Kemarin malam saya googling mau cari-cari tempat liburan yang asyik untuk traveling bersama keluarga. Tentu saja maunya di wilayah Indonesia saja, karena harus menyesuaikan dengan jatah cuti yang bisa diambil dan isi kantong. Selain itu, saya kan belum mengelilingi semua pulau-pulau di negara tercinta kita ini, jadi pengennya ya keliling Indonesia dulu, sekaligus menghidupkan pariwisata negara kita ini.
Ada dua pilihan sebenarnya, yaitu ke Yogyakarta atau ke Bali. Tapi karena Merapi belum sehat, nama Yogya pun dicoret. Kecewa sebenarnya karena saya ingin sekali ke Yogyakarta (baru sekali kesana waktu tamat SMA dulu).
Saat googling info-info pariwisata, saya ketemu dengan sebuah website, Indonesia.Travel. Jujur, pertama kali buka, karena saya lihat websitenya keren banget, saya pikir itu website milik swasta or milik perorangan. Eh ternyata website itu milik KemenBudPar. Hehee.. maaf lhoo.
Menarik sekali. Tinggal mengetik daerah tujuan wisata yang diinginkan, atau aktivitas seperti apa yang diinginkan, dan langsung keluar hasilnya. Seperti waktu saya ketikkan kata “Ubud†sebagai daerah tujuan wisata, langsung keluar hasilnya, apa saja yang ada di Ubud. Ah, Ubud memang surga dunia buat mereka yang ingin melarikan diri dari hiruk pikuk dan kebisingan kota besar.
Sayang sekali saya terlambat tahu tentang adanya Upacara Pelebon di Ubud, Bali. Baru saya baca di web Indonesia.Travel kalau tanggal 2 November 2010 kemarin ada hajatan luar biasa di Ubud, Bali. Hajatan apa itu? Adalah Upacara Pelebon. Upacara Pelebon adalah sebutan lain dari Upacara Ngaben, yaitu sebuah upacara kremasi jenazah untuk kaum bangsawan dan anggota kerajaan. Ini adalah salah satu tradisi Bali yang sangat terkenal hingga ke mancanegara karena kemegahan dan keunikannya.
Dan hajatan kemarin itu menjadi luar biasa menarik perhatian baik turis lokal maupun turis mancanegara, karena yang diupacarakan pada hari itu adalah Raja Peliatan IX, Ida Dwagung Peliatan yang telah berpulang 20 Agustus lalu. Maka tidak heran bila ini menjadi Upacara Pelebon termegah selama 30 tahun terakhir!
Sebelum perhelatan pengusungan dan pembakaran jenazah ini, seminggu sebelumnya telah digelar prosesi Pengusungan Naga Banda. Naga Banda adalah lambang upacara kremasi kerajaan dan khusus disiapkan bagi anggota kerajaan untuk membawa arwah mereka ke nirwana. Naga banda yang bersisik kulit emas itu dibuatkan khusus dari Puri Agung Ubud, sedangkan lembunya tadi dibuat di Puri Agung Peliatan, Ubud.
Untuk mengusung jenazah sang Raja, bade atau pengusung jenazah yang digunakan adalah bade bertingkat sebelas setinggi 25,5 meter dengan patung lembu yang dihiasi perhiasan emas di bagian kepala, leher, dada, dan kaki. Bade ini digotong oleh para warga desa Peliatan yang dengan ikhlas menggotong bade mulai dari rumah duka hingga ke Setra atau tempat pembakaran jenazah. Nantinya lembu itu akan dibakar bersama jasad orang yang meninggal. Usai pembakaran, abu akan dilarung ke laut yang dianggap suci.
Pada hakekatnya Pelebon adalah proses pelepasan hal-hal duniawi dari orang yang meninggal. Mengembalikan unsur-unsur pembentuk tubuh manusia kepada alam, dan melepaskannya dari ikatan duniawi.
Ah, saya sampai merinding dan terharu membaca berita Upacara Pelebon ini. Betapa masyarakat Bali masih begitu menjaga kebudayaan mereka, luar biasa. Menyesal sekali telat tahu. Kalau tidak tentu ingin pergi kesana menyaksikannya.
Yah simpel saja sebenarnya. Kalau kita sudah tahu dimana bisa mencari info-info pariwisata, tentunya tidak akan ketinggalan program-program pariwisata setempat. Memang bisa sih dengan blog walking ke blog-blog para traveler, tapi bila ada situs yang resmi tentu info yang didapat bisa lebih akurat. Salut buat KemenBudPar, sudah bikin website bagus, dan bikin saya terharu biru membaca berita Pelebon itu.
Ah… I love Indonesia lah pokoknya!
bisa kebayang..
ketika prosesi.. pasti banyak banget yang nonton. penggila fotografi pasti juga byk banget.. berusaha nyari angle terbaiknya.
ah.. sayang Zee ga jadi ke Jogja..hehe
doain aja Merapi segera tenang ya
Suka link nya… iya hebat pemerintah kita.. Bangga deh..
Tapi mbak, kalau anda ada di sana waktu upacara palebon berlangsung, mungkin anda ndak akan bisa terlalu menikmati prosesinya. Sebab orang-orang berjumlah ribuan akan berjubel dan menyesaki jalanan Ubud yang terkenal sempit. Butuh mental dan fisik yang kuat dan tangguh untuk ikut berada di sana. 🙂
Ah bener juga ya..
Saya baca beritanya & lihat foto2nya, orang2 berjubel. Secara fisik saya yakin kuat, masalahnya adalah klo bawa anak ya g mungkin hehehe..
Maluku harus banyak belajar dari Bali.
Ini semacam ngaben ya . . .
Salam.
Wah, saya terakhir menyaksikkan upacara pelebon di ubud 3 tahun yang lalu…
Acaranya memang sakral sekali…
Salam.
penasaran pengen liat langsung upacara pelebon
kapan ya bisa main ke BAli.. *mulai ngimpi*
hehehe