indonesia, pasti karena gak pernah ngeliat gini2an nih! 😀

  4. waa…. indonesia memang kaya budaya… banyak warna banyak uniknya… dan kayaknya emang website itu..keren bgt…. bener2 dibikin oleh perusahaan profesional… gak sekedar asal asalan proyek… salut jg ama website pemerintah yang satu ini…

    moga yg lainnya… bisa kayak gini 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.